Suasana di lapangan SMA Linggar Jati siang itu sangat ramai. Para penghuni kelas berkumpul menjadi satu —tidak peduli gender. Mau itu cowok atau cewek, dari adik sampai kakak kelas. Semuanya terlihat antusias untuk mendengarkan pengumuman siapa juara lomba fotografi tahun ini.
Sebagian orang menyoraki nama jagoan dari kelas masing-masing, sebagian pula hanya sekedar diam menyimak dan ikut karena bosan di kelas. Tapi ada pula yang berdiri tegang karena takut idola mereka kalah. Terutama cewek-cewek heboh yang berdiri di barisan terdepan.
Omong-omong tentang idola, di sekolah itu memang ada beberapa orang yang terkenal karena kebolehan yang mereka miliki. Selain bagus bidang akademik, mereka juga eksis di ekstrakulikuler tertentu. Soal tampang, jangan ditanya. Tau kan kalo anak dari keluarga kaya gimana? Keliatan, pokoknya. Dan warga sekolah akan dengan serempak menyebut orang-orang tersebut dengan satu kata 'idola'.
Pak Basri —kepala bidang kesiswaan sudah berdiri diatas podium sekitar lima belas menit yang lalu. Tujuannya untuk membacakan siapa nama pemenang lomba, tapi yang terjadi ia malah berceloteh panjang lebar. Bahkan amplop putih ditangannya juga masih rapat dan belum dibuka.
Para siswa yang sudah kepanasan mulai tak sabar dan mendumal.
"iku opo toh yang dipojok dadah-dadah? Ngefans kamu sama saya?" ucap pak Basri disela-sela pidato non-formalnya sambil menunjuk ke barisan paling kanan dibelakang.
Satu-satunya orang yang dimaksud pak Basri langsung membatu ditempat ketika ratusan orang menoleh dan mencari keberadaannya. Tangannya yang terangkat tinggi perlahan diturunkan. Dalam hati mengumpat karena ulah si guru medhok itu, lagi-lagi ia jadi bahan senyam-senyum yang lain.
"wis. Jangan hadap ke belakang terus, melintir lehermu semua. Saya sebutin aja juaranya atau gak usah?"
"sebutinnn!!!"
"okelah. Denger baik-baik yo, feeling saya sih juaranya laki-laki ini. Sopo disini cewek yang suka laki-laki? Siap-siap lho kamu."
Jangankan siswa, cleaning service saja yang kebetulan sedang menyapu halaman langsung menoleh mendengarnya. Meskipun mereka sudah tau kalau pak Basri itu suka bercanda, tapi terkadang candaannya itu garing seperti keripik singkong.
"tanpa bertele-tele lagi, juara satu lomba fotografi tahun ini diberikan kepada—"
Situasi kembali hening.
"iki bocahnya ganteng bener, gak bohong saya."
Lagi-lagi mereka mendesah kesal karena ucapan si guru dinilai telah merusak suasana.
"Giandra Mahesa Atwin El Bara, perwakilan dari kelas sebelas IPA 1. Nama opo kereta toh panjang bener," gumamnya diakhir kalimat yang sempat terdengar karena jarak mulutnya dengan mikrofon hanya tiga senti.
Cewek-cewek yang dengan sukarela menjadi supporter langsung bersorak kegirangan. Apalagi yang barisan terdepan, sampai melompat-lompat heboh. Padahal si pemilik nama juga tidak kenal dengan mereka.
🍪
Lima belas menit setelah bel istirahat kedua dibunyikan, kondisi kantin sudah benar-benar tidak kondusif. Seratus persen faktanya adalah manusia dapat berubah menjadi zombie dalam keadaan perut lapar. Tidak peduli berdesak-desakan, yang penting dapat satu porsi soto kuah kuning yang paling enak disana.
"gua sumpahin tu cewek matanya pada lompat keluar. Gila kali, gak ada udahnya ngeliatin lo mulu."
Giandra —terbahak setelah mendengar ucapan salah satu temannya yang bernama Gibran itu. Nasi yang ada dimulutnya tidak sengaja jadi menyembur keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An Intelligence
FanfictionPernah mendengar kutipan "a man isn't complete until he has seen the baby he has made." nya Sammy David Jr? Kira-kira seperti itulah yang dirasakan oleh Jeff sebagai suami dan calon papa untuk anaknya. Ia harus membagi waktu antara tugas dan menema...