Mengungkitnya?!

610 55 10
                                    

"Lo yakin Kev, kalau Mea emangnya salah?" tanya Axel pelan, ia sedikit ragu dengan dugaannya itu.

Kevan tidak menjawabnya langsung. Ia lebih terfokus dengan tinjuannya dan melampiaskan segala macam perasaaanya pada samsak itu. Kedua cowok itu sedang berada di ruang bawah saat ini, tempat yang biasa mereka sering jadikan untuk berolahraga bersama teman-temannya yang lain jika mereka ikut bermain di sini.

Axel menyerngitkan sebelah alis tebalnya sedikit menunggu akan jawaban dari Kevan. Cowok dingin itu hanya sekilas saja meliriknya, tanpa berniat mau menjawabnya sedikit pun, ia masih menutup rapat mulutnya. Axel menghela napasnya kasar saat melihat sikap dingin Kevan yang seperti ini terusan membuatnya harus sedikit lebih sabar lagi, jangan sampai ikut terpancing walau Axel memang mudah emosi jika dia sudah mulai serius.

"Gue ngerasa aneh deh. Kalau Mea emang berniat mau ngebunuh Lo waktu itu pasti dia gak akan ragu ngelakuinnya sama sekali, kalau pun dia emang beneran ada dendam sama kelakuan bejat Lo itu Kev, jadi wajar aja gue udah gak heran lagi,," ujar Axel sekali lagi sambil mengingatkan Kevan soal malam itu yang enggan cowok itu ingat.

Seketika Kevan berhenti sejenak mendengar perkataan Axel yang nadanya mulai terdengar serius kali ini membahas soal Mea padanya membuatnya lantas menoleh cepat pada cowok gondrong itu dengan sedikit tajam. Kevan tidak mau membicarakannya tapi kini Axel, Kevan sedikit susah dan bingung untuk mengalihkan pembicaraan jika Axel sudah terlanjur mengungkitnya lagi perihal semalam waktu itu.

"Gue gak tau tuh! Dan gue juga gak ingat apa yang udah pernah gue perbuat sama dia. Mungkin aja dia mau nyingkirin gue dari rumah ini,," jawab Kevan datar dan menatap sinis. Walau dalam hatinya ia merasa sedikit tidak tenang untuk hal yang satu itu. Axel memicingkan matanya penuh tajam mencari sesuatu yang mencurigakan dari saudaranya itu, namun ia masih dibuat bingung. 

"Coba deh Lo ingat-ingat saat malam itu, Lo udah benar-benar melecehkan dia... " ucapnya, kini raut muka Axel juga mulai sedikit tidak mengenakan untuk dilihat, dengan suaranya yang ikut memelan namun terdengar lebih menekankan saat diakhir kalimatnya dan Kevan tidak ingin melihatnya lebih lama, ia pun memutar matanya jengah ke arah lain dan bersikap seolah ingin mengabaikan Axel saudaranya lelaki itu, meski Kevan masih dapat mendengarnya tadi dengan cukup jelas.

"Gak usah bahas itu bisa?! Gue mabuk saat itu, dan apa yang harus gue ingat ha? Gak ada kan?! Gue gak ngerti deh maksud lo itu tadi apaan?! Mungkin dia nya aja yang berlebihan," ketus Kevan lalu mulai beranjak menjauh dari Axel. Jangan sampai dirinya harus bersitegang dengan cowok gondrong itu, atau akan terjadi pertengkaran yang hebat diantara kedua bersaudara itu dengan satu sama lain hanya karena ada sebuah satu kesalahan yang belum terselesaikan hingga saat ini, hal itu benar-benar menghantuinya dengan bayangan wajah Mea yang menangis karena dirinya. Kevan muak benaknya selalu terusik akan hal itu.

Kevan bingung dengan dirinya sendiri kenapa ia masih bisa-bisanya terus memikirkan Mea tanpa berhenti sejak pasca di lorong rumah sakit itu, Kevan pikir Mea tidak akan serius dengan perkataannya itu sendiri . Ternyata cewek itu benar-benar telah pergi dari rumahnya setelah Fressa mengatakan hal yang mungkin terlalu menyakitkan di hati Mea secara dia juga diusir terang-terangan di depannya dan yang lainnya juga. Sudah tiga hari lamanya berlalu, Mea tak lagi pulang kembali entah kemana cewek itu perg berkelana.

Ia dan Axel sempat mengira bahwa mereka akan bertemu lagi besok saat di sekolah nanti, namun Mea juga absen tak ada disana sama sekali sejak saat itu. Cewek itu juga tidak membawa apa-pun saat pergi. Dia tidak mengambil barang bajunya ataupun benda lainnya itu, Mea langsung menghilang saja tanpa kabar yang jelas.

"Sialan Mea Lo bisa bikin gue gila kalo kayak gini terus!!" umpat Kevan kasar dalam hatinya, sembari mengusap gusar wajahnya yang mulai terlihat kusut. Saat itu, Kevan berada di dalam kamarnya sendiri ketika duduk termenung sambil memikirkannya saat tiba-tiba teringat. Cowok dingin  itu sempat mengunci kamarnya dengan rapat ia tidak ingin diganggu oleh siapapun termasuk Axel yang juga hendak bertanya perihal penting dan pastinya menyangkut akan soal Mea tentang cewek itu padanya.

MEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang