Jovan mencoba mengajak Mea mengobrol dengan dirinya seperti sedikit berbasa-basi lebih dulu. Sejenak Mea melupakan rasa takutnya begitu menjawab pertanyaan Jovan yang tidak begitu membuatnya risih, entahlah Jovan seperti ingin tahu, peduli akan tentang dirinya. Sikap Jovan seperti hangat padanya, sebenarnya Mea juga berharap ingin merasakan perhatian seseorang, sosok Jovan lebih cocok sebagai ayahnya saja. Daripada om yang ingin mengencani dirinya yang masih 17 tahun.
Bagus anak ini sepertinya dia mulai terlihat nyaman dengan Jovan, pasti Mea tidak akan sulit untuk menemani nya. batin Fresa dengan senyum penuh arti.
"Apa kamu masih sekolah Mea?" tanya Jovan pelan dan ramah.
"Iya om." Mea meangguk kecil.
"Saya harap kamu juga akan terbiasa dengan anak saya nanti, dia juga seumuran sepertimu." Mea menatap tidak mengerti mendengar penuturan pria itu barusan.
Jovan hanya tersenyum simpul. Apa Mea akan bertemu juga dengan anak om Jovan? Siapa dia? Laki-laki atau perempuan? Jika laki-laki Mea takut dirinya akan dibagikan juga. Kalau perempuan? Entahlah.... Mau berteman atau akan memusuhinya Mea tidak tahu kedepannya itu.
"Jadi bagaimana menurut mu? Apa kau menyukainya?" Kini Fressa kembali bersuara di hadapan Jovan. Mea langsung menoleh ke samping ibunya dengan gerakan leher memutar cepat dengan mata yang mulai memanas.
"Iya aku menyukainya... seperti dirimu." Fressa dibuat bingung sebentar oleh Jovan yang menyangkut pautkan dirinya. Mea hanya diam sembari memperhatikan sambil menggigiti bibir dalam bawahnya dengan kuat.
"Kamu ada-ada saja, anakku lebih cocok dengan mu Jo." jawab Fressa sambil terkekeh pelan. Mea melotot mendengar ibunya yang berkata seperti itu mengenai dirinya. Apaan ibunya ini ingin sekali menyandingkan Mea dengan Om Jovan yang jelas-jelas berbeda jauh dari umur mereka.
"Maksud mu?" Jovan kini menyerngitkan alisnya heran menatap Fressa.
"Loh bukannya kamu menyuruhku untuk membawanya agar kalian bisa bertemu 'kan? Aku pikir kamu menginginkannya." sahut Fresa dengan lengkungan senyum dibibirnya pada pria itu. Ia bangkit berdiri dan hendak beranjak dari sana untuk meninggalkan anak gadis itu bersama pria kaya raya.
Sebentar lagi aku akan kaya! Dan mendapatkan uang banyak dari gadis ini. Aku sudah tidak sabar menunggu! Begitu dia pulang aku akan memintanya dari Mea. batin Fresa memekik senang sudah membayangkan jika Jovan nanti akan membayar mahal pada gadis itu.
"Fressa kamu mau kemana?" cekal Jovan menahan wanita muda itu sebelum menjauhkan dirinya.
"Aku ingin pergi, jadi bersenang-senanglah, aku akan memberikan kalian waktu berduaan." senyum Fressa yang masih mengembang di atas sana yang semakin melebar. Menatap Jovan dan gadis itu bergantian dengan sedikit mengangkat ukiran alisnya. Sedangkan wajah Mea memucat putih dan tubuh menegang kaku.
Mah! Jangan tinggalin Mea! jeritnya dalam hati saat melihat Fresaa bergerak akan pergi.
"Tunggu!! jeda Jovan. "Aku ingin membicarakan soal serius tentang pernikahan." kata-kata Jovan sukses membuat Fressa langsung berhenti dan memberikan tanda tanya besar dalam kebingungannya yang sekarang memenuhi pikirannya. Lalu ada Mea yang harus menelan ludahnya begitu pahit menyakiti tenggorokannya yang mendadak kering. "Aku juga mengajak anakku ke sini, sebentar lagi dia akan datang." tambah Jovan lagi.
"Loh kamu mengajaknya juga? Jadi kita sekarang mau merencanakan pernikahan begitu?" Fresa masih dibuat tidak mengerti dengan maksud ucapan Jovan tadi. Bukankah Jovan ingin berkencan dengan yang lebih muda dan belia seperti anaknya si Mea, ia pikir cukup sampai disini saja pembicaraan mereka, ternyata masih berlanjut ke tahap hal yang lebih jauh serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANDRA
Teen FictionDiiincar oleh para lelaki the geng Badboys berkelas untuk dijadikan pacar 'istimewa' oleh mereka yang begitu menginginkannya. Dia adalah Mea Alestara, seorang gadis penuh kesederhanaan yang mempunyai sisi menarik pada dirinya. Cantik dan tertutup. N...