-Perder El Momento-

5.2K 646 149
                                    

Sambil tersenyum samar mendengar teriakan si sulung akan kondisi vespanya yang kritis karena tak sengaja tertabrak mobil yang dikendarainya, Jeff membuka pintu kamar perlahan. Dilihatnya Kinan sedang berdiri diam di balkon.

Jeff meletakkannya seragam dinas yang sudah dilepasnya secara asal. Kemudian ia menghampiri sang istri tanpa banyak bicara, lalu melingkarkan kedua tangannya hingga mengurung tubuh ramping yang ia rindukan setiap saat itu.

Sejak dulu, bahkan sejak pertama bertemu, tugas Jeff tak pernah berkurang sedikitpun. Meskipun ia selalu menyempatkan waktu untuk keluarga, tapi rasanya belum cukup juga. Jeff merasa tak puas.

"i love you, mam." bisiknya dengan suara yang bahkan bisa langsung menggetarkan hati Kinan.

Dibias temaram cahaya dari lampu itu membaur bersama dengan seulas senyum tipis yang muncul dibibir Kinan. Meski waktu yang diberikan Jeff kepadanya semakin sedikit, tapi kemesraan mereka tidak pernah berkurang sama sekali. Ia menggenggam tangan Jeff ketika pria itu menumpu dagu dibahunya.

"i love you." desis Jeff sekali lagi.

Dalam beberapa menit keduanya membuang percuma waktu dengan posisi seperti itu. Seolah sangat menikmati setiap hembusan angin malam yang menerpa wajah masing-masing. Dihiasi dengan lengkung indah bulan sabit yang terlihat jelas meski sang dewi langit itu berada begitu jauh dari jangkauan.

"masih kesel?" tebak Jeff tiba-tiba.

Perlahan Kinan melepas kurungan tangan sang suami lalu memutar posisi menghadap padanya. "aku cuma lagi sensi aja, gak masalah kok." jawabnya.

"Gian itu baru tujuh belas tahun, pas masa-masanya nyari jati diri. Dia juga masih labil, antara mau serius tapi juga masih butuh seneng-seneng. Soal seragam, kan kita belum denger ceritanya gimana bisa seragam dia kena soto. Gak mungkin kan dia ngeguyur dirinya sendiri?" tanya Jeff diujung kalimat.

Kinan membenarkan dengan sorot mata juga anggukan kepala, "iya sih. Tapi kenapa harus diumpetin gitu sampe malem gini, kan udah gak bisa dicuci."

"kamu kan kalo senewen serem, makanya dia takut dan milih bohong." sambung Jeff lagi. Ia tertawa pelan setelahnya, "kalo emang ternyata dia buat ulah, ya udah. Kamu gak perlu marah sama Gian, cukup aku aja kalo soal itu." tambahnya.

Pada akhirnya senyum Kinan kembali muncul kala mendengar penuturan dari sang suami. Bukan sekali ini sebenarnya anak sulung mereka membuat ulah, bahkan dulu juga Jeff pernah dipanggil ke sekolah karena Giandra terbukti berkelahi dengan kakak kelasnya yang sekarang sudah lulus. Hanya saja kurang etis rasanya mendengar seorang anak dari keluarga berpendidikan bolak-balik masuk ruang konseling karena suatu hal.

"besok aku yang temuin gurunya,"

"aku gak ngijinin." tolak Kinan segera yang langsung disambut dengan alis menyatu oleh suaminya. "kamu sama anakmu itu serupa tapi tak sama. Aku gak mau sekolahan rame cuma gara-gara mereka ngira Gian itu punya kembaran. Oke? Lagian aku tau besok kamu ada tindakan pagi."

Jeff serta-merta tergelak mendengar alasan dibalik ketidaksetujuan tersebut. Ia dan Giandra memang sebelas-dua belas kalau dilihat hanya sekilas.

"terus kamu gitu yang dateng?"

Kinan mengangguk, "biar aku aja, aku ibunya." jawabnya langsung.

Lagi-lagi Jeff tertawa. Kinan mengatakan seolah Giandra itu bukan anaknya juga dengan mengklaim bahwa ialah pemiliknya seorang diri.

"ya udah, aku mau mandi dulu. Si cantik dua belum ditengokin," ujarnya singkat kemudian berlalu.

Namun, langkah Jeff tertahan karena ada gerakan tiba-tiba yang membuatnya langsung diam di tempat. Tangan sang istri sudah melingkari pinggangnya dalam waktu tidak lebih dari lima detik. Kinan memeluknya dari belakang, gantian.

✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An IntelligenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang