Penguntit baru?!

891 54 13
                                    

Harap maklum jika ketemu typo's!!

Happy Reading!!

Sejak malam itu perut Mea mules disaat tengah malam, wajahnya juga pucat pasi karena hukuman yang diberikan oleh Kevan dan Axel benar-benar membuatnya lemah.

Kevan belum tidur begitu juga dengan Axel. Axel terkikik geli memperhatikan Mea. Kevan hanya tersenyum tipis, terlintas diingatannya ia sempat mencium singkat bibir Mea di kamar cewek itu sendiri sebelum sepeninggalnya tadi. Setidaknya itu bonus untuk mengurangi rasa sakit dibibir Mea dengan kecupan ringan dari lelaki dingin itu, saudara tirinya walau dialah penyebabnya.

Seluruh sekujur tubuh Mea membeku sesaat, banjir peluh membasahi dirinya. Mea juga meminum banyak air dengan begitu tidak santai hingga bajunya juga ikut basah karena air dari gelas, lalu setelahnya Mea lemas ia pun masuk kembali ke dalam kamarnya dalam keadaan tidak sadarkan diri alias pingsan di atas kasurnya sendiri.

Flashback off!

"Mea kalau Lo gak suka yang pedas kenapa harus dimakan?" tanya Rendra saat cewek itu akhirnya mau mengatakan yang sebenarnya meski tidak semua yang diungkapkan. Tapi dengan begitu Rendra jadi tahu penyebab bibir gadis itu sedikit bengkak, Rendra pikir dirinya terlalu berlebihan. Saat ini Rendra tidak ingin memikirkan atau membayangkan Mea dengan cowok lain, kekasihnya itu juga berciuman walau tidak seperti itu.

Yang Rendra pedulikan saat ini adalah bagaimana menebus kesalahannya saat dia berani lancang melakukan hal itu memaksakannya pada Mea, Rendra tetap saja merasa bersalah pada Mea dan menganggap dirinya lah yang membuat cewek itu menjadi sakit seperti ini. Wajah Mea masih pucat mungkin terlalu banyak terkuras tenaganya saat malam itu menerima hukuman dari kedua lelaki saudara tirinya yang juga sahabat dari Rendra sendiri.

Rendra mengajak Mea untuk bolos dari sekolah kali ini, sebelum guru mengajar itu akan tiba datang, ia membawa cewek itu lebih dulu keluar meski Mea sempat menolaknya namun akhirnya pasrah juga.

"Kita ngapain sih bolos? Yang ku kejar saat ini adalah nilaiku. Kalau kamu ngajakin yang gak benar aku gak mau!!" tepis Mea berusaha menjauh namun Rendra tidak membiarkannya.

"Udah Mea Lo santai aja, cuma sehari doang kok gak bakalan bikin Lo bodoh selamanya." ujar Rendra santai tetap memegangi tangan cewek itu dengan erat.

"Diem deh gak usah ngomongin aku!!" Mea melotot tak suka saat mendengarnya. Iya sih akhir-akhir ini nilai Mea sedikit mengalami penurunan dalam belajar, itupun karena kedua saudara tirinya selalu mengganggunya apalagi saat mengerjakan tugas dari mereka yang disengaja menumpuk selalu Mea yang harus melakukannya sendirian sampai Mea kurang tidur malam.

"Ya gak gitu juga maksud gue Mea, sini Lo dekat dekat duduknya jangan jauhan dari gue." ucap Rendra sambil menarik Mea untuk tetap disampingnya. Mereka sekarang berada diluar sekolah, dan singgah dikedai eskrim salah satu favorit semua orang.

Mea memasang juteknya dan menahan kesalnya. Rendra mengusungkan senyum terbaiknya untuk tetap sabar menghadapi tingkah Mea yang kadang membuatnya kadang ikutan emosi.

"Mea Lo mau rasa apa? Yang manis atau yang hambar?" tanya Rendra menatap cewek itu.

"Terserah deh, aku gak suka disuruh milih." Mea sedikit menyerngit sebentar.

"Hmm.. yaudah biar gue yang mutusin, biar Lo gak bingung lagi." kata Rendra. Mea memutar malas matanya ke arah lain sambil menunggu Rendra lagi memesan makanan mereka sebentar ke sana.

Mea memainkan ponselnya sebentar, ada notifikasi dari Axel yang masuk serta Kevan bertanya dimana dirinya saat ini berada.

Rendra baru kembali sambil membawakan eskrim yang dia pesan. Ia mengerutkan keningnya melihat Mea terlalu fokus pada ponselnya itu hingga tidak menyadari bahwa Rendra secepat itu berada didekatnya. Rendra langsung merebut ponsel milik Mea pemberian dari om Jovan agar Mea tidak susah dihubungi saat waktu itu pulang dari sekolah agak kemalaman dalam keadaan mabuk sejak itu.

MEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang