2

14.8K 1.1K 21
                                    

Malam yang seharusnya diisi dengan tidur lelap, kini berubah menjadi malam melelahkan terutama untuk Kinan yang sedang mengandung. Mual memang sudah wajar bagi wanita yang tengah hamil muda. Tapi yang terjadi padanya hanya setiap malam. Itu poinnya.

Ia terpaksa berlari ke kamar mandi dan kembali memuntahkan isi perutnya yang hanya berupa air itu.

Melihat istrinya sedang ngidam itu, Jeff jadi ikut tidak bisa tidur. Ia berdiri disebelah Kinan sembari mengumpulkan rambut panjang wanitanya itu kemudian mengikat dengan ikat rambut berwarna hitam. Lalu memijat tengkuknya beberapa kali.

"nanti ke rumah sakit ya? Biar dapet vitamin," ujar Jeff lembut.

Kinan memutar keran air pada wastafel dan berkumur dua kali. Dengan wajah setengah mengantuk ia menegakkan kembali tubuhnya. Ditatapnya Jeff lewat pantulan cermin.

"kamu kan banyak kerjaan, nanti aku sendiri aja." balasnya.

Jeff lantas berdecak, "jangan kebiasaan, nanti gunanya aku sebagai suami apa?" ia menggerutu.

Sementara Kinan langsung menghadap padanya. Ia terkekeh mendengar ucapan Jeff barusan.

"masih mual?" tanyanya. Kinan menjawab dengan gelengan kepala. "ya udah tidur lagi yuk," ajaknya.

Keduanya kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur yang tidak optimal itu. Seperti semula Kinan berbaring dan langsung merapatkan diri dengan Jeff, dibalas rengkuhan tangan yang melingkari pinggangnya.

Tidak ada yang bicara, hanya detik jarum jam yang mengisi kekosongan ruangan itu. Jeff sudah memejamkan mata, tapi masih terjaga. Karena ia tau bahwa Kinan pun belum bisa tidur lagi.

"kok belum tidur?"

Kinan tersentak. Ia menoleh pada Jeff yang kini sedang melihatnya dengan wajah mengantuk.

"gak ngantuk lagi," jawabnya, "aku cuma kepikiran, mual-mual gini wajar atau enggak." gumamnya.

Mendapati kegelisahan dalam diri wanitanya itu, Jeff langsung tersenyum menenangkan.

"wajar kok. Kan kamu hamil pertama, anak pertama pula." balasnya singkat, namun dapat membuat lawan bicaranya ikut tersenyum.

Diam-diam Kinan menghela nafas lega. Tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi baginya. Ia memiliki suami yang paham dengan dunia medis, sudah semestinya hal-hal seperti ini tidak dipikirkan berlarut-larut.

Rasa mual, muntah atau mengidamkan sesuatu yang terkadang memang aneh-aneh adalah hal yang wajar. Terutama pada trimester pertama masa kehamilan.

Esok harinya, Jeff menggunakan waktu luang untuk menjemput Kinan dan membawanya ke rumah sakit. Tidak perlu jauh kemana-mana, hanya di rumah sakit tempatnya bekerja.

Senyum Jeff tak kunjung luntur ketika melihat layar monitor yang menampilkan gambar dari proses ultrasonografi atau USG. Meski janin masih belum terbentuk dengan sempurna dan hanya berupa gumpalan-gumpalan, namun mereka sudah dapat membayangkan seperti apa kedepannya.

Selesai diperiksa dengan alat, Kinan kembali diminta untuk duduk berhadapan dengan dokter spesialis kandungannya.

"usianya baru dua minggu ya, mom. Harus dijaga baik-baik. Karena delapan minggu pertama itu lagi proses pembentukan organ-organ, jadi makanannya juga harus diperhatiin." jelas sang dokter.

Keduanya mengangguk paham.

"tapi saya mual terus dok, jadi susah makannya."

Dokter wanita itu tersenyum, "itu wajar, mom. Makannya tetep tiga kali sehari, tapi porsinya ditambah ya. Protein paling penting, prohe sama prona tuh harus ada. Ya?"

✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An IntelligenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang