****
"Ale Lo gimana sih?! Bukannya bantuin bikin Mea buat bebasin dia malah Lo tahan disana juga?! Dia kan masih dibawah umur, anak sekolahan kayak kita juga bung!!!" protes Axel sambil mengacak-acak rambut gondrongnya yang kini terlihat awut-awutan kayak orang gila yang sedang mengamuk massa memprotes keputusan temannya itu. Wajahnya kusut, ia hanya tidak habis pikir dengan jalan pikir Ale yang seenaknya.
"Paan? Lo kira gue yang penguasa hukum dan mengatur segalanya jadi ringan dan mudah? Kalau pun bisa udah gue lakuin dari tadi tanpa Lo minta!!" ucap Ale.
"Lah terus apa gunanya dong Lo anak komandan tapi gak bisa ngejamin Mea buat gak mendekam disana? Plis Le, gue mau Mea bebas. Dia gak salah. Yang itu gue sama Kevan, bodoh banget gak mau percaya sama dia waktu itu." kata Axel sekali lagi kali ini memelan.
Ale tampak berpikir sebentar, saat ini mereka ada diluar ruangan. Sedangkan Mea dalam tahanan hukum. Axel sangat berharap Ale mau mempertimbangkannya sekali agar dia dengan ayahnya sang Kapolda tertinggi mau mendengarkan permintaan cowok itu.
"Ada syaratnya." jeda Ale. "lo harus suruh pacar Lo Alyra buat godaain bokap gue." ujar Ale dingin tatapan juga datar saat menyebut nama cewek itu yang diketahui sebagai pacarnya Axello dari cowok gondrong itu. Axel melotot keras mendengarnya.
"Sialan Lo!" umpat Rendra mulai emosi. "Jangan dia Napa?! Lyra sahabat cewek gue! Masa disuruh main sama om om?! Sinting Lo Le!!"
"Lo pilih Alyra atau Mea?" ujar Ale membuat pilihan sulit pada cowok itu. "Tapi gak gitu juga!!" ujar Rendra tertahan tidak terima. Cowok bertopi kebelakang itu membuang kasar napas pendeknya. Ia tidak menyangka Ale akan melibatkan cewek merah itu sebagai syarat serius utamanya.
"Jawab aja!" sahut Savero menambahinya, cowok kalem yang memiliki lesung pipit tersembunyi itu juga datang ke sini ketika tahu kabar mereka Mea ada dalam masalah besar. Ia tengah menatap Rendra seakan mendesaknya dengan kepastian agar Rendra tidak terlalu lama membuang waktu untuk memikirkannya lagi.
"Ren... Lo maunya Alyra gue apain enaknya?" ancam Kevan kini menatapnnya dengan tajam meski wajahnya datar tapi maksud perkataan cowok dingin itu tidak main-main. Axel meneguk kasar ludahnya. "Parah Lo semua!!" decak Axel kasar sepertinya ia juga sedikit tidak setuju sama dengan Rendra tadi.
"Ya tetap Mea lah!" jawab Rendra kemudian nadanya sedikit berat. "Maafin gue Lyra..." gumam bantin Rendra merasa bersalah. Lalu mencibir pelan ke arah Ale.
Mau tidak mau akhirnya Axel menghela napasnya cukup panjang. Terserah lah gue gak peduli sama tuh cewek! Yang penting Mea secepatnya bebas! batin Axel kini bersuara diam-diam.
"Tapi btw, kenapa harus Alyra yang Lo suruh buat godaain bokap Lo Le?" tanya Savero penasaran. Mereka yang ada disana pun juga samanya merasakan dengan apa yang Savero pikirkan mengenai cewek merah yang cukup sadis bernama Alyra yang diketahui mengklaim Axello adalah miliknya sebagai kekasih cowok gondrong tertampan itu. Savero juga melirik ke arah Axel yang hanya memasang tampang tak pedulinya. "Apa hubungannya coba?" lanjut Savero menyergitkan alisnya.
"Hanya cuma cewek itu yang bisa dekatin bokap gue! Ayah gue bakalan nurut sama dia. Sedangkan sama gue, bukannya mendengarkan malah bodoh amatan! Yang ada gue sama bokap saling keras kepala hanya karena berbeda pendapat! Ya bisa dibilang gue kurang akur sama bokap sendiri! Kek orang asing, semenjak bokap gue ketemu dia dulu,," ujar Ale dingin. Axel mengerutkan keningnya cukup dalam. Mereka cukup tercengang saat mendengarnya. Ale menghembuskan napasnya dengan enggan untuk membahasnya lagi. Biarkan saja mereka semakin penasaran kenapa bisa Alyra sedekat itu dengan Om Hisza ayahnya Ale.
"Serius Lo Le?!" kaget mereka. Rendra meneguk kasar ludahnya. "Kok gue baru tau ya?!" Rendra menatap seakan tak percaya.
"Gila cuy! Alyra cewek Lo jago banget dah ambil hati bokapnya si Ale." celetuk Vero pada Axel yang sempat terdiam sejenak. Rendra mendelik sedikit tajam pada temannya itu.
"Gimana Xel? Lo masih tertarik gak tuh sama cewek?!" goda Vero menyeringai tipis. Kevan memutar jengah matanya dengan malas. Ale mendengus sinis. Sedangkan Rendra ingin sekali membungkam mulut menyebalkan Savero dengan kedua tangannya biar tidak kebiasaan berkata sembarangan. Tapi saat ini ia tidak bisa berbuat apa-apa, atau yang lain akan curiga dengannya karena terusan membela Alyra disaat ia lebih memilih Mea daripada teman dekatnya si cewek merah itu.
Axel tanpa sadar juga mulai mengepalkan tangannya dibawah sisi kedua pahanya secara diam-diam saat mendengarkannya. Jujur ia tidak suka cewek merah itu--Alyra ternyata selama ini juga pernah dekat dengan ayahnya Ale.
Ada dengan apa hubungan mereka bertiga? Kenapa Ale sangat membencinya lalu dia juga yang menyuruh cewek itu untuk menggoda ayahnya sendiri?! Sialan si Ale membuatnya semakin bingung. Setelah itu, Ale pun berlalu pergi meninggalkan mereka dan enggan untuk membicarakannya lebih lanjut lagi bersama para teman-temannya itu, atau itu hanya akan membuat keributan lain di tempat ini. Terlebih lagi pada Rendra yang terlihat sangat tidak suka, benar-benar ingin menghajarnya karena begitu kesal saat Ale mengatakan tentang Alyra pada mereka.
Kevan hanya memikirkan Mea sejak tadi. Ia masih tidak tenang. Kevan ingin sekali Mea kembali padanya. Hanya itu yang Kevan inginkan. Sesuatu yang selama ini Kevan rasa hatinya benar-benar sangat merindukan kehadiran cewek itu untuk ada disisinya. Soal gadis manapun, Kevan tidak mau tahu peduliin tentang mereka, sekalipun ceweknya Axel si Alyra yang akan jadi bahan taruhannya.
Axel juga tidak bisa berkutik, tapi ia harap Alyra akan bisa membantunya untuk Mea. Untuk saat ini Axel mengesampingkan pikiran anehnya itu. Biar bagaimanapun Alyra tetap bukan ceweknya. Mea lebih penting lebih dari sekedar keluarganya.
"Kalau Lo udah bosan, kasih aja Lyra ke gue." bisik Savero pada cowok gondrong itu.
"Diem lu!!" Axel mulai kesal. Savero terkekeh pelan.
Kevan sempat mendengarnya sekilas menoleh ke arah mereka berdua, cowok dingin itu sedikit tertarik, tapi lebih memilih tidak berminat untuk tidak peduli, sedangkan Rendra mengusap wajahnya beberapa kali.
****
Sebenarnya Axel bisa saja meminta Jovan untuk membebaskan Mea, apa yang tidak bisa ayahnya itu lakukan, pasti akan dia wujudkan. Tapi sayangnya Axel tidak sabaran untuk menunggu kepulangan sang Papah dari kesibukan padatnya dari bekerja diluar negeri saat itu.
Tapi syukurlah Mea akhirnya bisa dibebaskan hari itu juga oleh keringanan ayahnya Ale. Dan pada saat itu tak lama kemudian Jovan akhirnya mendarat pulang dengan cepat untuk membersihkan nama keluarganya itu setelah tahu kabar bahwa Novie masih mencarinya dan menyakiti mereka.
Jovan sangat berterima kasih pada anak perempuannya itu, Mea berkorban demi melindungi Fressa, Kevan dan Avina. Kalau saja Mea tidak ada disana, Jovan tidak tahu lagi harus bagaimana nasib keluarga yang akan hancur oleh perbuatan ulah wanita gila itu.
Mea sudah nyatakan bebas, selain mengeluarkan uang yang banyak, kesalahan itu tidak sepenuhnya melekat pada diri gadis itu. Untung masih ada Inem yang mengakui atas semua kejahatannya yang berencana itu untuk menghancurkan mereka. Walau kini Inem membisu, dia tidak bisa berbicara lagi ataupun ingin berkilah berbohong karena Kevan telah merusak vita suaranya dengan keras dan kasar yang hampir saja membuat nyawa Inem terenggut ditempatnya, Inem hanya bisa menuliskan semuanya secara detail dikertas saat dimintai keterangan oleh pihak berwajib. Dan begitu pula dengan Novie yang masih hidup, hanya saja dia dalam keadaan koma kritis di rumah sakit khusus yang seperti ruangan penjara untuknya dijaga sangat ketat oleh petugas keamanan polisi yang sewaktu-waktu jikakalau saja wanita gila itu bangun tersadar dan hendak melarikan dirinya, tidak akan bisa pernah bisa dengan mudah untuk bersembunyi di tempat lain.
_____
TBC.....
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANDRA
Teen FictionDiiincar oleh para lelaki the geng Badboys berkelas untuk dijadikan pacar 'istimewa' oleh mereka yang begitu menginginkannya. Dia adalah Mea Alestara, seorang gadis penuh kesederhanaan yang mempunyai sisi menarik pada dirinya. Cantik dan tertutup. N...