16

10.3K 893 30
                                    

Pukul empat pagi saat putra kecil yang diberi nama Giandra itu terlahir ke dunia. Bertepatan dengan hari ulangtahun Jeff sendiri. Bahagianya tak terkira, karena yang diberikan Kinan kepadanya takkan pernah ada bandingannya.

Gila kalau Jeff tetap bekerja disaat sang istri membutuhkan dirinya dua puluh empat jam pertama setelah persalinan. Meski rumah sakit ini adalah rumah sakit tempatnya dinas sehari-hari. Maka itu hari ini ia memilih izin dari instansi.

Sejak tadi pagi Kinan tidak tertidur sama sekali, seolah rasa lelahnya setelah seharian menahan sakit terbayarkan dengan kehadiran sang buah hati.

Senyum lebar terukir dibibir pucatnya sembari mengusap wajah bayi mungil yang sekarang tengah dalam dekapan. Kinan menoleh pada Jeff yang berada tepat disebelahnya setelah itu.

"dia mirip banget sama kamu," ucap Kinan seraya mengecup pipi suaminya itu sekilas.

Jeff langsung nyengir polos. Ia memeluk tubuh Kinan dari samping lalu ikut menyentuh wajah bayi mereka dengan lembut.

"terima kasih buat semuanya," gumam Jeff.

"buat semuanya? Harusnya aku yang bilang terima kasih sama ka—"

Satu kecupan mendarat mulus dibibir ketika Kinan menolehkan wajah kearahnya. Cewek itu langsung bungkam dan menelan sisa kalimatnya sendiri. Membiarkan maniknya bertemu pandang dengan Jeff dalam waktu sepersekian detik.

"maaf kalo aku belum bisa memberikan yang terbaik selama ini. Aku ngaku, aku grogi banget nemenin kamu lahiran." lanjut Jeff jujur.

Nampaknya ucapan tersebut terdengar lucu ditelinga Kinan. Ia langsung terkekeh dan karena itu pula ia paham sekarang mengapa Jeff selalu kelihatan kikuk ketika sedang dalam situasi darurat.

Kinan menggeleng dengan senyum lembut, "enggak Jeff," balasnya, "aku bersyukur kamu ada disamping aku, kalo enggak mungkin aku udah nyerah."

Bibir Jeff perlahan menyunggingkan senyum. Ia memiringkan sedikit kepalanya sambil memicingkan mata, "sampai kapanpun, aku akan selalu ada disamping kamu. Walau mungkin pengorbanan kamu demi melahirkan anak kita gak akan pernah bisa dibalas. Kamu wanita paling mulia, Kinan dan aku sayang banget sama kamu."

Kinan mengangguk dan langsung menyandarkan kepala pada dada suaminya itu. Menyembunyikan rasa haru yang membuat air matanya mendesak untuk keluar.

🔰🔰🔰

Dari atas ranjang rumah sakit ini Kinan duduk bersila. Pupilnya menatap lurus pada laki-laki yang tengah tertidur diatas sofa tunggu ruangan tersebut. Jeff pasti benar-benar kelelahan sejak kemarin.

Diluar sana hujan turun, tapi langit tidak menampakkan kegelapan yang pekat. Udaranya sejuk, membawa serta suara gemericik air yang terdengar bagai alunan musik ditelinganya.

Siang menjelang sore yang menenangkan. Kinan menghela nafas panjang ketika dibenaknya terlintas bayangan tentang satu hari yang lalu. Sesakit itu rasanya melahirkan, namun juga sebahagia ini rasanya memandang sang buah hati dari jarak dekat.

Lamunan itu terpecah karena ada yang datang dari luar. Ayah —melongok dari balik dinding pembatas sambil menampilkan ekspresi berserinya. Membuat Kinan langsung membulatkan mata dan memekik girang.

"ayah!"

Pria paruh baya itu menghampirinya yang belum bisa banyak bergerak. Direngkuhnya tubuh sang anak dengan penuh kasih sayang. Sementara dibelakangnya ada bunda yang juga menyaksikan dengan senyum haru.

Kinan menyembunyikan wajah dibahu ayahnya, terisak saat itu juga.

"selamat ya, Kin. Maaf karena ayah gak disini waktu kamu melahirkan. Ayah udah denger semuanya dari bunda, kamu wanita yang hebat."

✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An IntelligenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang