-Para Los Queridos-

2.4K 411 118
                                    

Sambil menuruni tangga, Giandra tersenyum kearah sang mama yang baru saja lewat dan menuju ruang tengah. Langsung saja dibuntutinya langkah itu sampai mereka duduk pada sofa panjang.

Kinan melirik anaknya itu sekilas, lalu mengambil satu petik anggur dari mangkuk yang dibawanya.

"apa senyum-senyum?" tanyanya santai.

Giandra semakin melebarkan cengirannya tapi bukan tanpa alasan. "mam, Gian kan udah kelar ujian nih, terus boleh ke Bali dong?"

Kinan langsung terkekeh, "nagih janji ceritanya?" tanyanya. Anak cowok itu mengangguk cepat. "kamu mau sendiri?"

"sama mama papa lah. Emang gak kangen sama adek?"

"papa belum bisa cuti, Gi." ucapnya berat.

"sekali ini aja, nanti biar Gian yang ngomong sama papa. Ya?"

Sambil memasang wajah memelas cowok itu menggeser duduk tepat disebelah mamanya. Ia tak lepas memandangi Kinan sampai akhirnya mengangguk pasrah.

"tapi kalo Gian gak balik, mama sama papa ngizinin gak?" tanyanya lagi, kali ini dengan nada lebih serius.

"maksud kamu apa sih, Gi?"

Giandra tak menjawab lagi, ia terdiam beberapa saat lalu menghela nafas panjang. Setelah itu tangan kanannya mengambil suatu benda yang sejak tadi disembunyikan dibelakang tubuhnya tanpa kentara.

Disodorkannya selembar kertas itu kepada sang mama. Wajahnya datar dan biasa saja, tapi langsung mengulum senyum geli saat melihat ekspresi wanita cantik itu yang refleks membulatkan mata dengan mulut terbuka lebar.

Kinan menganga. Ia tutup mulutnya secepat mungkin lalu menatap anaknya dengan penuh tanya. Mangkuk anggur yang dipegangnya langsung diletakkan diatas meja.

Bali International Flight Academy (BIFA) menyatakan peserta ujian atas nama
||
Giandra Mahesa Atwin El Bara
||
LULUS SELEKSI

"Gi, kamu jangan bohongin mama."

"ih apa sih," ia tertawa, "ini baca dong." tunjuknya kearah kertas itu.

Dengan cepat Kinan mengambilnya, ia membaca ulang masih penuh keterkejutan. Seraya menggelengkan kepala takjub, dilihatnya sang anak lagi. "kok bisa mama sampe gak tau?"

Cowok itu hanya terkekeh tanpa suara. Ia hanya mengendikkan bahu sekali dengan ekspresi seolah mengatakan bahwa semua terjadi karena takdir Tuhan.

Diiringi senyum bahagia, Kinan menghambur ke pelukan anak sulungnya itu. Mendekapnya dengan sangat bangga. Ia sampai tidak bisa berkata-kata karena ulah anaknya itu.

Pelukan antara ibu dan anak yang berlangsung tak lama itu terhenti ketika pintu terbuka dan menampakkan sang kepala rumah tangga yang baru tiba.

Jeff mendelik, "apa nih? Oh kalo papa gak ada jadi gini ya? Hm," ujarnya merajuk.

Baik Kinan dan Giandra, keduanya tertawa kecil melihat kelakuan Jeff. Mereka tau papa muda itu tidak benar-benar merajuk, melainkan hanya bercanda.

Begitu pun dengan Jeff, ia langsung menyadari ada sesuatu yang terjadi malam ini dan sudah pasti berbentuk kabar bahagia. Apalagi ketika melihat istrinya sampai berjingkat tadi, pun matanya yang berkaca-kaca.

"kok pada diem? Gak ada yang mau ngasih tau papa?" tanyanya lagi.

Kinan bergeser ke sebelah suaminya itu, seraya menyodorkan hasil seleksi yang masih digenggamnya. Satu tangan melingkari pinggang Jeff dan memeluknya, menyalurkan rasa bangga yang tak terkira akan keberhasilan anak pertama mereka.

✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An IntelligenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang