-Sé Fuerte-

4.9K 601 211
                                    

"teh kamu udah abis setengah loh, Gi. Masih gak mau cerita juga sama mama?"

Kinan melongok cangkir teh yang ada didepan Giandra. Hampir asat karena sudah beberapa kali diteguk. Namun nampaknya cowok itu masih belum siap untuk bercerita. Apalagi ini ibunya sendiri, malu.

Giandra menoleh sekilas lalu tersenyum samar, "papa lembur, ma?"

Kinan langsung menghela nafas pelan. Kayaknya si sulung benar-benar tidak ingin membahas tentang apa yang hatinya sedang rasakan. Ia malah mengalihkan pembicaraan kearah yang berbeda seratus delapan puluh derajat.

"hm, banyak yang perlu diberesin di kantor." jelasnya. Sesaat Kinan memandangi anaknya itu, kemudian tersenyum lebar sambil meraih jemari Giandra untuk gantian digenggam olehnya.

Giandra yang diperlakukan seperti itu langsung menautkan alis bingung, "mam,"

"apa?"

"kalo tiba-tiba papa pulang, nanti cemburu. Soalnya mama awet banget sih cantiknya, lebih cocok jadi pacar Gian."

Sontak Kinan tertawa mendengarnya, "kalo ngeliat kamu itu, mama jadi inget yang dulu-dulu. Pas mama sama papa belum nikah, dia mirip banget sama kamu, Gi." ucapnya.

"gantengan Gian kemana-mana tapi kan? Pasti." balasnya, "mama sama papa ketemunya gimana?"

Sejenak Kinan memutar memori dalam kepalanya. Masa-masa terindah saat bertemu dengan Jeff memang takkan mungkin ia hapuskan begitu saja dari ingatan.

"mama yang nyamperin papa duluan."

"kok bisa? Cewek dulu agresif ya, ngajak kenalan cowok duluan."

"ngaco!" sanggah Kinan sambil mendelik, "dulu mama itu butuh wawancarain papa kamu. Terus saking sibuknya, dia gak mau tuh sombong banget emang. Mama cuma dikasih kartu nama doang sama disuruh dateng ke rumah sakit tempatnya dinas."

Diam-diam Giandra menyimak dengan senyum tertahan, "terus?"

"ya terus mama kesana,"

"nah sama aja. Mama yang nyamperin papa!" simpul Giandra dengan pendapatnya. "mama kepincut papa karena apanya sih?"

Sambil memainkan jemari Giandra, Kinan terkekeh pelan. "dia santun terhadap wanita. Itu aja." jawabnya singkat namun sangat percaya diri.

Disisi lain, Giandra yang mendengar langsung terdiam. Sampai akhirnya tangan sang mama berpindah dan mengacak surai gelapnya yang tebal.

"gak nyangka kamu udah remaja sekarang, padahal rasanya baru kemarin mama ngelahirin anak pertama. Dan kado yang pertama mama berikan ke papa kamu setelah kita menikah, adalah lahirnya kamu ke dunia." ia tersenyum lagi, "gimana? Sweet kan?"

Gantian kini cowok itu yang tertawa, "lebih dari itu. Sampe-sampe Gian kepingin banget jadi laki-laki yang seperti papa, supaya Gian juga dapet istri yang sesempurna mama." balasnya. Meski disisipi dengan tawa renyah, namun sorot mata itu tidak dapat dibohongi. Giandra sangat serius dengan perkataannya.

Kinan yang melihat sempat terdiam beberapa detik. Kemudian mengusap punggung tangan sang anak dengan lembut, "mama itu tidak dan jauh dari kata sempurna, Gi. Sebelum akhirnya papa kamu hadir dihidup mama, semuanya berubah. He fix my heart with the true love." katanya.

Giandra masih terdiam, tapi dengan sangat dalam mencerna dan menyimpan baik-baik ucapan sang mama barusan.

"jadi gimana? Ada sesuatu yang mau kamu ceritain ke mama?"

Cowok itu menunduk dan hanya membalas dengan senyum samar. Sedetik kemudian ia mengangkat kembali kepalanya dan langsung menatap Kinan dengan mata berbinar. "mama mau temenin Gian gak?"

✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An IntelligenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang