37

8K 716 18
                                    

Kehamilan ketiga. Mungkin kali ini Tuhan sedang berbaik hati pada pasangan Jeff dan Kinan. Buktinya tidak ada mabuk atau mengidamkan sesuatu yang aneh-aneh.

Kontrol bulanan berjalan baik. Meski dokter kandungan yang menanganinya juga sudah mewanti-wanti dari awal dengan berbagai informasi dan edukasi baru. Pasalnya Kinan pernah mengalami keguguran sebelumnya. Jadi, kehamilan berikutnya tentu saja berisiko tinggi terkena hal yang sama.

Pola makan sehat, suplemen dan olahraga seimbang sudah Kinan jaga dengan hati-hati. Bersama Jeff, suami yang selalu setia mendampingi, mengingatkan ini dan itu jika ada yang terlewat, serta hal lainnya.

Masih awal-awal, jadi Kinan juga masih diperbolehkan menyetir sendiri ke kantornya. Karena jadwal ia dan Jeff tentu saja berbeda. Dan hari ini merupakan hari pertama Giandra masuk sekolah. Otomatis ia ambil cuti dua hari demi sang anak.

"kamu baik-baik sama mama ya? Maaf papa gak bisa ikut nganterin ke sekolahan. Nanti pasien papa siapa yang ngobatin kalo ditinggal?"

Sambil berjongkok didekat pintu mobil, Jeff membujuk anaknya yang sejak pagi tadi cemberut itu. Maklum, anak kecil belum mengerti dan belum berpikir sejauh itu. Yang ia tau hanya hari ini masuk sekolah pertama kali, dan semestinya diantar oleh kedua orangtuanya.

"ih hari pertama masuk sekolah masa cemberut? Jelek deh," Jeff menyolek perut Giandra sekilas, membuat anak laki-laki itu semakin menekuk wajahnya.

Dari jauh Kinan menghampiri keduanya. Ia ikut berjongkok menyerupai apa yang dilakukan oleh suaminya dan meraih satu tangan Giandra untuk digenggamnya.

"kok masih cemberut aja? Kan udah ada mama,"

"sebel sama papa!" jawab Giandra singkat dan ketus, namun terdengar sangat lucu ditelinga mereka.

"papa lagi banyak pekerjaan, sayang. Nanti lain kali kalo ada waktu pasti dianter sama papa deh sekolahnya. Hari ini sama mama dulu, ya?" bujuk Kinan.

"iya gak? Anak papa kan pinter," sambung Jeff.

Karena belum terdengar jawaban, mau tak mau Kinan harus mengeluarkan jurusnya demi agar permasalahan kecil itu cepat selesai.

"pulang sekolah kita beli kinderjoy?"

Dua kembar beda usia itu langsung menoleh kearahnya secara bersamaan. Giandra menatapnya dengan mata berbinar dan bibir tersenyum lebar, tanda setuju. Sementara Jeff menatapnya dengan alis bertautan dan bibir yang juga terbuka lebar, tidak menyangka lebih tepatnya. Kebahagiaan Giandra hanya sebatas telur plastik berisi cokelas dan mainan.

Dengan polos Giandra mengambil tangan papanya, lalu mengecupnya sekilas. "dah, papa!" serunya gembira.

Jeff terkekeh tanpa suara, "dah, sayang! Yang pinter ya sekolahnya!"

Keduanya lantas berdiri setelah Giandra masuk kedalam corolla silver yang sering Kinan kendarai kemana-mana.

Sama seperti yang dilakukan oleh anak mereka, Kinan mencium tangan Jeff untuk pamit. Dibalas hal yang sama dengan pria itu plus kecupan dikening.

"kamu hati-hati. Nyetirnya jangan ngebut." tutur Jeff mengingatkan.

Ibu hamil itu mengangguk dengan senyum, "iya. Kamu juga hati-hati," balasnya sambil merapikan kerah seragam dinas yang dipakai sang suami. "aku jalan ya?"

"oke. Kabarin jangan lupa."

Kinan mengangguk sekali lagi. Tak perlu diingatkan pun ia pasti akan memberikan kabar. Dengan mata tak lepas memandangi milik sang suami, ia berjalan memutari badan mobil dan berhenti tepat di pintu kanan kemudi. Sekali lagi dilambaikannya tangan sesaat sebelum masuk.

✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An IntelligenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang