Melampiaskan kesalahannya

1K 74 8
                                    

Kevan benar-benar tidak bisa menahan kekesalannya. Semenjak ia tidak lagi bermain dengan para cewek lain seperti malam-malam sebelumnya, membuat dirinya setengah frutasi. Mea susah sekali dia taklukkan. Kevan pun meluapkan kemarahannya dengan tinjuannya pada samsak tanpa sarung tangannya. Ia terus memukul keras tanpa henti hingga luka-lukanya pun pecah mengeluarkan darah disekitar celah jarinya.

Sebenarnya ia juga tidak menginginkan ayahnya menikah lagi dengan wanita lain. Tapi yang dia lakukan hanyalah tidak perduli akan keputusan ayahnya waktu itu. Apalagi setelah tahu ia akan menjadi saudaranya gadis itu, membuat Kevan tidak keberatan menerima. Justru ia akan melimpahkannya pada Mea.

Ia ingin membalaskan dendamnya. Semua kebenciannya harus ia lampiaskan pada gadis itu atas kesalahan Fressa juga padanya. Wanita muda yang sekarang menjadi ibu tirinya istri kedua dari ayahnya. Kevan tidak menyangka jika akhirnya mereka akan menjadi keluarga baru.

Di rumah ini sekarang hanya dirinya yang baru keluar dari ruang bawah tempat latihannya biasa ia olahraga. Kevan tidak memakai bajunya. Banyak peluh keringat membasahi tubuhnya yang mengkilap. Napas Kevan memburu sedikit cepat.

Mea mematung sebentar melihat keberadaan Kevan yang berdiri tidak jauh dari sana. Raut muka Mea mendadak pucat. Ia turun dari kamarnya, Mea pikir tidak ada Kevan disini. Ternyata lelaki itu masih ada.

Kevan terdiam. Ia tahu Mea sangat takut padanya karena dirinya. Ia tersenyum sinis. Tapi kali ini bukannya berlari menjauh seperti biasa, malah gadis itu mendekati lelaki itu.

Mea menarik napasnya sebelum itu, matanya sempat melihat ke arah tangan Kevan. Beberapa tetes darah mengalir jatuh ke bawah lantai dari kepalannya di atas sana. Mea meneguk kasar ludahnya. Bagaimana pun juga Mea harus mengesampingkan rasa takutnya itu sesaat.

Mea selama ini selalu menghindarinya. Padahal ia juga mendengar kalau Kevan ingin menjalin hubungan bersaudara dengannya. Bukan kah sudah seharusnya begitu? Tapi yang Mea lakukan adalah hal benar saat itu demi nenjaga dirinya dari lelaki macam Kevan meski sekarang sudah menjadi saudaranya. Itu tidak menjamin tapi setidaknya Mea akan menghargai niat lelaki itu entah Kevan hanya berpura-pura baik atau malah sebaliknya terselip rencana jahatnya. Mea tidak tahu pasti.

Mea mencoba berpikir positif. Mungkin Kevan akan berubah suatu saat nanti. Ia pun melangkah kakinya lebih dekat ke arah lelaki itu. Mea terpaksa karena ia tidak tahan melihat Kevan terluka seperti itu. Mea ingin mengobati luka lelaki itu, pasti rasanya begitu sakit.

"Ke-kevan luka mu harus segera diobatin...." ujar Mea pelan sedikit menunduk. Lelaki itu menatapnya dalam sambil diam.

"Gak usah sok peduli Lo!!" sinis Kevan kemudian. Ia sedikit lelah hari ini karena kebanyakan pikiran hanya karena keluarga baru dengan gadis itu. Ia pun berjalan ke arah memasuki kamarnya. Mea mengikutinya dari belakang.

"Sini tanganmu..." Mea baru masuk ke kamar cowok itu. Kevan sedang duduk ditempat tidurnya. Ia menatap tajam gadis itu.

"Lo gak takut Mea berani banget Lo masuk kamar gue tanpa izin heh?!" Kevan berdecih, ia tidak suka orang lain masuk tanpa ia sendiri yang memintanya. Ia pernah mengajak gadis itu ke kamarnya itupun Kevan yang menginginkannya. Tapi Mea sendiri datang tanpa izin darinya. Ia sudah membiarkan Mea mau mengumpat dimana pun gadis itu agar tidak berakhir tertangkap ditangannya. Sial rupanya Mea hendak memancingnya eh?!

"Aku nggak bisa terus lihat luka kamu dibiarkan begitu saja." kata Mea. Ia lebih mengabaikan tatapan tidak suka dari Kevan.

Cowok itu terdiam sambil memperhatikan luka ditangannya. Cukup terasa mengerikan sih, dan Kevan baru merasakan sakitnya setelah beberapa saat berlalu. Mea pun tidak ambil pusing lagi, ia segera membersihkan terlebih dulu tangan itu setelah sempat membawa kotak obatnya terlebih dulu.

MEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang