Berakhir atau lanjutin?!

786 69 23
                                    

Happy Reading!! Sorry kalau ketemu typo's bertebaran dimana-mana!!

Silahkan dibaca, Jangan lupa VOTE dan KOMENT!!

Axel akhir akhir ini siap siaga untuk menjaga Mea, ia tidak akan meninggalkan Mea sendirian lagi. Mau tidak mau Kevan pun ikut terpaksa menemaninya juga, kadang kesal dengan tingkah Axel yang berlebihan selalu menyalahkan dirinya.

Sejak saat itu, seminggu telah berlalu. Mea baru bisa kembali bersekolah dari alasan sakitnya, itupun kalau bukan karena Axel yang sering membujuknya agar Mea tidak perlu mengurung dirinya sendiri di dalam kamar terusan. Jadi Axel yang akan selalu berada disampingnya. Sejak saat itu juga Axel tidak mau banyak bicara selain dengan tindakan tegasnya yang selalu ia tunjukkan semenjak Mea mengalami hal buruk itu.

Mea harus juga siapkan hatinya. Sampai ia tidak mau ditemui oleh siapapun saat itu termasuk Rendra yang mencari tentang dirinya saat itu entah tanpa kabar. Mea belum siap menerima kenyataan yang dialaminya. Padahal Rendra paling serius ingin membawa dirinya dalam perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka atas keinginan lelaki itu.

Mea bingung harus bagaimana menjelaskannya. Ia sadar dirinya tak pantas untuk Rendra yang terlalu baik padanya. Mea juga tahu, dia sering nyakitin perasaan Rendra betapa jahatnya Mea yang lebih mementingkan ego-nya dibandingkan ketulusan yang Rendra berikan padanya setiap waktu.

Jadi inilah saatnya Mea harus jujur untuk mengungkapkannya. Dan memberitahu hal pada Rendra sebelum laki-laki itu akan menyesal dengan keputusannya sendiri yang telah salah memilih dirinya yang jauh dari kata baik sebagai perempuan calon ibu berumah tangga. Mea tidak mau semua masalah darinya itu tidak bisa membuat kehidupannya bersama orang yang akan mendampinginya tak menjamin kebahagiaan kecil impiannya.

"Rendra aku gak mau ngelanjutin perjodohan ini." ujar Mea, setelah mengajak Rendra untuk berbicara di tempat lain, cukup jauh dari lorong keramaian, jadi Mea bisa sedikit tenang tanpa ada orang lain yang memperhatikannya.

"Why? Kita masih bisa tunda kok, kalau itu keberatan buat Lo." Rendra sedikit mengerutkan keningnya.

"Tapi aku tetap gak mau!!" bantah Mea cepat. Memang mendadak membicarakan hal yang tidak masuk akal di pagi hari ini, begitu Mea kembali masuk ke sekolah ia langsung menarik Rendra ketika mereka bertemu.

"Emangnya ada yang harus dirundingkan lagi?" tawar Rendra masih mencoba lebih sabar menghadapi keinginan Mea yang kadang membuatnya sedikit frutasi. Demi apapun Rendra rela harus tersakiti jika Mea mau bersamanya hanya itu yang Rendra inginkan saat ini.

"Gak ada." sahut Mea datar.

"Terus mau kamu apa? Aku udah sabar lho nungguin kamu, masa kamu mau kita berakhir gitu aja?" Rendra menghela napasnya, nada bicaranya juga ikut berubah agar dia masih bisa berkata dengan lembutnya dan tenang pada cewek itu. Untuk sesaat Mea tak berkutik dibuatnya.

"Aku gak pantes buat kamu Rendra! Kamu harusnya ngerti kalau aku udah sama yang lain bahkan.... Aku juga pernah melakukan hal begituan sama..." Mea tertunduk dalam menahan malunya sambil mulai menangis terisak kecil, ia tidak sanggup untuk meneruskan kalimatnya, tapi setidaknya mungkin Rendra pasti akan memahaminya. Ia sebenarnya tidak ingin mengatakannya tapi harus!

Kalau yang didepan Rendra kali ini adalah Mea dalam keadaan sadar entahlah... Haruskah Rendra mempercayainya atau tidak? Ini bukan pertama kalinya Rendra pernah mendengar saat Mea mabuk mengakui tentang perihal dirinya yang tidak seperti Rendra bayangkan bahwa Mea yang polos ternyata mempunyai sebuah pengalaman yang membuatnya tak menyangka akan hal itu.

Rendra terdiam cukup lama mendengarkannya, kalau saja Mea mabuk seperti saat waktu malam itu, mungkin Rendra akan memakluminya atas ucapan ngawur Mea yang melantur jauh dari batasan pikirannya. Tapi kali ini Rendra dibuat bingung sejenak. Lalu kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan sedikit menunduk.

MEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang