Mengenang masa lalu

5.5K 185 14
                                    

"Tadi seriusan lo akting sok belagu gitu sama Mea?!" Bukannya memberikan dua jempol malah mengacungkan jari tengahnya untuk Rendra. Cowok itu tak ambil pusing ia masih merasa senang dan mengabaikan tatapan para temannya itu yang sedang menyerngitkan kening mereka dengan rasa berkedut jijik.

"Keren juga lo. Gak nyangka gue, hidup lo drama banget tadi." kata Kevan yang langsung diiringi gelak tawa teman lainnya. Rendra sedang bahagia saat ini. Hatinya merasa begitu puas sudah membuat gadis itu malu bersama pacarnya.
Jadi ia tidak memperdulikan pujian yang sebelas dua belas dengan ejekan yang dilontar temannya itu tadi padanya.
Kevan langsung mencibir melihat tampang semringah Rendra. Kalau dulu biasanya membalas ucapan Kevan tapi kali ini, Rendra hanya masih ingin membayangkan surat tadi. "Aku sayang kamu. By Mea A, padamu."

"Ver teman lo mulai gak waras" tunjuk Axel dengan dagunya menatap heran ke arah Rendra yang seperti itu dengan senyuman tidak jelas masih melekat di wajah bodohnya.

"Apaan? Teman lo juga kali." dengus Savero.

"Gak nyangka akhirnya perasaan gue dibalas Mea. Dia ternyata sayang sama gue guys!!" Kevan pun langsung menoyor dahi Rendra. Membuat kepala cowok itu sedikit mundur kebelakang begitu dipaksa sadar.

"Anjing lo! Ganggu orang lagi senang aja Napa?" sengit Rendra yang kini kembali seperti biasa membalas Kevan.

"Kalau dibiarin lo bakalan saraf beneran dah! Gue gak mau lagi ya temanan sama Lo kalau udah sakit jiwa gak jelas." Kevan memperingatkan. Ada benernya juga ucapan cowok sadis itu. Ia pun memperhatikan sekelilingnya ada yang diam-diam melihat ke arahnya entah dengan bisikan apapun Rendra tak peduli. Walau ia tahu kebanyakan cewek sedang menatapnya dengan kagum apalagi saat mereka mengatakan 'jarang jarang lihat cowok ganteng sangar bisa senyum gitu. Duh meleleh hatiku.' Mendengar dirinya dikatakan cowok sangar tadi, memang Rendra yang paling sering berantem sama anak anak lain. Entah cowok itu berulah atau ada yang mencari gara-gara dengannya.

Rendra mencebikan bibirnya kesel.

"Sesekali mereka harus dibuat malu. Gak bisa terus dibiarin mesraan mulu, entar yang ada malah keenakan" kata Rendra mendengus kesal saat membayangkannya.

"Gue puas tadi lihat Mea Lo permaluin. Biar dia tahu rasa gimana tertolaknya perasaan gue waktu itu. Sumpah dah moment paling menyedihkan yang pernah gue alami, cukup seumur sehidup gue ditolak sekali!  Jangan sampe terulang lagi." Axel jadi teringat dulu dirinya pernah nembak gadis jutek itu. Bahkan cowok the most wanted seperti dirinya merasa terhinakan harga dirinya sebagai lelaki paling tampan yang tak berguna sama sekali menarik hati keras gadis itu.

"Gue ya, yang paling ganteng diantara burik buluk kek lo pada!! Ditolak mentah-mentah sama dia. Gimana dah kalau lo?! Lo bakalan gagal dan mengalami malu yang amat tragis, gue gak mau itu terulang kembali kasihan hati lo kalau mewek siapa yang peduli entar gak ada yang dengar tangisannya?!" Jelas Axel membara kala ingat hal itu, sembari menunjuk satu persatu temannya, lalu mengancungkan jari tengahnya tepat kepada tersangka utama yang harus ia tekankan lebih mengingatkan temannya itu agar mau berpikir ulang termasuk untuk Rendra yang berambisi menginginkan gadis itu walau sudah ada orang lain.

Sebenarnya ada beberapa dari mereka juga yang menyukai Mea namun gadis itu selalu mengacuhkan semuanya tanpa menggubris perasaannya sedikit pun.
Dan hingga sampai saat ini tidak ada yang berhasil menarik perhatiannya sedikitpun dari para badboys seperti mereka yang berada dikalangan berkelas atas.

"Genteng pala Lo kali! Enak aja ngejelekin kita-kita!!" protes Savero membuat yang lainnya merasa terwakili isi hati mereka. Axel dengan rasa percaya dirinya yang tinggi menyugar rambut gondrongnya yang selalu ia rawat sebentar, tanpa mau mempedulikan ocehan temannya tadi. Membuat mereka ingin mengeluarkan muntahan angin secara masal dari mulutnya saat melihat gaya Axel kelewatan habis.

"Jijik gue lihatnya! Kalau kumat narsisnya muncul lagi!!" sinis Kevan membuat yang lain ikut terbahak keras saat mendengarnya. Axel yang mulai terpancing emosinya namun masih bisa ia tahan dengan sikap kalem sebelum kesabarannya menipis, untung masih teman coba kalau musuh sudah dia kubur di atas pohon rimbun sejak dulu, yang bisanya bikin naik darah setiap kali begitu Kevan membuka mulut cabenya itu selalu sempat melontarkan komentar sadis yang hanya membuat keributan sesama.

