Bergandeng tangan?

1.4K 58 20
                                    

Mata Mea seperti kamera pengintai yang harus tetap siaga memperhatikan setiap gerak-gerik aneh ibunya dan juga Rendra. Sesekali Mea mendengus menunggu percakapan mereka berdua membicarakan hal yang begitu tidak penting sekedar ingin mengetahui tentang rasa penasaran saja. Untungnya tidak berlangsung lama, jadi Mea bisa terbebas dari kebosanan melihat ibunya dan lelaki mengesalkan itu.

"Tante harap kamu bisa berteman lebih akrab dengan Mea, iya kan Mea." kata Fresa pada Rendra lalu menoleh sebentar ke arah Mea seolah meminta persetujuan dari gadis itu.

"Gak mau! Mea temanan sama yang lain aja!!" Mea membuang muka ke arah lain. Fresa melotot sembari jarinya bergerak diam-diam mencubit keras pahanya

"Awh!" Mea mengelus pahanya. Rendra sedikit menyerngit.

Lalu cowok itu terkekeh pelan. "Yaudah Tante Rendra mau pulang dulu, nggak bisa terlalu lama disini nanti dicariin." ujar Rendra mulai berpamit untuk pergi.

"Nanti kapan-kapan main lagi ke sini ya... Tante tunggu kedatanganmu lain waktu." ucap Fresa penuh harap seraya tersenyum kemudian, sebelumnya ia menghela napas beratnya saat mendengar lelaki tampan itu sebentar lagi akan meninggalkan rumahnya dalam waktu sesingkat ini.

"Iya Tante, maaf ya... Pasti Rendra akan ke sini lagi sekalian mau dekatin Mea lagi." balasnya agak pelan dengan terus terang dan sedikit malu sambil menggaruk tengkuknya. Mea memutar matanya ke arah lain. Apaan tadi? Gak dengar! sahut batin Mea malas.

Raut wajah Fresa sedikit mengerut dengan ekspresi tak terbaca saat mendengar ungkapannya. Diam-diam ia menggertakkan giginya.

"Jangan lupa sama Tante juga." ujar wanita muda itu sedikit bergurau mencoba mengingatkan Rendra. Lelaki itu meangguk pasti dengan senyumnya.

"Enggak kok, Rendra bakalan ingat terus sama Tante." jawab Rendra menimpali membuat Fresa senang bukan main.

"Ya sudah kamu hati-hati di jalan ya..." Rendra pun bangkit berdiri dari tempat duduknya dan hendak beranjak, namun ditahan Fresa lebih dulu dengan memeluk erat tubuh tinggi Rendra dan lagi-lagi menciumnya tepat di pipi Rendra. Mea melotot tajam nyaris keluar matanya dibalik kacamatanya, didepannya Fresa terang-terangan melakukannya. Tapi setidaknya ciuman itu tidak pada bibir.
Mea membuang napasnya kasar. Sedangkan Rendra cowok itu masih terpaku.

Sialan gue mikirnya malah Mea yang nyium gue saat ini. batin cowok itu bergumam dan kembali menegang.

"Mamah apa-apaan sih?! Gak usah dicium juga! Malu mah!" tegur Mea. Fresa mencebikan bibirnya dan melepaskan pelukannya. Lalu membiarkan Rendra Kembali untuk melewatinya.

Rendra menatap Mea sesaat, ia melihat gadis itu marah. Tapi tidak bisa meluapkannya. Apa Mea... cemburu? Ah mana mungkin! Mea tidak memiliki perasaan apapun padanya. Gadis itu pasti membencinya terlihat dari cara tatapan bola matanya enggan sekali membalasnya bahkan mengindahkannya.

"Mea gue pulang dulu ya... Mari Tante." Senyum Rendra yang tidak mendapat sahutan dari gadis jutek itu. Sedangkan Fresa meangguk manis padanya.

Rendra akhirnya pergi meninggalkan perkarangan rumahnya dengan motor besarnya yang berderum nyaring dari luar setelah cowok itu keluar menuju pintu di sana. Setelah benar-benar pergi barulah Fresa menunjukkan taringnya pada anak gadis itu.

"Apa yang kamu lakuin tadi ke Rendra hah?! Jangan kamu pikir mama nggak tau! Kamu kan yang udah bikin dia nggak nyaman saat meminumnya?!" sentak Fresa menarik rambut belakang gadis dengan jari-jarinya yang cukup kuat.

"Mah! Beneran itu cuma air putih kok!" jawab Mea dengan kepala mendongak menatap wajah ibunya yang terlihat garang seolah ingin sekali melenyapkannya saat itu juga.

MEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang