Minta putus?

822 69 14
                                    

Mea baru masuk ke kamarnya pada malam itu ketika ingin menjelang tidur, ia tidak sadar ada seseorang datang masuk ke dalam sini bersembunyi dibalik gorden jendela besarnya yang tidak tertutup rapat. Hingga angin berhembus kencang menerpanya membuat Mea merasakan hawa disekitarnya cukup dingin.

Sekelebat bayangan hitam itu pun pergi melompat keluar dari jendela kamarnya, Mea tersentak dan baru menoleh ke arah sana dengan sedikit heran. Cahaya lampu dikamar juga temaram jadi Mea tidak dapat melihatnya dengan jelas, perlahan Mea pun melangkah mendekati jendela itu hingga tepat berdiri disana. Samar-samar Mea sekilas melihatnya  seperti ada sesuatu yang lewat sedang bersembunyi atau mungkin penglihatan Mea saja yang salah? Mengingat disana juga penerangannya agak gelap untuk memperhatikannya.

"Hah kirain ada apaan, ternyata cuma angin toh." Mea menghela napasnya sebentar. Lalu ia pun mengunci rapat jendelnya, walau awalnya Mea sempat bingung sekilas perasaan tadi udah terkunci deh? Kok bisa kebuka gini? gumam batin Mea. Setelah itu Mea mengendikan bahunya tak perduli.

Tanpa Mea sadari orang itu tadi masih berada dibawah sana tengah mendongak ke atas jendela kamar Mea "Lain kali gue gak akan gagal buat dapatin Lo." gumamnya dengan wajah yang tertutupi oleh topengnya yang misterius. Berjaket denim hitam dan celana jeans sobeknya. Matanya tertuju tajam ke arah sana. Dan kemudian senyum aneh terbit di sudut bibirnya itu yang sedikit menyeringai lebar.

****

"Mea aku mau ngomong sesuatu sama kamu." ucap Dewa yang telah membawa Mea kebelakang taman sekolah.

"Mau ngomongin apa Dewa?" menatap cowoknya itu. Ia merasa sedikit tidak saat Dewa terlihat serius ingin mengatakan sesuatu hal pada dirinya.

"Kalau kamu minta kita putus aku siap kok nerimanya." ujar Dewa pelan

"Kata siapa aku mau minta putus?!" Mea terkejut mendengarnya. "Gak! Aku masih sayang sama kamu Dewa. Gak mungkin lah aku pergi ninggalin kamu gitu aja."

"Terus apa gunanya hubungan kita kalau kamu sendiri dijodohkan sama orang lain."

"Eh tunggu?! Kok kamu? Siapa yang ngasih tau?!"

"Rendra." jawab Dewa sedikit datar. Mea langsung menatap kesal saat mengingat nama cowok itu. Bagaimana bisa Rendra memberitahunya? Mea saja baru tahu dari Dewa, entah mungkin itu pemikirannya yang menyimpulkan. Meski Mea belum berkenalan langsung dengan rencana perjodohan dari teman ayahnya itu.

"Gak gitu Dewa, lagian aku cuma terpaksa doang kok. Kita masih bisa jadi kekasih kalaupun aku beneran nikah sama dia, aku gak mau ngelupain kamu." ucap Mea, mendengarnya Dewa jadi yakin kalau Mea benar-benar cinta padanya dan itu membuat Dewa tidak merasa khawatir kalau dia masih bisa memperjuangkan Mea secara diam-diam tanpa diketahui oleh orangtuanya yang sudah melarang dirinya berhubungan dengan cewek itu.

"Mea aku gak berhak lagi buat kamu klo kamu udah jadi milik dia." ujar Dewa seolah-olah dirinya mengalah di depan mata cewek dengan pasrah meski keinginan sebenarnya ia tidak mau Mea meninggalkannya.

"Dewa aku akan batalin perjodohan itu kok," kata Mea kemudian lalu menatap kekasihnya dengan penuh harap agar Dewa tidak lagi mengatakan hal yang ingin Mea dengar. Dewa terdiam ia sedikit terkejut ketika Mea berkata seperti itu.

"Jangan Mea, kamu harus tetap nikah sama dia. Kita kan masih bisa ngejalanin hubungan ini diam-diam dibelakangnya."

"Itu artinya aku harus selingkuh gitu maksud kamu?!" Mea memicingkan matanya.

"Kamu tau sendiri kan kalau dia duluan yang mau ngerebut kamu dari aku padahal dia tahu kita belum putus. Salah dia sendiri, dia harus siap nerima hubungan kita kalau dia sama udah nikah dan kita masih bersama."

MEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang