Happy Reading!! Maaf ya kalau ketemu typo's!!
Jangan lupa komentarnya dan tinggalkan jejak kalian Vote dan koment
Beberapa hari kemudian, orangtua mereka baru kembali dari perjalanan panjang menghabiskan sisa waktu berdua di luar negeri sana. Mea akhirnya bernapas dengan lega. Itu artinya Kevan dan Axel tidak akan macam-macam lagi padanya.
Terakhir kali yang Mea ingat adalah ruang tengah cukup berantakan disaat pagi hari sedikit tingginya matahari mulai semakin menaik, Eboy dan Jastin tertidur pulas dilantai, Kevan memeluk pinggang ramping Alyra sedangkan Axel tepar dipaha Molly diatas sofa panjang yang dijadikan tempat tidurnya. Molly dalam kondisi terduduk hingga Axel menjadikan cewek seksi montok itu sebagai bantalan ternyamannya.
Syella sanderan dengan bahu Savero, Petra dan lainnya. Sepertinya mereka telah tertukar posisi hingga tanpa menyadarinya, karena terlalu banyak meminum minuman keras dari koleksi yang Kevan punyai.
Begitu Kevan terbangun, dia langsung mendorong tubuh Alyra menjauh darinya. Sialan berapa lama gue meluk cewek lain? gumam Kevan sedikit meringis sambil memegangi kepalanya yang berdenyutan nyeri.
Ale dan Rendra sudah tidak ada ditempatnya. Kedua cowok itu memilih pergi lebih dulu. Rendra ditelpon sang Mama padahal dia sedikit mabuk untungnya masih sadarkan diri. Ale, lelaki itu bosan dan tidak berminat sama sekali saat ada beberapa anak cewek yang ikut bergabung apalagi saat Mea juga mengambil ciumannya, jujur Ale marah dan ingin sekali melampiaskannya, tapi ia mencoba untuk mengerti kalau Mea sedang dalam pengaruh mabuk berat saat itu.
Sekarang saat kini Mea tengah duduk di ruang meja makan, Papah tirinya Jovan sudah berangkat lebih dulu pergi ke kantor pagi-pagi sekali. Jadi hanya ada Mamanya Fressa, Kevan dan Axel. Semua hening, tak ada pembicaraan yang keluar dari siapapun beberapa saat. Hingga akhirnya Mea pun sudah selesai.
Mea tidak mengikat rambutnya dan ia biarkan terurai begitu saja tanpa dirapikan, wajah Mea lesu tak ada semangat dalam hidupnya kali ini, entahlah tatapan Mea sedikit kosong ada sesuatu mengganjal dalam pikirannya yang berkecamuk, tapi ia tidak ingat dan yakin apa akan hal itu? Kenapa dirinya seperti orang linglung begini? Mea pun bisa merasakannya secara tidak wajar pada dirinya. Apa Mea akan gila? Gak! Mea masih normal. Semoga saja Mea tidak mengalami gangguan mental, ringisnya pelan.
"Mea jangan kebanyakan ngelamun kamu!!" tegur Fressa sedikit sengit.
Mea hanya baru melirik sekilas tanpa menyahuti Mamanya. Kevan menatap tajam ke arah Mea dan Axel ikut memperhatikannya yang masih terdiam.
"Kevan kamu mau nambah lagi?" tawar Fressa melembut saat berbicara pada anak lelaki tampan itu.
"Gak." sahut Kevan. Walau Fressa tahu Kevan adalah tipe dingin yang tidak banyak bersuara, ia memakluminya.
"Kalau Axel?" imbuh Fressa kini berganti menatap anak lelaki satu lainnya itu
Axel hanya menggelengkan kepalanya tak terlalu peduli.
Mea sedikit kesal, kalau ibunya sendiri lebih mempedulikan kedua saudara tirinya itu daripada Mea sendiri. Ingin sekali Mea mengadukan semua perilaku buruk kedua laki-laki itu padanya selama tidak ada orang tua mereka. Tapi Mea bisa apa? Tetap saja nanti Fressa akan tetap membela kedua anak lelaki tampan itu dibandingkan anaknya sendiri yang sering terabaikan.
"Mea mau berangkat!!" ucap Mea.
"Berangkat bareng sama saudara mu, tungguin mereka, bentar lagi udah mau selesai!" kata Fressa sedikit mulai menajam.
"Mea bisa berangkat sendiri Mah!!" balas Mea rada jutek.
"Mea! Dengarin dan nurut apa kata Mama ngerti gak sih kamu?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANDRA
Teen FictionDiiincar oleh para lelaki the geng Badboys berkelas untuk dijadikan pacar 'istimewa' oleh mereka yang begitu menginginkannya. Dia adalah Mea Alestara, seorang gadis penuh kesederhanaan yang mempunyai sisi menarik pada dirinya. Cantik dan tertutup. N...