-De Mi Para Ti-

4.6K 613 134
                                    

Pukul dua tepat ketika jeep putih Giandra berhenti ditepi jalan, dekat dengan gerbang yang bertuliskan nama sebuah sekolah dasar negeri. Masih dengan seragam putih abu-abunya, cowok itu keluar dari mobil. Kemudian duduk nangkring diatas kap depan tanpa memperdulikan tatapan dari ibu-ibu atau penjemput lainnya yang memperhatikan dengan aneh.

Tidak sampai lima menit menunggu, bel pulang berbunyi. Para murid berseragam putih merah itu berhamburan keluar dari kelas. Ada yang berlarian di sepanjang koridor, ada yang memilih jajan sebelum pulang, ada pula yang langsung menemui keluarga masing-masing.

Dari kejauhan terlihat dua adik kesayangannya berjalan lesu. Shasha tak banyak bicara dan terus memegangi tali ransel miliknya, sementara Rere juga diam, dengan satu tangan sesekali mengusap mata.

Giandra lantas melompat turun dari atas kap mobilnya. Dihampirinya langsung kedua adiknya.

"selamat siang, kurcaci-kurcaci kesayangan kakak?" sapa Giandra pertama kali sambil berjongkok didepan keduanya yang langsung menghentikan langkah.

Senyum cowok itu langsung pudar ketika melihat wajah Rere, "kamu kenapa lagi, Re?" tanyanya. Karena sudah tau Rere tidak akan menjawab, ia lantas melirik Shasha.

"tadi kakak dijailin temennya, pas mau duduk bangkunya ditarik terus jatoh." jelas si bungsu.

Cowok itu langsung membuang nafas kasar, "temennya yang mana? Namanya siapa?"

"namanya Zidan. Udah pulang kak," jawab Shasha.

Tanpa pikir panjang Giandra langsung bangkit, menarik serta tangan Rere untuk ikut dengannya. Rere yang tidak siap mau tak mau terbawa arus begitu saja. Diikuti pula oleh Shasha yang berlari kecil dibelakang mereka.

Cowok itu jadi kalap. Perasaan kesal dan tidak enak hati saat terakhir kali berbicara dengan Irenia di sekolah tadi kembali muncul dan menjadi satu ketika melihat wajah murung adiknya.

"kakak mau kemana?" tanya keduanya.

Dengan seluruh emosi yang memuncak, Giandra melangkah cepat kearah ruang guru. Sambil sesekali mencari-cari sosok yang ingin sekali ditemuinya saat ini. Sedangkan Rere tidak bisa menahan karena tenaganya kalah jauh dengan sang kakak.

Karena tidak didapatinya orang yang ia cari, cowok itu langsung saja membuka pintu ruang guru tanpa mengetuk terlebih dahulu. Begitu masuk, langsung diedarkannya pandangan ke setiap meja, mencari wali kelas Rere yang sudah ia hapal betul penampakannya. Karena ia sering mengantikkan kedua orangtuanya mengambil rapot sang adik.

Kembali lagi pada apa yang terjadi saat ini. Dengan langkah cepat dihabisinya jarak yang ada sampai ia benar-benar berdiri disebelah meja guru yang dimaksud. Membuat beberapa orang disana ikut terdiam menyaksikan.

"boleh saya bicara sebentar?" tanyanya langsung.

Wali kelas Rere yang biasa dipanggil ibu Sulastri itu terheran-heran. Dipandanginnya murid SMA tersebut lamat-lamat sambil berusaha mengingat siapa orang yang tengah mendatanginnya kini.

"kakaknya Edrea, ya?"

Giandra tak mengangguk, tak pula menjawab dengan suara. Hanya diam dan terus menunggu untuk diberikan kesempatan menyampaikan maksudnya.

"maaf ini ada apa ya?" tanya bu Sulastri.

"adik saya nangis kenapa bu?"

Bu Sulastri lantas memandangi gadis kecil yang berdiri disebelah Giandra, masih menunduk dengan mata dan hidung memerah karena habis menangis.

Guru berusia awal empat puluhan itu belum juga bersuara. Ia masih belum mengerti maksud kedatangan Giandra yang tiba-tiba menemuinya dengan cara kurang santun.

✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An IntelligenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang