Masih Anak kecil!

1.2K 77 8
                                    

Happy Reading!! Maaf kalau ketemu typo's!!!

Sudah tiga hari ini Mea mendiamkan Rendra. Ia tidak banyak berbicara pada cowok itu. Semenjak insiden sore atas ciuman itu. Mea mengunci rapat bibirnya dan semakin jutek dan judes.

Rendra bingung apa salah Dan dosaku sayang? Cinta suci kau buang-buang... Njir malah nyanyi sendiri hatinya, cuplikan lagu dankdut jarang goyang sesuai sekali dengan kondisi yang menggambarkan dirinya saat ini.

Satu hari Rendra memang sangat berbahagia berjoget-joget dalam kamarnya sendiri. Lalu dihari kedua dan ketiga pikiran Rendra menjadi kacau berantakan. Terlihat disekitar kedua matanya juga berkantung hitam melingkari pada bagian wajahnya seolah ia ditonjok oleh cintanya sendiri secara tidak langsung.

Rendra tidak bisa tidur dan hampir bergadang semalaman. Pasca sejak kejadian itu, ia hanya melamun tidak jelas, memikirkan bagaimana caranya agar Mea tidak lagi marah padanya dan bisa berbaikan. Rendra tidak sanggup diabaikan terus begini.

Akhir-akhir ini Mea selalu menghindarinya. Dan sekarang saat ini Rendra sedang duduk sendiri di dalam kelas mojok didepan bangkunya dengan tatapan kosong lurus mengarah ke papan tulis.

Axel menggelengkan kepalanya bosan melihat tingkah Rendra yang seakan hampir kehilangan jiwanya sendiri.

"Xel gimana tuh anak orang, Lo gak parah kan jitak pala Rendra kemarin?" tanya temannya yang lain tengah memperhatikan tingkah Rendra yang bengong sendirian.

"Mana gue tahu lah!" Axel menyahut ketus sambil sesekali menyisir rambut gondrongnya  dengan jari-jari miliknya dari arah bawah tengkuk belakang, dengan memasang wajah malasnya. "coba aja ntar kita paksa dia bawa diperiksa ke dukun beranak,," usulnya yang tiba-tiba saja terlintas ide semacam itu pada teman-temannya. Mereka mendelik tak percaya.

"Buat apaan sih bawa anak laki-laki ke tempat begituan?!" tanya Kevan yang langsung membuka suara sinisnya yang menatap tajam ingin sekali menendang wajah bodoh Axel yang sudah kelewatan dengan jalan dipikirannya itu.

"Biar kita bisa tahu lebih jelas sama apa yang akan dibilang sama Mbahnya disana, soal tentang teman sedeng kita itu! Kali aja ada yang mengganjal diperutnya atau Rendra abis salah makan apaan dah sampe segitunya mau sinting... jadi ya tinggal aborsi aja dah kelar urusannya!!" celetuk Axel tidak nyambung sama sekali.

"Itu mah tempat khusus buat ibu-ibu yang ngelahirin anak Lo njing!! Gak jelas banget Lo emang sumpah!!" umpat Savero memakinya. "makin lama bisa gemes gue Xel pengin jadiin Lo sebagai korban kambing hitamnya, ntar abis sholat jum'at kuponnya gue bagiin sama cecurut setan!!" betapa kesalnya Vero yang saat ini juga ingin mencincang Axel atas usulannya tadi.

"Elah serius amat lo pada! Bercanda kali gue," sungut Axel, kemudian mangut-mangut sendiri meski menjengkelkan dirinya sendiri.

"Udah mending diem deh! Daripada kita mulai ribut mulu! Ntar pada ikutan miring juga lagi gara-gara mikirin nasib dia kayak gimana," lerai teman satunya yang lain.

"Miris sih lihat mukanya kek kekurangan cairan napsu gitu," Axel turut prihatin melihatnya. Teman-teman yang lainnya meanggukkan kepalanya sangat setuju.

"Arghhh!!" Rendra mengacak rambutnya sendiri mulai kesurupan dan mengerang frutasi.

"Etbuset dah?! Itu dia lagi teriak apa mendesah, kek mengeluh banget hidupnya?!" kaget temannya yang terperanjat mendengar suara cowok itu yang tiba-tiba saja mengamuk sendiri.

"Udah biarin aja, ntar Lo malah kena sasaran anu nya dia, bisa gawat nanti khilaf gue gak mau ikutan!!" ketus Axel.

"Bangsat Lo!!" Savero bergidik ngeri.

MEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang