"kamu sakit, dek?"
Suara tiba-tiba disertai sentuhan tangan dibahunya membuat Kinan yang sedang menumpu wajah dengan kedua tangan bertautan tersentak seketika.
"enggak bu, gak apa-apa." bohongnya dengan senyum yang terlihat sekali dipaksakan.
Karena mendengar jawaban Kinan akhirnya salah satu seniornya itu pergi. Meski ia sendiri tidak yakin bahwa cewek itu baik-baik saja.
Masih duduk dimeja kerjanya, ia meraih ponsel dari dalam tas lalu dengan gerakan terlatih mengetikkan sesuatu disana.
Pap, perut aku sakit banget hari ini.
Tak lama kemudian tanda panggilan masuk nampak dilayar ponselnya yang disetel dalam mode silent itu. Kinan segera menggeser ibu jarinya mengikuti gambar berwarna hijau lalu menempelkan benda tersebut pada satu telinganya.
"kamu masih di kantor?" tanya Jeff langsung bahkan ketika sang istri belum mengeluarkan sepatah kata pun.
"iya, aku masih di kantor. Cuma.. ya kayak kram gitu daritadi. Jadi gak enak sama yang lain kalo gini,"
Jeff menghela nafas berat, "kamu mending izin aja deh, aku jemput ya?"
Lantas Kinan menggelengkan kepala meski diseberang sambungan Jeff tidak akan melihatnya. "i'm okay. Aku cuma butuh istirahat sebentar," tolaknya.
"kamu jangan bikin aku kepikir dong." Jeff sedikit mengeluh dari nada suaranya.
"enggak gitu maksudnya. Aku cuma mau ngabarin aja tadi." balas Kinan masih berusaha menenangkan suaminya itu. "aku mau ke klinik kantor sekarang."
"mumpung aku lagi break, aku jemput aja ya?" tawarnya sekali lagi.
"gak enak sama yang lain kalo izin terus. Udah aku gak kenapa-napa kok,"
Pada akhirnya Jeff kembali harus mengalah, "ya udah. Istirahat dulu sana, kabarin aku terus ya?" pintanya.
"iya, nanti aku kabarin lagi."
"aku sayang kamu, mamanya Giandra."
Kinan langsung tersenyum tipis, "aku juga sayang kamu, papanya Giandra." balasnya.
Setelah sambungan itu berakhir, Kinan harus segera pergi ke klinik kantor yang berada tepat bersebelahan dengan gedung yang sekarang dipijaknya ini. Ia harus sedikit berbohong pada suaminya, lagi. Hanya karena tidak ingin merepotkan, mengingat pekerjaan Jeff saja terkadang sudah menjadi beban untuknya.
Setelah berbaring cukup lama, dokter umum yang berada disana datang memberikan pie susu yang diletakkan diatas meja dekat brankar.
"dokter, saya mau ngomong." ucap Kinan sambil merubah posisinya menjadi duduk.
Dokter Wayan —wanita asli pulau dewata itu langsung mengambil posisi yang sama, menggeser kursi dekat ranjang yang Kinan tempati lalu duduk disana.
Keduanya terdiam. Kinan menunduk sambil memainkan jemari tangannya sedangkan dokter Wayan juga terdiam dengan sorot penuh tanya.
"saya takut." gumam Kinan.
"takut kenapa?" tanya dokter Wayan. Ia sedikit terkejut saat Kinan mendongak kembali dengan mata yang sudah kemerahan dan basah. "ada apa, bu Kinan? Cerita aja sama saya." tambahnya sambil mengusap tangan Kinan.
"belakangan ini.." ia menggigit bibir menahan agar isakannya tidak semakin menjadi-jadi, "saya gak ngerasain apa-apa." lanjutnya.
Dengan alis bertautan dokter Wayan menatapnya. Sampai ketika Kinan menunjuk kearah perutnya sendiri dengan telunjuk, ia baru mengerti maksud perkataan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An Intelligence
FanfictionPernah mendengar kutipan "a man isn't complete until he has seen the baby he has made." nya Sammy David Jr? Kira-kira seperti itulah yang dirasakan oleh Jeff sebagai suami dan calon papa untuk anaknya. Ia harus membagi waktu antara tugas dan menema...