34

7.7K 718 44
                                    

Rencana dadakan Kinan dan Dena bertamu ke tempat Indra itu terpaksa gagal karena si pemilik rumah belum pulang bekerja. Keduanya lupa, Indra masih aktif di televisi dan Vero juga sibuk dengan kegiatannya sebagai seorang fashion designer.

Mau tidak mau fortuner hitam yang dikendarai Kinan berbelok kearah lain. Menelusuri setiap ruas jalan yang lagi-lagi terkendala dengan kemacetannya. Tidak ada yang seperti ini di Bali, tapi cukup membuatnya rindu ingin pulang.

"ei, ganteng. Mau masuk SD ya sebentar lagi?"

Dena menyolek tangan Giandra yang duduk dibangku tengah bersama dua anaknya. Sementara si bungsu jelas ia pangku.

"bareng dong sama Kenzo, satu sekolah aja? Mau gak? Bilang mama gih," bujuknya iseng.

Giandra masih terdiam, mulai terbawa bujuk rayu teman mamanya itu yang nampaknya senang sekali terhadapnya. Ganteng banget, katanya. Kadang sampe lupa anak sendiri.

"aku mau sekolah deket rumah opa, tante.." jawaban tersebut tentu saja bukan berasal dari Giandra, tetapi dari induknya.

Kinan melirik Dena dan langsung tertawa pelan.

"mertua lo?" tanya Dena.

"iya. Kan gue udah bolak-balik ngomong, mau tinggal disana."

Dena langsung teringat dengan perkataan Kinan yang mengatakan bahwa setelah ini ia akan tinggal bersama dengan mertuanya, di rumah papa dari suaminya. Selain karena Jeff itu anak laki-laki —yang pada tradisi sudah pasti seorang istri akan ikut dengan suaminya, rumah itu juga jatah waris untuk Jeff karena ia adalah anak satu-satunya dalam keluarga.

Soal penempatan tempat dinas Jeff, balik ke institusi lama. Polda Jakarta. Memang lumayan jauh jaraknya, tapi mereka berpikir untuk cari gampangnya saja. Jeff bisa saja lewat jalan tol nanti. Karena tidak mungkin juga anak sekecil Giandra tinggal di apartemen. Apartemen mewah sekalipun.

Sambil menginjak rem karena lampu lalu lintas berwarna merah, Kinan menekan layar ponselnya beberapa kali. Kemudian menempelkan benda kotak tersebut pada satu telinganya.

"halo?"

Tak perlu menunggu lama untuk mendengar suara berat sang suami diseberang sambungan.

"udah beres?" tanya Kinan.

"udah nih. Tapi masih kumpul sama yang lain, udah lama gak ketemu."

"oh, kirain udah bener-bener kelar. Aku baru mau ngajak makan siang, mumpung lagi diluar juga."

"lho bukannya kamu mau ke rumah Indra?" tanya Jeff heran.

"iya, orangnya belum pulang. Untung tadi nelpon dulu dijalan," jelas Kinan singkat.

"oh gitu," Jeff mengangguk paham ditempatnya, "terus kamu mau kemana? Ini bang Johnny ngajakin nyate lagi ditempat langganan aku dulu. Mau gabung kesini gak?"

Kinan langsung melirik Dena disebelahnya, lalu beralih pada anak-anak dikursi belakang. "enggak deh kayaknya. Temen kamu polisi semua,"

Kontan Jeff tertawa karena jawaban itu. "emang kenapa kalo temen aku polisi semua?"

"serem aja gitu ngeliatnya. Ya udah sana gih," diliriknya layar monitor menunjukkan angka lima belas, yang artinya sebentar lagi lampu berubah hijau.

"oke deh. Kamu jangan ngelantur perginya. Sekarang lagi musim remaja naksir sama ibu-ibu yang bawa anak. Keliatan lebih menarik katanya." tutur Jeff diseberang yang jelas-jelas tidak berbukti. Membuat Kinan tertawa seketika.

Dena, sudah menatapnya dengan aneh karena sejak tadi sahabatnya itu asik sendiri. Meski ia tidak mendengarkan percakapan mereka, tapi kalau jadi nyamuk sudah pasti.

✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An IntelligenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang