Kehilangan sesuatu?!

494 41 8
                                    

Mea mengusap air matanya kasar saat Inem mulai menghampirinya. Tatapan Mea langsung berubah tajam menatap sinis pada pembantu rumahnya itu, sebelum Mea bersuara Inem lebih dulu mengatakan sesuatu padanya dengan senyuman palsu turut berpura-pura sedih atas apa yang dialami oleh Mea dengan tuduhan keluarganya itu tadi. Inem memperhatikannya dari jauh dibalik persembunyiannya dengan senyum licik diwajahnya.  "Maaf ya non Mea saya gak bisa belain anda tadi, habis saya gak berani ikut campur masalah---" Inem sedikit menundukkan wajahnya.

"Aku tahu kamu yang sengaja melakukannya. Kenapa kamu harus berbuat jahat seperti itu?!" geram Mea yang langsung menarik lengan Inem dengan kasar. Inem sontak terkejut dan panik. Sialan apa itu artinya dia ketahuan jangan sampai ada orang lain yang tahu selain Mea.

"Bukannya tadi non ya yang dituduh kok malah nyalahin saya juga sih?" Inem melotot sambol berkilah pura-pura tidak terima dengan ucapan Mea yang the point tepat sasaran pada dirinya.

"Kamu harus ngaku!! Ayo ikut aku biar semua tahu kalau kamu pelakunya!! Aku gak terima gara-gara kamu keluarga ku jadi pecah gini!!" Mea terus menarik Inem agar ikut bersamanya meski Inem menolaknya.

"Awh! Apaan sih?! Lepasin! Sakit tau!!" elak Inem, namun Mea masih tetap memegangi tangan pembantunya itu tanpa peduli bagaimana Inem menahan sakit ditangan. "Hmm... Iya deh aku ngaku, tapi kan buktinya itu ada di kamu gimana sih, percuma orang-orang gak akan percaya lagi sama kamu Mea." ucap Inem dengan seringai kemenangan lalu menarik lengannya sendiri agar terlepas dari Mea. Bicara Inem pun seketika berubah tadinya lembut keluar sifat aslinya. Mea ingin sekali membuat cewek itu mendapat balasan atas semua perbuatannya pada keluarganya dibelakang main-main soal kecurangan.

Mea membuang napas kasarnya. Ia kesal benar benar emosi dengan tingkah Inem yang seenaknya membuat dirinya harus terlibat menjadi orang yang paling bersalah di depan mata mereka tanpa tahu hal sebenarnya terjadi.

"Aku gak akan biarin kamu bebas menyakiti keluarga aku!!" ucap Mea mengingatkan. Inem terkekeh remeh.

"Coba, kita lihat saja siapa yang akan berkuasa di rumah ini? Aku atau kamu yang akan terbuang jauh dari rumahnya om Jovan dan akan menyingkirkan satu-satu penghuni rumah ini,,"

"Kamu siapa hah berani banget?! Jaga omongan mu Inem!! Aku akan buktikan kalau suatu saat keburukanmu  pasti akan terbongkar!! Ingat itu Inem!!" ucap Mea menatap penuh tajam tanpa takut dengan rencana Inem yang selanjutnya akan mengancam hidup Mea seberapa berbahayanya Inem akan membuat seluruh keluarganya hancur menanggung akibat dari permainan cewek yang tengah tersenyum culas itu di hadapannya.

"Ohya, aku tunggu pembalasan mu Mea,," kata Inem santai sambil bersidekap dada sebentar mengejek Mea lalu menepuk bahu cewek itu seolah memberikan semangatnya dan tertawa pelan ketika menyaksikan bagaimana Mea tadi diperlakukan dengan tidak baik dan kasar oleh keluarganya.

Mea terdiam sebentar, tangannya mengepal erat, "aku gak tau apa maksudmu sebenarnya Inem, apa yang kamu inginkan dari keluargaku di rumah ini? tapi kamu akan menyesalinya, pasti secepatnya aku akan membuatmu mengakui semua perbuatanmu di depan mereka!!" janji Mea dalam hati. Mea akan terus mengawasi setiap gerak gerik Inem yang akan melanjutkan siasat buruknya itu. Mea harus tenang dan sabar juga menghadapi semua perlakuan keluarga disaat tak ada yang mau mempercayainya.

Kalau mengingat Kevan, apa cowok itu dalam bahaya juga? Meski Mea enggan untuk mempedulikan cowok dingin itu tapi tetap saja ia terus kepikiran tentang Kevan, walau Kevan terlalu jahat padanya, Mea tetap menganggap cowok itu sebagai saudaranya juga. Tapi Mea masih tidak terima dengan sikap Kevan yang  sering menyakitinya jika tak ada orang lain di rumah ini, cuma hanya tinggal berdua. Axel tidak ada saat itu demi apapun Mea sangat ketakutan ketika Kevan memulainya lagi mengajak Mea melakukan sesuatu yang tidak seharusnya Mea inginkan.

MEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang