12

9.5K 891 21
                                    

Layar ponsel menyala beserta notifikasi pesan diatasnya mengalihkan perhatian Kinan yang sedang membelah batang kangkung di dapur. Ia meletakkan pisau kecil yang dipegangnya kemudian meraih ponselnya.

Aku pulang telat malam ini.
Abis dari kantor mau temuan mendadak sama dokter dari Royal Hospital.
See you soon, sayang!

Kinan mendesah pasrah. Hanya itu yang dapat dilakukan olehnya mengingat suaminya yang mengemban dua profesi sekaligus.

Bunda, yang melihat perubahan ekspresi anaknya itu langsung paham. Dua wanita dengan garis wajah yang hampir serupa itu memang sedang memasak bersama sekarang.

Sementara Jeff yang ditunggu-tunggu untuk makan malam di rumah malah mengabarkan akan pulang terlambat.

Niatnya ingin memasak nanti saja saat Jeff sudah pulang. Tapi bunda keburu menceburkan sayuran untuk ditumis. Jadi lebih baik selesaikan saja daripada tanggung.

"kenapa kamu? Tiba-tiba cemberut,"

Kinan kembali melanjutkan kesibukannya berkutat dengan kangkung. "Jeff pulang agak malem, mau ketemu klien dulu." balasnya.

"oohh," bunda mengangguk, "yaudah nanti gampang diangetin lagi."

Ia hanya mengangguk mengiyakan. Padahal bukan karena itu, ia hanya ingin makan malam bersama suaminya juga. Tapi apa boleh buat.

Kangkung yang sudah selesai dibelah itu kemudian dicuci bersih lalu diletakkan pada penyaring buah agar airnya turun.

"bun, suamiku sebentar lagi ulangtahun lho." ujarnya tiba-tiba.

Bunda menoleh sekilas, "kapan?" tanyanya.

"lusa,"

"wah, terus kamu udah nyiapin kejutan apa?"

"itu dia," Kinan menghela nafas panjang, "aku belum nyiapin apa-apa." jawabnya lesu mengingat bahwa ia sama sekali tidak menyiapkan hadiah atau apapun untuk diberikan pada suaminya.

Kinan bisa apa dengan perut besarnya yang semakin membatasi aktivitas. Terlebih lagi Jeff sendiri yang melarangnya pergi atau kemana pun sendirian. Selain ini bukan kota tempatnya tinggal sejak kecil, mereka juga belum paham betul tradisi-tradisi daerah yang ada disini.

"ya udah gak apa-apa, lagian kan udah bukan anak kecil lagi yang mesti dikasih kado." timpal bunda.

"tapi kan bun.."

"nih dengerin ya, laki-laki itu beda sama perempuan. Dia gak perlu dikasih barang macem-macem, mau mahalnya kayak apa juga. Yang penting orang yang dia sayang ada disampingnya, itu udah lebih mewakili sejuta kebahagiaan di dunia." bunda tersenyum menenangkan, "apalagi dia calon ayah." lanjutnya sembari mengusap perut Kinan sekilas.

Mendengar penuturan bunda itu membuatnya jadi lebih tenang. Ia masih terdiam dengan sejuta rasa kagum. Baru kali ini bunda berbicara kepadanya dari sudut pandang laki-laki.

Kinan terkekeh pelan, "dapet darimana tuh kata-kata kayak gitu?" godanya sembari membantu menuangkan daun kangkung ke dalam wajan yang berisi tumisan bumbu.

Bunda menaikkan alis jahil, "dari ayah kamu lah." jawabnya sambil tertawa.

Ibu dan anak itu terlihat akrab ketika bersamaan. Tanpa kenal batasan usia, meski anaknya sudah berumah tangga sekalipun. Karena kedekatan satu sama lain itu penting.

Acara memasak itu selesai dalam waktu tidak lebih dari empat puluh menit. Tumis kangkung, tempe goreng dan telur balado yang masih mengepulkan asap sudah tersaji diatas meja makan. Siap untuk disantap sebagai hidangan malam.

✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An IntelligenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang