-Feliz-

2.3K 349 76
                                    

"Gian, Gibran bangun dulu yuk? Udah waktunya makan malem."

Sambil mengguncang lengan dua cowok itu bergantian, Irenia meminta mereka untuk segera terjaga dari tidur sorenya.

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam kala itu. Setelah dirinya berinisiatif untuk membantu sang ratu rumah memasak untuk sajian makan malam. Kebetulan Kinan memang selalu menyempatkan diri memasak karena pak suami selalu makan di rumah.

Dua cowok itu akhirnya terbangun sambil menyipitkan mata yang masih mengantuk, karena aktifitas seharian membuat mereka cukup lelah dan akhirnya tertidur.

"tante udah masak." ujar cewek itu sekali lagi, membuat kembar tak seiras didepannya mengangguk lalu beranjak.

Masih dengan balutan seragam sekolah dan rambut berantakan kecuali Irenia, ketiganya menuju meja makan. Yang sudah ditunggu oleh papa, mama dan dua adiknya Giandra. Lengkap ditambah anak colongan dan calon ekhm—menantu.

Sang kepala rumah tangga sudah selesai bersih-bersih dan berganti pakaian, karena katanya si mama mengancam tidak akan menemani jika suaminya masih belum mandi.

Sedikit menyinggung soal keluarga ini. Irenia yang baru bergabung dalam waktu dekat ini nampak masih belum bisa menyembunyikan keterpanaannya dari sosok papa dan mamanya Giandra. Keduanya terlihat selalu kompak dan serasi, bahkan ketika anak mereka sudah menginjak usia remaja. Ketegasan dan ketampanan yang ada pada Jeff pasti selalu dilengkapi dengan kehadiran seorang istri bak bidadari yang telah berjasa melahirkan seorang Giandra. Membuat Irenia semakin takjub dengan keluarga tersebut.

"kamu kemana aja Gibran baru keliatan lagi?" tanya Jeff ketika mereka sudah duduk berkumpul pada meja makan. Hanya sebuah bentuk basa-basi karena secara keseluruhan, ia sudah tau permasalahan anak-anak itu selama ini. Dan gadis yang diperebutkan tengah bergabung sekarang.

Gibran nyengir kikuk, "kemaren mau kesini gak boleh mulu sama Gian, om." guraunya.

Mereka tertawa, terkecuali Irenia yang hanya bisa tersenyum tipis.

"takut Shasha-nya diambil." lanjut cowok berpostur jangkung itu.

"maksudnya apa nih?" tanya Jeff lagi, menimpali dengan ringan. "mau sama Shasha?"

"mau. Udah bilang juga sama mama Kinan."

Lagi-lagi semua yang ada disana dan mendengar jawaban polos Gibran tak bisa menyembunyikan tawa gelinya.

"mau jadi kakaknya?"

"jadi ayangnya Shasha dong, om." jawabnya lagi.

Jeff mengulum senyum, "enak aja. Mau ngasih jaminan apa kamu Gib?"

"jaminan hidup bersama yang sakinah, mawaddah, warahmah. Itu udah anti sesat banget om, percaya deh. Kalo soal jodoh buat Shasha, sini biar Gibran maju paling depan."

Giandra meringis cringe mendengar ucapan sahabatnya itu, lalu mengambil buah melon yang dipotong dadu diatas meja untuk melempari wajah Gibran. Sementara Irenia hanya bisa tertawa sambil geleng-geleng kepala.

"adek, emang mau sama kak Gibran?" kali ini Jeff memiringkan sedikit kepalanya untuk menatap si bungsu yang duduk disebelah kirinya itu.

Sambil tersipu Shasha melihat kearah Gibran, lalu sedetik kemudian menunduk tanpa menjawab. Ia tersenyum malu-malu ketika hampir semua mengatakan 'cieee dilirik', terkecuali mama dan papa.

Jeff akhirnya tertawa kemudian mengusap lembut puncak kepala sang anak, "adek sekolah dulu ya kak, gitu dong bilang sama kakaknya."

"ihh, papaaa!" rengek Shasha. Sementara yang lain hanya bisa tertawa lucu.

✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An IntelligenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang