Secantik dirinya

973 67 17
                                    

Sebelum ingin pergi meninggalkannya rumah neneknya.  Mea melihat sekitar perkarangan rumahnya agak kotor berantakan karena tong sampah yang sempat ditabrak oleh mobil ibunya berhamburan tumpah isinya. Mea menarik napas panjangnya lalu menghembuskannya.

"Nih pegangin bentar dulu kucingku! Tapi jangan diapain!! Ingat! Kalau sampai terjadi kenapa, aku nggak pernah maafin kamu!" ancam Mea ketus, Rendra meraihnya sambil menyengirkan wajahnya.

"Cuma main bentara doang kok, gak sampai bunting juga tuh punya Lo." sahut Rendra berdecak malas. Mea melototkan matanya.

"Apa tadi kamu bilang?!"

"Gak ada." cuek Rendra mengabaikan wajah marah Mea. Cowok itu lebih asik melihat wajah kucing Mea yang menggemaskan dimatanya. Lalu kembali lagi memperhatikan ke arah gadis itu.

Mea memutar matanya jengah, lalu mulai membersihkan perkarangan rumahya dan memungut beberapa sampah kecil itu. Meletakan kembali dengan benar tong sampah itu agar berdiri lagi yang sebelumnya terjatuh berguling di sana.

Tak butuh waktu lama, akhirnya Mea selesai juga. Gadis itu kemudian membasuh kedua tangannya di air keran depan rumahnya. Rendra baru menoleh ke arah Mea lagi dan berdiri dari kursi tempat duduknya yang juga mengasuh kucing tadi.

"Ayo Mea kita pulang ke rumah om Jovan,," ajak Rendra dengan senyuman.

"Ta-tapi kucing aku gimana?" Mea berusaha hendak menghindari waktu untuk pergi ke sana. Namun rasanya ia tidak akan bisa menang melawan. Ibunya sudah menitipkan Mea kepada Rendra. Kalau tidak wanita itu sendiri yang akan memaksanya dengan sedikit kekerasan. Dan lagi mana mungkin ia membawa kucingnya itu ke rumah om Jovan, ayah tirinya. Bisa-bisa Kevan akan mengurungnya di bawah tanah. Tidak! Mea langsung menggelengkan kepalanya menepis bayangan kejam Kevan yang juga menyiksa kucingnya nanti.

"Kucing Lo biar gue aja yang rawat, percaya sama gue deh. Gue juga suka sama kucing. Apalagi nih gue cinta sama banget sama Lo." Rendra mulai lagi menyebalkan di depan Mea.

"Gak usah bawa cinta. Aku nggak peduli itu!" Mea mengambil alih peliharaannya dari tangan cowok itu sambil berjalan, Rendra mengikutinya

Disaat mereka berdua sedang dalam perbedebatan kecil, tiba-tiba ada dua orang lewat yang berada di depan gadis itu.

"Eh ada Mea..." sapa si anak lelaki muda seumuran dengan Rendra, Mea masih berumur 17 tahun. Sedang orang itu--Daniel baru 18 tahun sama seperti Rendra. Dia berdiri dan disebelahnya ada pria paruh baya, om Rommy. Dua orang itu merupakan tetangga dari gadis itu.

Mea menundukkan kepalanya dan mundur pelan hingga berdiri tepat dibelakang Rendra Lelaki itu menyadari kalau Mea sedang ketakutan. Sembari Rendra juga sedang menekankan dirinya agar tidak ikutan berdiri kerena tubuh Mea mengenai bagian depan bawah miliknya. Rendra meneguk kasar ludahnya sambil ia juga ikut memundurkan dirinya.

"Mea ayo temanin gue dong kayak mamah muda Lo itu, kita main kuda-kudaan dirumah gue sama bokap gue juga." ucap Daniel dengan senyum mesum diwajahnya. Rendra menatap tajam tidak suka lalu beralih maju ke depan menyembunyikan gadis itu dibelakangnya sambil menepis kasar Daniel yang berusaha memegang tangan Mea.

"Singkirin tangan lo dari dia sebelum gue patahin karena udah berani nyentuh, gua gak akan biarin itu sampai terjadi!!"

"Hey anak muda! Kamu gak usah ikut sama urusan kita dan gadis itu." sela om Rommy ayahnya Daniel. "Ayo Mea, ikut om sama Daniel, kita akan memperlakukan kamu dengan baik kok." Rommy menarik tangan gadis itu.

"Enggak! Mea nggak mau ikut kalian!" Mea langsung menyentakkan tangannya hingga terlepas. Rommy menggeram melihat penolakan gadis itu.

"Deniel kamu bantu seret dia!" titahnya pada Daniel.

MEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang