Mea sempat pingsan dipelukan Rendra begitu saat ia berjalan melewati koridor kelas, Rendra sedikit khawatir takut terjadi apa-apa dengan gadis itu dengan sigap mengangkat tubuh Mea dan segera membawa ke arah depan UKS dan langsung memasukinya.
Ia membaringkan Mea disana, dan menyuruh petugas yang berada di dalam sana untuk keluar membelikan makanan ke kantin sedang ia tetap menjaga gadis itu.
Setelah beberapa menit sebentar ia menunggu Mea siuman. Akhirnya gadis itu kembali tersadar.
"Lo udah bisa bangun lagi?" tanya Rendra sembari menatapnya."Hmm... Kita dimana?" Mea mendudukkan dirinya diatas bangkar itu.
"Digudang."
"Hah?!" Mea langsung terlonjak kaget mendengar jawaban cowok itu.
"Ya, di UKS lah Mea! Lu gimana sih udah tau tempatnya rapi gini masih nanya segala."
"Ko-kok sepi?! Yang lain dimana? Penjaga tempat disini pada kemana?!" Mea mulai memperhatikan sekitarnya dan dengan panik setelah mengetahui tak ada orang lain yang dia temukan selain hanya muka cowok didepannya ini tengah tersenyum aneh ke arahnya.
"Udah gue usir mereka. Tenang aja babey! Cuma hanya ada kita berdua disini." Rendra menyeringai ke arah gadis itu yang sudah memucat dengan wajahnya menatap horor.
"Ka-kamu mau ngapain?!"
"Pengen berduaan sama Lo."
"Jangan macam-macam deh!!" Mea memundurkan dirinya menjaga jarak cowok itu.
"Nggak kok, gue cuma pengen temanin Lo doang." elak Rendra saat menangkap ekspresi ketakutan dari gadis itu yang sedang melihatnya dengan was-was dan cemas.
"Aku nggak butuh teman seperti kamu! Udah sana kamu pergi!" usir Mea sambil mengibaskan tangannya kasar untuk menjauhi cowok itu.
Entah kenapa hati Rendra sedikit sakit saat mendengarnya langsung berhadapan dengan gadis yang ia sukai berkata seperti itu. Ini yang kedua kalinya ia mendengar, sebelumnya ia pernah mendengar saat berbicara ditelpon pertama kalinya. Apakah Mea tidak menghargai niat tulusnya? Sedikit sedih tapi sudahlah namanya juga cewek belum terbiasa mungkin dekatan dengan cowok ganteng seperti dirinya. Seketika Rendra menarik kembali sudut bibir tipisnya.
"Tapi gue yang mau gimana? Gue pengen dekatan terus sama Lo." goda cowok itu setengah bercanda.
"Berhenti mendekatiku! Kamu itu hanya membawa pengaruh buruk dalam hidupku!!" tekan Mea mendesis tajam pada cowok itu. Jujur ia Mea tidak sadar mengapa dirinya bisa seperti ini pada Rendra. Rasanya ia ingin terus marah di depan cowok itu. Mungkin karena teringat kelabat bayangan ibunya yang mencium Rendra, atau ia sendiri ingin menjaga batasan jarak dari cowok itu untuk sahabatnya.
Mea bingung sekarang dengan perasaannya. Ia terdiam sebentar begitu juga dengan Rendra. Cowok itu seperti memikirkan perkataannya. Apa Mea sudah keterlaluan dengan Rendra? Baguslah jika dia sadar bahwa Mea
"Mea gue---?!"
"Hei buka pintunya?! Ngapain kalian berdua di dalam sana?" suara teriakan dari luar pintu sana menyela pembicaraan Rendra yang terpotong.
"Kamu!?" Mea menatap tajam. "Kenapa kamu kunci pintunya?! Dasar brengsek!!" ia langsung turun dari ranjang bangkar itu dan mendorong keras dada bidang Rendra.
"Mea gue gak maksud anu itu...." Rendra mencoba menahan Mea dan ingin memenangkan Mea yang sedikit mengamuk saat tahu dirinya mengunci ruangan ini.
"Lepasin! Aku nggak mau didekat-dekatin! Kamu kurang ajar!!"
"Argh!" Rendra meringis sakit saat Mea menggigit tanganya. Lalu melepaskan. Gadis itu berlari cepat menjauhkan. Mea tidak mau satu ruangan dengan cowok itu. Ia masih teringat kejadian dulu saat digudang bersama Kevan kini dengan Rendra lagi berduaan? Akankah terulang? Tidak! Ia tidak ingin terjadi sesuatu pada dirinya bersama orang-orang berbahaya seperti mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANDRA
Novela JuvenilDiiincar oleh para lelaki the geng Badboys berkelas untuk dijadikan pacar 'istimewa' oleh mereka yang begitu menginginkannya. Dia adalah Mea Alestara, seorang gadis penuh kesederhanaan yang mempunyai sisi menarik pada dirinya. Cantik dan tertutup. N...