Bersama dengan orang-orang terdekat dan beberapa perwakilan instansi, grand opening kafe dan butik yang diberi nama glyco° itu berlangsung dengan sangat meriah.
Glyco° sendiri diambil dari bahasa Yunani yang berarti manis. Sementara simbol derajat diatasnya sebagai pertanda kehangatan. Jadi, pengunjung yang datang akan merasakan sensasi tersebut. Entah bagaimana mereka mencarikan nama, tiba-tiba saja sepakat dengan kata itu.
Beberapa tokoh juga mengirimkan karangan bunga sebagai ucapan selamat atas dibukanya lahan usaha ini. Sebagian kecil dari polda dan bhayangkari, ada pula dari stasiun televisi tempat Kinan bekerja dulu, atau tempat Indra sekarang. Dan rekan-rekan lainnya dari masing-masing pihak. Ingat, koneksi mereka banyak.
Suasana meriah itu masih terasa walaupun sebagian tamu sudah pergi lagi. Sejak tadi Kinan duduk pada salah satu meja bersama dengan keluarganya, memandang kagum pada seorang laki-laki yang sedang sibuk dengan mesin pembuat kopi. Siapa lagi kalau bukan Jeff, suaminya.
Cowok itu turun langsung untuk melayani pelanggan di hari pertama kafe ini dibuka. Bersama dengan Indra dan Bobby yang juga sibuk kesana-kemari. Sementara Dena dan Vero mengurus dilantai dua. Ada beberapa pula barista dan waiters tambahan yang perdana bekerja hari ini.
"medium caramel latte. Chocolate cream puff nya silahkan ditunggu sebentar." Jeff tersenyum setelah menyerahkan pesanan pada salah satu pengunjung yang datang, lalu mengarahkan ia untuk menunggu satu pesanan lainnya didekat kasir.
Sementara pengunjung yang bergender cewek itu langsung menatapnya dengan mata berbinar dan mulut menganga. Jarang ada barista setampan ini. Sumpah.
"dua chocolate cream puff?" kali ini Indra yang berbicara.
"loh, ini mas yang penyiar itu bukan sih? Yang suka di tv?"
Cewek itu adalah orang yang ke-sekian ratus —tidak, sekian puluh yang menyadari wajahnya sebagai salah satu bagian dari presenter berita televisi. Memang tidak asing. Maka dari itu tak ada yang dapat dilakukan oleh Indra selain hanya melemparkan senyum ramah kepada mereka.
Tinggal bagaimana orang itu meresponnya. Apakah akan langsung meminta foto bersama atau malah menanyakan mengenai keberadaannya disini. Setidaknya, nama Indra sedikit mendongkrak penjualan kafe ini.
Selama beberapa menit melayani, akhirnya mereka dapat sedikit meregangkan otot begitu melihat masing-masing orang sudah duduk di mejanya. Maklum, hari pertama. Banyak sekali yang datang.
"mas, kira-kira kapan Kinan lahiran?" tanya Indra pada Jeff yang masih fokus menuangkan air panas ke dalam vietnam drip.
"nanti sore,"
"hah?" serta merta Indra menoleh kaget. "yang bener aja, mas?"
Jeff juga langsung menoleh, "eh, iya gimana? Saya jawab apa tadi?" ia gelagapan.
"saya tanya Kinan lahiran kapan perkiraannya, terus mas jawab nanti sore. Nanti sorenya jam berapa nih, soalnya ini udah jam setengah tiga."
Jeff langsung tergelak mendengar ucapan Indra. Ia melamun sampai tidak sadar dengan jawabannya sendiri. "perkiraan minggu depan." ralatnya.
Begitu kopi buatannya jadi, ia langsung memberikan gelas tersebut pada Indra. "minum nih, biar rileks." tambahnya.
Indra yang masih bingung mau tak mau menerima. Matanya mengikuti setiap pergerakan laki-laki itu. Jeff mengambil bungkus teh oolong siap seduh dari rak dan membuatnya lagi. Tadinya Indra pikir Jeff kurang kerjaan, tapi ia mengerti setelah mengetahui bahwa itu bukan untuk diminum sendiri. Melainkan untuk cewek yang entah sejak kapan sudah berdiri didepan bar dengan mata kagumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An Intelligence
FanfictionPernah mendengar kutipan "a man isn't complete until he has seen the baby he has made." nya Sammy David Jr? Kira-kira seperti itulah yang dirasakan oleh Jeff sebagai suami dan calon papa untuk anaknya. Ia harus membagi waktu antara tugas dan menema...