19

9K 864 14
                                    

"Jeff, sini bunda panasin dulu makanannya."

Jeff yang baru selesai bersih-bersih dan hendak menyantap makan malamnya menoleh pada bunda.

"eh, gak apa-apa bunda. Biar Jeff sendiri aja yang panasin," cegahnya tanpa berniat merepotkan ibu mertuanya itu.

"Kinan kemana?" tanya bunda basa-basi, padahal ia tau betul bahwa mereka sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Sebab bunda mendengar keributan kecil kemarin malam.

"udah tidur, bun. Capek kayaknya,"

Bunda langsung mengangguk paham, "hari ini dia emang rajin banget sampe masak aja gak mau dibantuin." gumamnya.

Mendengar itu Jeff jadi semakin tidak enak hati. Ia hanya merasa belum mampu berbuat baik terhadap istri, bahkan mertuanya juga.

"kalo gitu bunda kesana ya,"

"iya, bunda." Jeff tersenyum sesaat dan menatap punggung bunda yang perlahan menjauh.

Tinggallah dirinya sendiri di dapur. Berdiri diam dengan kedua tangan bertumpu pada meja makan. Surai gelapnya yang tebal dibiarkan jatuh menutupi sebagian dahinya.

Ia menghela nafas berat dan panjang lalu memutuskan untuk melahap makanannya secara langsung tanpa perlu dipanaskan terlebih dulu.

Baru saja duduk dan menyiapkan piring, tiba-tiba seseorang datang tanpa membuat suara sedikit pun. Siapa lagi kalau bukan Kinan, istrinya.

"tunggu sebentar. Gak enak kalo udah dingin,"

Jeff menatapnya dengan sorot senang, lega dan penuh kekaguman. Ia terus memperhatikan pergerakan istrinya itu yang kini mulai menyalakan kompor dan memanaskan masakan. Hanya untuk dirinya, ingat.

Tak perlu menunggu lama untuk itu. Kinan meletakkan kembali masakan olahannya diatas meja, kemudian menggeser kursi dan ikut duduk didekat Jeff.

"tadi aku ketiduran." ucap Kinan sembari menuangkan nasi ke piring, tak lupa juga lauknya.

Jeff masih menatapnya dengan senyum tipis, "kalo kamu capek seharusnya tidur aja." balasnya.

"maunya sih gitu, tapi bukan berarti aku jadi gak ngelayanin suami kan?"

"kamu udah gak marah sama aku?"

Kinan mengulum senyum tertahan karena ucapan Jeff barusan. Kesal memang iya, tapi kalau marah mungkin tidak. Membayangkan wajah sedih Jeff tanpa senyum dengan bonus lesung seperti hari-hari sebelumnya saja sudah sangat menyiksa.

"buat apa aku marah sama kamu?"

Senyum dibibir Jeff semakin lebar. Akhirnya ia dapat bernafas lega setelah seharian ini hampir kehilangan akal sehatnya demi mencari cara agar dapat membuat suasana kembali normal.

"maafin aku kemarin dan saat ini. Untuk kedepannya aku janji akan memberikan yang terbaik." tutur Jeff dengan yakin.

Sementara Kinan membalasnya dengan senyum samar.

"jangan janji, kamu cuma manusia dan aku juga cuma manusia. Kita gak bisa sempurna dalam segala hal, tapi kita bisa saling belajar disini." balas Kinan dengan manik menatap lekat pada milik suaminya.

Dua manusia itu terdiam beberapa saat, saling bertukar pandangan masing-masing.

Teruntuk Jeff, ia sudah pasti mencerna kata-kata istrinya itu yang terdengar seperti menegaskan.

"maaf," ucap keduanya bersamaan.

Jeff terkesiap sesaat, setelah itu terkekeh pelan karena melihat Kinan juga langsung tertawa.

✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An IntelligenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang