Jerit tangisan bayi memenuhi ruangan tersebut. Kinan yang memang sedang repot dengan kegiatan memasak di dapur, diharuskan juga untuk mengurus sang anak yang baru berusia empat belas hari itu.
"biar bunda aja, sana cepet. Giandra haus kali," ucap bunda yang langsung peka dengan situasi tersebut.
Bunda memang masih disini untuk menemani, sedangkan ayah sudah kembali ke Jakarta dua hari setelah ia datang menengok tempo hari.
Kinan mengangguk dan langsung berjalan cepat menuju kamarnya. Begitu membuka pintu, segera saja ia mengecek pampers Giandra. Takut kalau ternyata bayinya itu buang air besar.
Perkiraan pertama meleset, ternyata bukan itu penyebabnya. Kinan mengangkat Giandra dalam gendongannya untuk segera disusui.
"uuu anak mama haus ya?" ucapnya pada Giandra yang belum bisa memberikan respon selain menangis.
Selama kurang lebih lima menit ia berkutat sendirian, tangisan itu tidak kunjung berhenti. Malah semakin kencang. Dan parahnya lagi, ASI-nya tidak keluar.
Kinan yang memang belum lihai memegang bayi jadi semakin panik. Dari posisi duduk sampai berdiri sambil menimang-nimang sudah ia lakukan semuanya. Namun upayanya belum berhasil juga.
"Gian, sayang kamu kenapa dek? Ssshh,"
Saat sedang bersusah payah, pintu kamar dibuka perlahan. Menampilkan tubuh tinggi Jeff dengan balutan seragam polisi seperti biasanya. Ia berjalan mendekati istrinya itu.
Kinan melirik jam dinding sekilas, sudah pukul tujuh malam. Wajar kalau Jeff sudah pulang sekarang.
"kenapa si adek?"
"Jeff, susu aku gak keluar."
Jeff langsung menatap sang istri dengan alis menyatu, sementara cewek itu sudah memasang wajah panik yang berkali-kali lipat dari sebelumnya.
Dengan sigap Jeff mengambil alih untuk menggendong Giandra, "ya udah sini, kamu coba ke dapur terus bikin susu." tuturnya.
"susu formula?" tanya Kinan.
Jeff menjawab dengan anggukan.
"tapi kan rencananya gak pake susu formulaaa," ucapnya frustasi.
"terus mau gimana? Dia udah nangis sampe suaranya mau abis gini, Kinan."
Sepasang suami-istri itu terdiam sambil melempar tatapan masing-masing. Rencana awal mereka memang memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama, tapi tiba-tiba saja ada faktor lain yang tidak menunjang kebutuhan tersebut.
Sambil menghela nafas gusar Kinan akhirnya mengalah. Ia segera keluar untuk membuatkan susu formula yang memang mereka sediakan untuk kondisi-kondisi seperti ini.
Cukup lama sampai ia kembali ke kamar, dikarenakan harus membuka kardusnya terlebih dahulu, belum lagi membaca petunjuk penyajiannya juga. Dan pemandangan yang dilihat adalah Jeff sedang membuka popok si bayi yang masih menangis.
"kamu gimana sih? Dia poop kok gak digantiin pampersnya?"
Kinan menganga seketika, "sebelumnya aku liat masih bersih kok."
Semua berjalan biasa saja pada awalnya, sebelum Jeff merespon hanya dengan sebuah decakan tanpa mengucapkan apapun lagi. Kinan tersinggung tanpa kentara.
Dengan ekspresi kesal diambilnya baskom air dekat nakas yang memang disediakan untuk hal tersebut. Tak lupa juga waslap berwarna biru muda, kapas bulat dan pampers yang baru.
"sini aku aja," ucap Kinan.
"udah tanggung, aku aja." tolak Jeff sambil membersihkan sisa kotoran yang masih menempel dengan kapas, "boleh tolong ambilin baju tidur yang atas bawah? Ribet bukanya kalo pake jumper,"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An Intelligence
Hayran KurguPernah mendengar kutipan "a man isn't complete until he has seen the baby he has made." nya Sammy David Jr? Kira-kira seperti itulah yang dirasakan oleh Jeff sebagai suami dan calon papa untuk anaknya. Ia harus membagi waktu antara tugas dan menema...