"Diem Lo nyet! Gak usah muji gue. Dah tau gue ganteng dibanding elu muka gilesan." balas Axel pada Kevan sembari melemparkan kulit kuaci yang sempat ia emut tadi ke arah muka Kevan.  Kevan pun mengumpat kasar lalu berpindah tempat duduknya dari hadapan Axel tadi memilih duduk disamping Savero.

Kalau mengingat bagaimana mereka ditolak oleh Mea waktu dulu tuh. Axel benar-benar tidak akan pernah melupakan kejadian memalukan itu.

Saat itu Axel menembak Mea sepulang sekolah dipinggir lapangan. Ia ingin mencoba menjalin hubungan dengan gadis jutek itu. Ia pikir dirinya akan diterima namun sikap sombongnya runtuh begitu saja ketika Mea bilang. "Maaf kamu bukan cowok tipe yang aku inginkan."

"Kurang ganteng apalagi gue? Bisa-bisa lo ngomong kayak gitu."

"Aku alergi cowok ganteng. Aku lebih suka yang jelek daripada kamu." ketusnya, itulah yang Mea katakan masih terngiang diingatannya suara gadis itu. Membuat Axel menggeram mendengarnya.

"Sialan tuh cewek buta kali sampai gak bisa lihat silaunya ketampanan gue cih?! gumam Axel kesal sambil berdecih. Ia yang sempat mencoba mencerna perkataan gadis itu membuat dirinya masih bergeming. Ia benar-benar tak percaya dirinya telah mendapatkan penolakan telak dari Mea. Dan hal itu melukai harga dirinya. Gadis itu benar-benar menghilang dalam pandangannya.

Sudah cintanya bertepuk sebelah tangan tak disambut malah dirinya dilemparkan oleh sesuatu yang membuatnya melotot tajam. "Apaan nih?!" desis Axel memegangi kepalanya yang baru saja merasakan sesuatu yang jatuh dari atas langit. Axel pikir hujan turun deras mengingat mendungnya cuaca yang terasa kelam menggambarkan bagaimana sedihnya dirinya yang baru saja diputuskan oleh gadis pujaannya. Eh? Jadian saja belum sudah ditolak habis cintanya. Miris.

Kevan tiba-tiba tetawa keras setelah menghampiri Axel yang terlihat mengenaskan dengan tampangnya itu. "Sumpah apes banget lo Xel. Gak direstui sama dunia sampe lu kena sial!"

"Anjing! Taek burung lu jatuh!!" umpat Axel begitu kasar menuduh Kevan, begitu melihat tangannya kotor setelah menyentuh benda yang jatuh di atas kepalanya tadi mengenai mahkota rambut gondrongnya itu. Sembari ia menengadahkan kepalanya ke atas yang kebetulan melihat ada burung itu yang terbang diawan sedang bersiulan seolah mengejek dirinya dengan kicauan.

"Terima aja kali Xel, hadiah buat lu beruntung banget nasib Lo." kata Kevan memberi dukungan pada temannya itu turut ikut senang memberi semangat! Mendengar itu Axel semakin bersungut-sungut.

"Gue sumpahin lo Rung! Kelindes ban pesawat mampus lu mati! Biar gak lagi sembarangam berak!!" sengit Axel  lalu menatap jijik dirinya gara-gara kotoran burung tadi menimpa dirinya.

Kevan tak bisa berhenti tergelak. Ia beberapa kali terbahak-bahak melihat nasib naas Axel. "Lu juga noh biar adil, gue kasih!!" semprot Axel yang juga menempelkan kotoran itu ke wajah Kevan. Berhasil mengenai Kevan yang sekarang dibuat terdiam. Melihat hal itu Axel langsung ngacir lari terbirit-birit guna menghindari orang itu yang sebentar lagi akan membunuh dirinya.

"JOROK BANGET LU TOLOL!!" Kevan menyumpahi Axel tidak terima dengan perlakuan temannya itu membuat dirinya jadi ikutan kena hal yang menjijikan. Ia pun mengejar teman jelmaannya itu.

Untung cuma mereka berdua. Itu yang Axel tahu. Hanya Kevan yang menyaksikan dirinya mengalami malu yang tragis dan tak ada yang lain. Kalau sampai orang lain mengetahui bisa gawat martabatnya sebagai ketua. Apa orang bilang nanti tentang dirinya? Seorang Axel ditolak gadis jutek, bukannya bahagia malah langit membencinya dengan melempar kotoran dari sang burung. Duh gak kebayang dah! Ringis Axel memprihatinkan dirinya.

"Awas aja lo buka aib gue! Gue coreng nama lo pakai batu nisan. Siap siap aja!!" ancam Axel pada temannya itu Kevan berlagak seperti ketua.

"Gak guna juga buat gue." sinis Kevan mengusap wajahnya gusar saat mereka sibuk membersihkannya yang berada di dalam toilet setelah sempat singgah ke tempat ini. Axel pun manggut-manggut. Itulah terakhir kilasan memorinya berputar mengenang masa lalu buruknya.

_____







MEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang