-Ignorancia-

2.7K 415 136
                                    

Setelah kejadian hari itu, Gibran benar-benar menepati ucapannya. Ia menghilang setelah mengucapkan salam perpisahan dengan simbol berupa sebuah kecupan singkat dikening. Ini aneh, tapi nyatanya memang terjadi. Cowok itu ada di sekolah, tapi terasa seperti tidak terjangkau.

Bagi Irenia ini adalah hutang. Apa yang telah dilakukan cowok itu kepadanya sungguh menimbulkan banyak pertanyaan dalam kepala yang belum terjawab sampai sekarang. Yang tertangkap mata lalu dapat disimpulkan dengan otak hanyalah fakta bahwa Gibran memang sudah pacaran dengan anak kelas sepuluh itu.

Tiap kali ke suatu tempat, mengerjakan tugas bersama, pergi ke perpustakaan mencari bahan untuk belajar, atau sekedar makan di kantin -Gibran selalu menolak dengan alasan yang sama, gue mau nemenin Aqilla cari sepatu, gue mau nemenin Aqilla beli buku, dan apapun itu yang membuat Irenia lagi-lagi berakhir hanya dengan Giandra.

Padahal tadinya Irenia yang sempat berencana untuk menghindar. Karena ia selalu terbayang-bayang dengan perlakuan Gibran tempo hari yang membuatnya hampir tidak terpejam selama semalaman penuh. Sialnya, cowok itu duluan yang menjauh.

Seperti scene yang disengaja, entah takdir atau memang kebetulan. Irenia mulai berasa bahwa dirinya memang akan selalu bersama Giandra. Karena ketika Gibran mulai menjauh, pun dengan Giandra yang mulai mendekat lagi.

Mendekat disini bukan dalam arti seperti dulu. Irenia sadar dengan sangat kalau Giandra berada disisinya untuk menopang, agar ia tidak kacau ketika mengetahui bahwa orang yang disukainya mungkin telah jatuh ke hati yang lain. Giandra ada, menghiburnya, tapi tetap menjaga jarak dan menghargai apapun keinginan Irenia. Karena ia paham, perasaan tak bisa ditentukan.

"Gi, kamu tau gak? Semalem tuh papa aku pulang bawa satu kantong kulit kerang-"

"kerang?" Giandra yang sedang mengerjakan soal latihan menoleh sekilas.

Irenia langsung mengangguk, ia terlihat begitu bahagia hanya karena diberikan kulit kerang oleh sang ayah. Giandra tak begitu heran, karena ia tau ayahnya Irenia adalah seorang pelaut. Mungkin pulangnya sebulan atau bahkan tiga bulan sekali, dan saat pulang itu membawa kulit kerang.

"kamu tau kan kerang putih? Yang suka di pantai?"

"iya tau cinta,"

Ia langsung menutup mulut, padahal Giandra bukan sekali ini memanggilnya demikian.

"terus gimana? Kok gak dilanjut ceritanya?" tanya Giandra kali ini.

Irenia langsung gelagapan. "hm, aku bikin sesuatu. Kamu pegang satu ya?"

Sementara Giandra menunggu, cewek itu merogoh saku depan tas sekolahnya. Tak lama kemudian ia memberikan kerajinan tangan berupa dua ekor kelinci yang terbuat dari kulit kerang.

Satu kelinci yang nampak seperti kelinci betina digenggamnya, sementara satu lagi berukuran sedikit lebih besar diberikan kepada Giandra.

Cowok itu menerima dengan kening berkerut. Senyum dibibirnya perlahan muncul, "lucu. Beli dimana?" tanyanya.

"itu aku yang bikin semalem." jawab Irenia yang membuatnya langsung membulatkan mata, "harusnya papa aku ngasih hadiah yang lebih besar gitu, ini cuma bawain kulit kerang. Daripada jadi sampah, mendingan aku iseng aja buat ginian." jelasnya tanpa diminta. Ia terkekeh diujung kalimatnya.

"serius? Gak percaya ah."

Lagi-lagi cewek itu tertawa, "terserahhh." ucapnya, "yang penting kelinci itu kamu simpen. Di meja belajar deket lampu paling kanan. Karena aku juga bakal taro punyaku ditempat yang sama." tambahnya.

Sejenak Giandra memandangi benda kecil itu. Ia kemudian menatap Irenia dengan sorot penuh binar dan senyum tipis yang hampir tak terlihat.

"kalo liat kerang kayak gini, gue jadi pengin ngajak elo jalan-jalan ke pantai." gumamnya yang langsung ditanggapi dengan sebuah bentuk ekspresi penuh ketertarikan. "ke Bali yuk-"

✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An IntelligenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang