"A-axello?!" Mea melotot tak percaya dengan matanya yang nyaris keluar, ia juga hampir tercekik oleh napasnya sendiri beberapa saat. Tak hanya itu jantungnya terasa hendak melompat dari peradabannya. Bahkan kedua kaki Mea kebas dengan tubuhnya yang mendadak lemas seperti jelly. Kalau bisa Mea ingin pingsan sekarang juga, tapi ia harus tetap berjaga diri saat ini, sebelum pasrah.
"Nga-ngapain ka-kamu disini?!" Mea bertanya dengan terbata, benar-benar gugup setengah mati, sambil sesekali menoleh kebelakang berharap Kevan tidak akan mengejar dirinya. Tapi kali ini malah kedatangan Axel yang menghadang dirinya dengan wajah yang masih sedang terlihat tersenyum-- aneh ke arahnya.
"Ngapain apanya? Gue mau kamu ketemu sama bokap." Axel sempat menyergit sebentar dengan gadis itu.
"Ma-maksudmu??" Mea semakin tidak mengerti. Axel memutar malas matanya. Ia pun menyeret Mea masuk kembali ke dalam rumah itu ke ruang tengah. " Ini rumah bokap gue juga, emang kenapa kalau gue sekarang ada sini? Lo gak suka heh?!" tanya Axel sedikit nyolot.
"Ja-jadi kalian berdua satu ayah sama Kevan itu artinya aku juga bersaudara dengan mu?" Mea baru mulai mengerti. Axel mendecakkan lidahnya malas. Mea pun membelalakan matanya. Astaga?! Bagaimana bisa? Pasti Axel sama jahatnya dengan saudara tirinya itu.
Mea menelan ludahnya. Ia benar-benar hendak minggat sekarang dari tempat ini. "Mea sini Lo!" Itu suara Kevan memanggilnya dengan keras. Axel sempat terperanjat sebentar.
"Eh buset!! Gak usah teriak juga!" Kevan baru menoleh ke arah Axel.
"Baru mudik Lo ke rumah ini?!" sinis Kevan. Ia sedikit terkejut melihat kedatangan Axel ke sini, mana bawa banyak baju lagi. Ngapain sih tuh anak?! batin Kevan menatap kesal.
Mea langsung menyembunyikan dirinya dibelakang Axel. Entah kenapa, Mea hanya tidak ingin berdiri di depan Kevan. Ia benar-benar takut! Setelah menampar, lalu mendorong tubuh lelaki itu hingga membuat kepala Kevan terantuk. Mea yakin lelaki itu ingin sekali membunuhnya sekarang.
Axel melirik ke arah Mea yang tiba-tiba memegangi jaketnya dari arah belakang punggungnya. Gadis itu menundukkan wajahnya tidak ingin melihat Kevan yang sekarang menatap tajam ke arahnya. "Lo mau apain Mea Kev, jadi bikin dia tegang gitu?"
"Bukan urusan Lo! Sana Lo balik ke rumah nyokap! Gak usah nginap di rumah bokap gue!!" sengit Kevan. Bagaimana pun juga ia tidak mau Axel di sini hanya akan menghalangi dirinya mengganggu gadis itu nanti.
"Kevan, biarin saja Axel nginap disini kapan pun dia mau tinggal, Ini juga rumah dia." suara Jovan dari arah belakang setelah baru saja memasuki pintu utama rumahnya itu saat sempat mendengar pembicaraan anak-anaknya itu, kini ia datang bersama Fressa, ibunya Mea disampingnya.
"Tuh Lo dengarin bokap gue ngomong! Gak usah ngelarang gue!" balas Axel ke arah Kevan yang mendengus kasar.
"Mas, ternyata dia juga ada anak kamu?! Sebenarnya anak kamu ada berapa sih? Itu Kevan dan ini siapa lagi?" tanya Fressa heran pada Jovan. Ia cukup terkejut baru mengetahuinya kalau pria duda itu mempunyai anak lain selain Kevan.
"Cuma dua kok sayang, gak ada anak kecil yang harus kamu jagain sekarang. Mereka berdua sudah besar. Ini Axel anak pertamaku dan Kevan itu anak kedua. Mereka seperti kembar tapi tidak identik." jawab Jovan sambil tersenyum kecil.
"Wah wajahnya Axel benar-benar mirip sama kamu ya Mas. Aku baru tahu itu." kata Fressa menyadari kemiripan wajah yang dimiliki anaknya Jovan jatuh pada Axello.
"Dan wajah Kevan mewarisi ibunya." sahut Jovan lagi. Fressa meangguk.
Axello sedikit canggung melihat ibu tirinya itu. Ibu dari Mea. Ia hendak menghadiri pernikahan ayahnya Jovan, tapi ia tidak bisa, karena harus menjaga ibunya yang sedih di rumah mendengar kabar mantan suaminya itu menikah lagi. Avina istri pertama yang sudah cukup lama bercerai dengan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANDRA
Teen FictionDiiincar oleh para lelaki the geng Badboys berkelas untuk dijadikan pacar 'istimewa' oleh mereka yang begitu menginginkannya. Dia adalah Mea Alestara, seorang gadis penuh kesederhanaan yang mempunyai sisi menarik pada dirinya. Cantik dan tertutup. N...