-Lo Siento-

5.3K 577 83
                                    

"tumben lo bawa mobil?"

Suara Gibran disela-sela kesibukan mengerjakan soal matematika itu jelas ditujukan kepada orang yang duduk didepannya. Sementara ia mencari jawaban, Giandra sibuk mengukir selembar kertas dengan tulisan tangannya yang benar-benar rapih.

"si kuning lagi sakit." jawab Giandra, yang ia maksud adalah vespa miliknya.

"kok bisa?"

"diseruduk bokap."

Tawa Gibran muncul setelah itu, sebab ekspresi Giandra yang berubah drastis hanya karena mengingat keadaan vespanya saat ini. Pertanyaan ringan, tapi sangat sensitif baginya.

"gue kira lo bawa mobil karena tadi sama cewek. Denger-denger anak baru ya?" sambar Tito yang duduk disebelah Gibran, termasuk anggota kelompok tugas matematika saat ini.

Gibran langsung menoleh pada Giandra, "anak baru siapa, Gi?" tanyanya penasaran.

Sementara yang ditanya malah terkekeh lucu. Ia menghentikan gerakan menulisnya kemudian mendongak. Diberikannya sorot lucu kepada salah satu teman sekelasnya itu.

"lo dapet info dari mana, To?" tanyanya. Tapi dalam selang waktu yang sengaja diberikan, Tito tak menjawab dan memilih bungkam. Membuat Giandra lagi-lagi tertawa. "gak mungkin lah emak gue sekolah lagi." lanjutnya.

Serta merta cowok berkulit sawo matang yang akrab dipanggil Tito itu melotot kaget. "itu emak lo!?" pekiknya.

Giandra langsung menjauhkan kepala ketika temannya itu hampir berteriak. "mulut lo belum pernah kena selepet, To?"

Tito yang menyadari itu langsung mengatupkan kembali mulut dan mengontrol keterkejutannya.

Gibran yang sejak tadi memperhatikan keduanya semakin tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Jelas saja, tadi pagi ia datang setelah kegemparan itu terjadi. Jadi ia tidak tau apa-apa.

"mama cantik kesini?" tanyanya.

Giandra mengangguk singkat.

"ah sialan Giandraaa." decak Tito disertai tawa renyah, "serius itu nyokap lo?" tanyanya sekali lagi. Masih tidak percaya bahwa ibu dari temannya itu masih terlihat sangat muda.

Terlihat Giandra sudah menghela nafas untuk yang kesekian kalinya, mencoba bersabar. Gibran yang paham akan perasaan tidak nyaman itu langsung menyikut lengan Tito keras. Memintanya untuk kembali fokus pada tugas agar cepat terselesaikan.

"buru itung!"

Jam pelajaran matematika yang berlangsung cukup lama dan cukup membuat kepala pening itu akhirnya selesai ketika terdengar jeritan bel diluar sana. Seisi kelas secara bersamaan menutup atau membereskan alat tulis mereka dan bersiap untuk menyerbu makanan di kantin lantai satu.

Selama jam istirahat berlangsung, keadaan kelas tidak benar-benar kosong karena ada beberapa anak yang memilih bercokol ditempatnya masing-masing.

Giandra —yang tumben banget gak mau ikut teman-temannya ke kantin, berpindah posisi ke kursi sebelah Irenia. Tapi nampaknya pergerakan itu belum cukup menyadarkan si cewek bahwa kehadirannya perlu diapresiasi.

Ia mencondongkan posisi kedepan, melihat wajah Irenia yang tertutup surai gelapnya. Ternyata cewek itu tengah asik mendengarkan musik sambil memejamkan mata.

"Ren?" panggil Giandra.

Dalam dua detik panggilannya juga tidak direspon, cowok itu nekat menarik earphone sebelah kiri yang dipakai Irenia untuk mendengarkan lagu, hingga membuat si pemilik terlonjak kaget.

"Gian!? Dari kapan kamu disini?" tanyanya heran.

"dari kemarin, ndoro." jawabnya nyeleneh.

✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An IntelligenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang