"Mea ikut gue!" Kevan menarik tangan gadis itu hendak membawanya ke kamar cowok itu sendiri.
"Nggak mau!" Mea menggelengkan kepalanya sambil terus berusaha merontakan dirinya.
"Ada apa Kevan? Kok kamu maksa dia kayak gitu?" tanya Fressa yang baru saja menghampirinya. Melihat Mea menunduk takut dan Kevan langsung melepaskan tangannya.
"Cuma mau ngajakin dia berteman kok, biar lebih akrab." jawab Kevan tersenyum samar dengan wajah datarnya itu. Fresssa mengangkat alisnya sebentar tadi lalu mengangguk paham.
"Oh, lain kali aja. Sekarang Mea lagi dipanggil sama Papah mu." kata Fressa, "ayo Mea ikut Mamah, dia mau ngomongin sesuatu sama kamu." Mea pun digiring oleh Fressa pergi dari hadapan Kevan.
"Argh! Ngapain sih tua Bangka itu manggil dia?!" sengit Kevan menggeram kesal. "Gagal lagi gagal lagi! Sialan! Gue gak bisa nahan terus! Bukannya dekat gampang, malah makin susah!" Kevan mengusap gusar wajahnya setelah kepergian Mea yang dibawa oleh ibunya itu.
Setelah beberapa hari Kevan membiarkan Mea bebas di rumahnya ini sudah saatnya Kevan ingin bermain sebentar dengan gadis itu. Tapi selalu gagal! Ayah dan ibunya itu kapan pergi jauh meninggalkan mereka berdua dalam waktu yang panjang? Kevan menunggu saat-saat itu. Biar tidak ada lagi yang menggangu dirinya dan Mea berdua di rumah ini. Ia ingin membalaskan dendamnya. Kevan tahu Rendra sahabatnya tergila-gila dengan Mea tapi ia sendiri ingin menuntaskannya bersama gadis itu. Bagimana pun juga Mea harus bertanggungjawab padanya gara-gara dia Kevan tidak terima hampir dilumpuhkan begitu saja.
****
"Cepat bawain tas gue!!" Kevan melemparkan tasnya yang sengaja ia isi dengan banyak buku tebal dari biasanya. Hingga terasa berat seperti batu bata di dalamnya. Mea susah payah membawanya. Kevan tersenyum sinis. Ia ingin membuat hidup Mea seenaknya seperti babu.
Ada beberapa sepasang mata melihat ke arahnya. Mungkin ada yang tidak tahu kalau Mea sekarang menjadi keluarga baru Kevan. Ada juga yang menatap tidak suka tapi sekaligus merasa senang saat Mea diperlakukan sesuka hati cowok itu.
"Jalan lambat banget sih Lo kayak siput! Udah nungguin gue dari tadi!" desis Kevan begitu Mea baru saja memasuki kelasnya. Lelaki itu sudah sampai lebih dulu dan tertinggal dirinya yang cukup jauh di koridor kelas tadi.
"Kevan lo apaan sih kayak gitu sama dia?! Mea itu sekarang saudara lo. Bukan asisten rumah Lo!" delik Rendra tidak suka melihat Mea yang dikerjain oleh sahabatnya itu.
"Gak papa kok, Kevan tadi cuma minta tolong kok." sela Mea.
Axel tersenyum miring sebentar memperhatikannya. "Tau nih Rendra, orang cuma berbuat baik bantuin sodaranya, nggak usah marah-marah gitu juga kali"
"Diem deh lu Xel gak usah ikutan berisik!"
Axel memutar malas matanya. Ia tahu Rendra sedang kesal. Kevan seperti biasa memilih untuk tiduran. Sedangkan Mea hendak berjalan ke arah belakang mendatangi tempat duduk Dewa. "Eh mau kemana Mea?!" tahan Rendra.
"Aku mau nyamperin Dewa, kenapa?!" Mea sedikit melotot.
"Ngapain sih?!" sewot Rendra jengkel mendengar nama kekasih dari gadis itu.
"Ada yang mau aku omongin sama dia."
"Lo mau minta putus sama dia?" Rendra berbinar dengan pikirannya itu saat membayangkan Mea memutuskan hubungannyanya dan memilih dirinya sebagai pengganti kekasih baru.
"Jangan ngacoh! Kamu nggak usah kepo!" sentak Mea. Rendra berdecak. Ia pun membiarkan Mea yang sudah pergi dari hadapannya.
****
![](https://img.wattpad.com/cover/164850598-288-k56593.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANDRA
Teen FictionDiiincar oleh para lelaki the geng Badboys berkelas untuk dijadikan pacar 'istimewa' oleh mereka yang begitu menginginkannya. Dia adalah Mea Alestara, seorang gadis penuh kesederhanaan yang mempunyai sisi menarik pada dirinya. Cantik dan tertutup. N...