Semenjak tahu kabar Mea masuk rumah sakit, Rendra jadi lebih perhatian. Walau Mea sering menolaknya terus terusan, bukannnya tanpa alasan. Mea tidak ingin merepotkan Rendra, ia juga tidak mau kalau Rendra yang bersahabat dengan Kevan, saudara tirinya akan membuat pertemanan kedua cowok itu ikut bermasalah karena mungkin bisa saja Kevan melarangnya.
Setelah selesai makan dengan apa adanya sepertinya itu lebih pantas dikatakan sebagai sisa makanan dari mereka. Karena Mea tidak bisa begitu menikmatinya dan itu pun terasa hambar. Tapi tidak apa toh Mea tidak masalah, karena dia dulu juga pernah tidak makan selama beberapa hari karena kekurangan ekonomi penghambatnya.
Namun kali ini Mea terdiam beberapa saat ketika Rendra menghampirinya dengan motor ninja besar kesayangan cowok sangar itu. Entah kenapa Rendra berusaha selalu ada untuk Mea walau Mea sendiri tak mengharapkannya, apakah Mea harus membalasnya dengan tidak berperasaan? Tidak. Mea tidak boleh egois. Ia harus menghargai kebaikan Rendra walau kadang cowok itu kurang ajar, mungkin itu sifat alami yang dimiliki setiap para cowok berani menyentuh sesukanya, untungnya Rendra masih bisa mengontrol dirinya yang hampir diluar batas.
Cewek itu bingung harus apa sekarang, Rendra tak pernah lelah mengisi harinya, sedangkan kekasihnya Dewa? Mea sengaja tidak ingin berinteraksi sementara waktu, ia tidak Dewa juga ikut ke dalam masalah pribadi keluarganya. Berharap Kevan tidak harus menjadi Dewa sebagai sasaran empuk sebagai ancaman serius untuk Mea.
Mea tidak sanggup ketika orang yang dia sayang akan tersakiti. Cukup dirinya saja. Meski Kevan tidak sadar kalau Mea juga mulai menyayangi diri lelaki dingin itu meski berapa banyak dosa yang Kevan perbuat padanya, Mea masih mau memaafkan kejahatan Kevan. Axel cowok gondrong itu juga sama menyebalkannya namun dia lebih care pada Mea, tapi entah mengapa sekarang terasa berbeda. Semoga keadaan kembali membaik agar Mea bisa bersama keluarganya sehangat kemarin.
"Mea ayo naik, jangan bengong." ucap Rendra membuyarkan lamunan singkat Mea saat cowok itu menjemputnya di pekarangan rumah. Axel dan Kevan sempat berlawanan arah dengan cowok namun tetap melanjutkan tujuannya mendatangi Mea yang sudah keluar dari gerbang rumah besar itu.
"Kenapa kamu jemput aku? Kan aku udah bilang jangan. Aku gak mau kamu ikut terlambat gara-gara aku!!" dengus Mea, walau begitu Mea sebenernya tidak bermaksud begitu, ia hanya tidak ingin Rendra mendapatkan cacatan lebih dibuku merahnya mengenai point yang sudah terkumpul banyak dari sebelumnya karena kenakalan Rendra.
"Gak papa Mea, asal sama Lo gue rela nanggung hukuman." senyum Rendra sebentar namun matanya tak sengaja melihat ke arah tangan Mea yang terlihat sedang disembunyikan oleh cewek itu dalam balutan perban tipis.
"Eh tangan Lo kenapa?" tanya Rendra mengerutkan alisnya heran saat memperhatikannya begitu dalam yang tak luput dari pengamatannya.
"Oh gak kok, udah biasa kena percikan minyak goreng pagi tadi,," dehem Mea kecil.
"Pasti sakit banget ya? Coba sini gue mau lihat, kalau parah biar gue obatin ulang sampe merahnya gak keliatan lagi." ujar Rendra menarik lembut tangan Mea agar mendekat padanya.
"Udah Rendra ini gak penting. Aku gak mau kita terlambat apalagi sampai bolos!!" kata Mea sedikit ketus. Rendra menghela napasnya ia sudah terbiasa menghadapi sikap jutek Mea dari dulu sampai sekarang.
"Yah gagal deh..." gumam Rendra lesu padahal ini juga kesempatan bagus baginya agar bisa berduaan dengan Mea ke lain tempat, tapi ya sudahlah.
"Yaudah nanti kelas kita lanjutin." ujar Rendra. Mea sedikit melotot dengan perkataan Rendra yang terdengar ambigu. Tapi Mea juga tidak dapat menahan sedikit senyum gelinya dengan ekspresi Rendra yang agak merajuk tadi padanya. Mea merasa hatinya menghangat saat Rendra bersamanya. Namun Mea ingatkan dirinya bahwa dia dengan cowok itu hanya teman saja. Mea tidak boleh menduakan kekasihnya.
***
Mea mengerjakan semua pekerjaan rumah sedangkan Inem terlihat bersantai ria saat Jovan dan Fressa tidak ada di rumah. Ia ingin marah tapi tidak bisa saat Axel yang melemparkan semua tugas tugas itu padanya. Mea hanya bisa menghela napasnya jika sudah seperti ini ia tak punya kekuasaan. Ia hanya seorang diri dan cuma menumpang hidup.
Dengan penuh kesabaran yang tersisa Mea mencoba menjalaninya dengan kuat hati. Ia tidak boleh sampai kalah dari Inem atau pembantu itu akan merasa menang. Maka dari itu Mea butuh waktu yang tepat jika suatu saat Tuhan mau memberinya akan bantuan hingga Inem tidak bisa lagi menentangnya.
Karena terlalu memikirkan bagaimana caranya agar Mea bisa terlepas dari pandangan buruk keluarganya, sampai ia tidak menyadari kalau Inem yang sedang lewat di depannya auto terpeleset sampai terjungkal. Mea sedikit terkejut, ia sempat mengira tadi cicak alien jatuh terhempas dari atas langit yang entah berapa tingkat tinggi hampir menggemparkan jika saja suasana di rumah ini heboh.
"Sykurin tuh!!" ucap Mea dalam hati, walau wajahnya terlihat datar tak peduli, tapi ia merasa betapa senangnya akhirnya musuh dalam pagar rumahnya itu bisa KO juga walau sebentar.
"Awh sakit banget,," Inem mengaduh kesakitan. Sedangkan Mea masih tak peduli dan tetap melanjutkan pekerjaan mengepel lantainya agar lebih licin lagi biar saja Inem mati bertubi-tubi karena kakinya sendiri yang salah menginjakkan masuk ke rumah ini.
Axel yang sedang terlihat asik memainkan petik senar gitarnya di ruang tengah duduk bersila tak sengaja mendengar suara gaduh jatuh yang membuatnya menoleh ke arah sana. Ia pun beranjak dan melihat hal itu. "Inem Lo gak papa?" tanya Axel dengan cepat membantu pembantunya yang masih nyungsep di bawah kakinya.
"Lo gimana sih hah? Lo sengaja mau jadiin Inem korban Lo lagi hah?! Bukannya dibantuin malah dibiarkan aja!!" Axel mencibir Mea yang seketika membuatnya lebih terdiam sejenak.
"Inem Lo bisa berdiri gak?!"
"Hiks... Aku takut kaki aku gak bisa jalan lagi." wajah Inem mulai air mata palsunya untuk menarik simpati. Axel langsung mengarahkan kembali tatapan tajamnya pada Mea.
"Puas Lo udah buat dia kesakitan gini hah? Kalau sampai Inem kenapa-kenapa Lo akan tahu sendiri akibatnya! Gua akan kasih tau sama Mama Lo!!" desis Axel. Cowok itu terlihat tidak main-main. Ia akan melaporkannya pada ibu cewek itu sendiri, karena hanya itu yang membuat Mea ketakutan dan tak berani melawan. Jika sama ayahnya Jovan, itu tidak akan terjadi karena Jovan tidak akan jadi menghukumnya dan meanggap semua itu akan baik-baik saja dengan mudahnya. Gara-gara Mea dulu juga Axel dan Kevan yang tidak biasanya kena amarah sang ayah malah angin-anginan kena imbasnya hanya karena Mea pulang larut malam waktu itu. Jovan terlalu berlebihan khawatirnya membuat Axel keki sendiri jika mengingatnya.
"Tapi aku gak bermaksud gitu... Inem sendiri jalannya gak lihat kalau lantainya masih dibersihkan,," jawab Mea pelan tertunduk kebawah. Ia juga menggenggam tangannya kuat-kuat rasanya ia kesal sekali saat sempat melihat senyum Inem masih tersungging seperti gigi kuda untuk menertawakan dirinya diam-diam disaat keberuntungan belum berpihak pada Mea.
"Gue gak butuh alasan lo!!" sinis Axel. Lalu cowok gondrong itu segera mengangkat tubuh Inem dari tempatnya terduduknya tadi, dan membawa Inem ke arah lain. Inem memeluk leher Axel. Melalu celah itu Mea benar-benar panas ingin menyiram wajah Inem dengan ember bekas air hitam perasan pel itu.
Mea hanya menatap datar saja. Toh yang salah Inem sendiri kenapa barus pusing Mea memikirkannya? Setidaknya Mea sedikit merasa terbalaskan dengan Inem yang terjatuh gara-gara pembantu cewek itu berhati-hati hanya karena berusaha untuk mendekati Axel.
Walau begitu tetap saja Mea berdecak kesal. Ia sedikit tidak terima terus disalahkan tanpa sebab yang jelas. Dan entah mengapa Mea ingin Axel mengerti dirinya seperti dulu. Axel yang care padanya, Axel yang humoris dan sedikit menyebalkan, Mea ingin Axel melindunginya juga walau itu tidak mungkin terjadi karena Axel juga membencinya karena kesalahpahaman yang menimpanya saat itu.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANDRA
Teen FictionDiiincar oleh para lelaki the geng Badboys berkelas untuk dijadikan pacar 'istimewa' oleh mereka yang begitu menginginkannya. Dia adalah Mea Alestara, seorang gadis penuh kesederhanaan yang mempunyai sisi menarik pada dirinya. Cantik dan tertutup. N...