Hanya Berdua?

1.1K 76 13
                                    

"Lo jawab jujur sama gue Mea! Apa benar Jordan itu mantan lo?! Jadi dia selama ini cowok yang Lo hindarin kemarin bersama gue saat itu?!" Rendra mencoba meredam emosinya setiap kali ia mengingat tentang gadis itu pernah menjalin hubungan dengan Jordan musuhnya.

"Ke-kenapa ka...kamu nanyain itu?"

"Jawab aja Mea!!" bentak Rendra. Mea terperanjat kaget, "jadi dia alasan Lo buat nyium gue hah?!" ia tidak habis pikir bagaimana Mea seolah mempermainkan perasaannya begitu saja.

Mea menatap takut akan sosok Rendra yang kali ini terlihat sangat berbeda dirundung marahnya. Cowok itu benar-benar seakan ingin sekali melampiaskan kekesalannya saat itu juga. Lalu dia mengusap gusar wajahnya. Mea meneguk pelan salivanya.

"Jangan bilang Lo ini juga adalah perbuatan Jordan yang maksa Lo 'kan?!"

"Nggak!! Aku sempat terjatuh di aspal, dan ini gak ada hubungannya sama dia." kilah Mea cepat menatap tak percaya dengan ucapan Rendra yang terlontar untuk dirinya.

"Lo pernah ngapain aja sama dia?!" tanya Rendra datar, sekali lagi memojokkan Mea. Setelah bel pulang berbunyi Rendra membawa Mea ke lorong yang lebih sepi. Ia mengurung Mea dengan satu tangannya menatap gadis itu tajam dari atas sampai bawah menelitinya lebih dalam sambil tersenyum miring.

Plak!

Mea langsung menampar lelaki itu saat itu juga. Ucapan Rendra benar-benar keterlaluan menohok untuk dirinya. Jujur ia merasa sangat sakit mendengarnya. Ia tidak menyangka Rendra akan bersikap seperti itu tadi seakan ingin merendahkan dirinya juga meski Rendra tak bermaksud begitu tetap saja Mea merasa malu.

"Cukup Rendra! Aku nggak mau kamu ngungkit masa lalu aku!! Iya Jordan mantanku. Cinta pertama ku. Apa saja yang udah kami lakukan itu bukan urusan kamu!! Kamu nggak berhak tahu itu!!" desis Mea yang mulai muak.

"Gue... Gua hanya gak bisa terima kalau Jordan pernah sia-siain Lo Mea," kata Rendra menatap redup gadis itu. Mea tercekat sesaat. Rendra lebih perduli padanya. Tapi hanya saja Mea tidak ingin cowok itu berlebihan, menyangkut pautkan dirinya dengan orang lain.

Tanpa diinginkan air mata Mea mengalir deras. Apakah ia harus senang saat Rendra mengatakan hal itu atau malah ia kecewa jika Rendra tak bisa mempercayai dirinya? Mea bingung harus mengatakannya bagaimana lagi.

Cowok itu memegangi pipinya sebentar yang bekas kena tamparan oleh Mea tadi. Mea tidak sanggup lagi mendengar semua yang terucap dari mulut Rendra. Mea terpaksa harus menghentikannya dan cukup membuat Rendra terdiam.

"Sudah jelas 'kan Ren? Semua orang katakan itu mungkin benar. Kamu nggak perlu lagi berharap padaku,"

"Maaf..." gumam Rendra. Mea menatap sedih. Ia pun mendorong kasar tubuh Rendra dari hadapannya. Lalu beranjak pergi meninggalkannya. Walau langkah kaki Mea sedikit tertatih-tatih, namun cukup cepat menjauh dari sana.

***

Dengan langkah pelan Mea terpaksa pulang dengan berjalan langkah kakinya. Entah kedua saudara lelaki tirinya itu meninggalkannya atau Mea sendiri yang memilih untuk tidak pulang bersama mereka.  Ia masih takut. Mea ingin kembali ke rumah neneknya saja kalau bisa, tapi ia tidak mau membuat Fressa akan marah saat mengetahuinya nanti atau neneknya akan menjadi sasaran oleh ibunya.

Tak lama rintikan hujan pun mengguyur basah dirinya secara pasti. Mea merasa dirinya bukan perempuan yang baik-baik. Rendra pasti sudah kecewa pada dirinya dengan sangat.

Ini semua karena salah temanmu Rendra! Kevan dan Axel memperlakukanku dengan buruk. Aku takut! Bilang itu padamu. Aku nggak mau membuat persahabatan kalian hancur karena kejujuran ku! lbatin Mea menangis dibawah air hujan yang menyatu dengan kesedihannya.

MEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang