Mea susah payah membawa ibunya pergi dari tempat laknat itu, tubuh wanita itu sedikit membuat langkah Mea menjadi beban, Fresa meracau tidak jelas meminta ingin dikembalikan untuk memasuki kelab tadi agar bisa bertemu lagi dengan lelaki tampan itu yang dimaksud adalah si Rendra teman dari Mea.
Mea tidak memperdulikannya, ia tetap meneruskan langkahnya sembari membopong Fresa yang kini mereka berdua sudah berada di luar sana terlepas dari tempat dunia kecil malam itu.
"Mah kita pulang aja! Udah malam ini, Mea takut kalau kita ketemu orang asing berniat jahat pada kita."
"Kamu itu udah bukan anak kecil lagi Mea! Kalau ketemu kamu harus lawan!!" Fresa membentak walau mabuk ia masih tetap bisa menyahuti ucapan Mea dengan jelas.
"Mah! Mea gak bisa bela diri. Gimana mau menghajar dia kalau mereka lebih banyak?" tanya Mea pada ibunya yang berjalan terlihat sempoyongan membuat gadis itu juga berusaha menahannya agar dirinya tidak ikut terjatuh dan masih kuat menopang Fresa disamping rangkulan pundaknya yang begitu terasa berat.
"Kamu pikir aja sendiri!!" sinis Fresa kemudian, daripadanya berdebat Mea tidak lagi membuka suaranya. Dan melanjutkan jalannya. Sedari tadi Mea juga mencari tumpangan berharap ada taksi yang lewat, namun belum juga muncul di depannya.
Tiba-tiba dipinggir jalan sebuah mobil hitam menghadangnya, Mea meneguk ludahnya saat melihat pintu mobil itu mulai terbuka, sembari ia juga memundurkan langkahnya membuat Fresa pun mengikuti gerakan anak gadisnya itu.
Melihat samar ke arah orang itu dari jauh, Fresa melepaskan dirinya dari Mea. Dan mendorong tubuh gadis itu maju ke depan sana.
"Mamah?!" Mea terbelalak kaget hingga tubuhnya terpental ke depan sana dan orang itu dengan sigap menangkapnya dalam pelukan. Cahaya lampu jalanan tidak begitu temaram, apalagi keadaan malam begitu lebih gelap dari biasanya tanpa ditemani bulan dan bintang yang menghiasi langit hitam. Suasana sekitar juga jauh lebih mencekam karena lengangnya tanpa ada orang lain yang berjalan kaki selain mereka berdua tadi.
Mea mencoba merontakan langsung dirinya saat orang itu menahannya. "Lepasin! Siapa kamu?!" sengit Mea pada orang itu sejenis makhluk yang bernama laki-laki. Mea amat panik. Orang itu tidak melepaskan malah semakin membuat dirinya lebih masuk ke dalam pelukan erat lelaki itu. Mea merasa sesak napas dibuatnya.
Sedangkan Fresa menjauh ke tepian jalan, wanita muda itu memuntahkan isi perutnya karena rasa mual akibat minuman keras yang dia tenggak bersama Tante Novie--temannya. Mea melihat ibunya masih sibuk berjongkok di bawah sana tanpa menghiraukan dirinya yang benar-benar ketakutan bersama lelaki lain. Mea menangis.
"Mah! Tolongin Mea!!" teriaknya agar Fresa melihat ke arahnya.
Tepat dibawah lampu jalanan yang padam pun akhirnya menyala dan menunjukkan wajah seorang lelaki di depannya itu. Saat Mea dapat melihatnya. "Mea ini gue Vero. Lo gak usah takut, gue bukan penjahat kok."
Mea mengerjapkan kedua matanya menatap Savero, teman geng Axel sekaligus teman satu kelasnya. Savero sudah mengendurkan pelukannya dan menundukkan wajahnya untuk melihat mata Mea yang terhalangi oleh kacamata gadis itu, begitu juga Mea mendongak untuk melihat lelaki itu.
Savero?!" gumam Mea, rasa takutnya kini tergantikan dengan helaan napas lega. Ia pun membalas pelukan lelaki itu tak kalah eratnya. Mungkin karena efek takutnya saat terbayang kejahatan ingin melakukan hal buruk padanya. "Syukurlah, aku kira tadi siapa, hikss..."
"Maaf Mea gue udah bikin lo nangis ketakutan." Savero pun terkekeh, membuat Mea kembali mengangkat wajahnya yang kini mulai kesal.
"Gak lucu Vero! Hampir saja tadi aku menggigit mu!!" desis Mea.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANDRA
Teen FictionDiiincar oleh para lelaki the geng Badboys berkelas untuk dijadikan pacar 'istimewa' oleh mereka yang begitu menginginkannya. Dia adalah Mea Alestara, seorang gadis penuh kesederhanaan yang mempunyai sisi menarik pada dirinya. Cantik dan tertutup. N...