Pukul sebelas siang seperti biasa Jeff menjemput Giandra pulang dari sekolah. Hari ini ada waktu senggang yang lumayan jika ia manfaatkan untuk melakukan rencananya.
Mereka tidak langsung pulang, melainkan pergi ke swalayan untuk membeli bahan-bahan kue. Benar, hari ini Kinan berulangtahun. Dan Jeff berinisiatif untuk membuat kue sendiri bersama Giandra.
Kejadian menyedihkan tempo hari biarlah berlalu. Mereka hanya perlu bangkit dan menjalani hidupnya seperti biasa.
Kinan juga sudah sehat, sudah pulih. Ia sudah kembali bekerja meski harus absen dari beberapa acara sebelumnya.
Tepung terigu, whipped cream bubuk, chocolate pound dan jenis lainnya menjadi objek pandangan Jeff saat ini. Ia menghitung dengan benar, memastikan bahwa semua yang diperlukan sudah masuk ke dalam troli.
"kapan kamu menikah, Ketut?"
Pertanyaan tiba-tiba itu mengumpulkan kembali kesadaran si pengasuh yang sejak tadi diam mendorong troli. Ia gelagapan karena tidak biasanya majikannya itu bertanya soal sesuatu yang bersifat pribadi.
"belum tau, pak. Saya belum nentuin," jawab Ketut apa adanya.
Jeff mengangguk sambil terus mencari barang berikutnya pada rak besar dengan label harga tertera rapi didepannya.
"kamu gak bosen kerja sama saya lima tahun?"
Yang ditanya terkekeh canggung.
"saya ada rencana balik ke Jakarta, makanya saya ngomong begini. Belum tau waktunya, tapi yang pasti kamu persiapan aja."
Dari informasi itu Ketut paham sekarang mengapa Jeff bertanya demikian. Ia mau pengasuhnya itu supaya mempersiapkan diri dan mencari pekerjaan lain karena menurutnya tidak lama lagi mereka akan pindah ke Jakarta.
"padahal saya udah nyaman kerja sama bapak." ucapnya sambil tersenyum pada Giandra yang berdiri tidak jauh dari papanya.
"kenapa begitu?"
"jarang ada majikan yang sebaik bapak sama ibu," jawabnya, "pak, maaf, kalo saya boleh bilang ibu itu orangnya hebat sekali. Saya yang sama-sama perempuan aja kadang suka iri, pengen bisa kayak ibu. Saya salut, pak."
Ketut berkata jujur mengenai bagaimana Kinan —ibu yang dimaksud. Selama lima tahun ikut dengan keluarga El Bara, berbagai macam cobaan dan rintangan dalam rumah tangga mereka lewati dengan sabar dan penuh ketegaran. Membuat siapapun lagi-lagi iri dengan mereka.
Jeff tersenyum tipis, dalam hati setuju dengan ucapan pengasuh anaknya itu. Kinan adalah wanita istimewa yang Tuhan kirim untuknya. Wanita yang kuat dan selalu menang melawan segala hal meski tak jarang juga ia menangis karena merasa lelah dan datang psdanya meminta sebuah pelukan hangat.
Ia menghela nafas sesaat lalu mengangguk, "udah. Gian, yuk kita bayar dulu." ucapnya.
Giandra mengangguk dengan cengiran lucu lalu menggenggam tangan besar Jeff untuk jalan beriringan. Bak kembar berbeda ukuran, sangat serupa.
Begitu sampai dirumah, Jeff dan Giandra langsung membuat kue dengan bermodalkan video dari media sosial beserta resep tertulisnya. Membuat kue sendiri ternyata tidak mudah, terlebih menghiasnya. Beruntung tangan Jeff cukup terampil dalam urusan masak-memasak.
Jeff terkekeh melihat anaknya begitu serius dengan whipped cream ditangannya. Seolah tidak ingin sampai kue-nya rusak hingga akhirnya membuat sang mama kecewa.
"udah belum? Sini papa ratain,"
Setelah menggeser kursi, Jeff mulai meratakan krim dengan spatula khusus untuk kue.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An Intelligence
FanfictionPernah mendengar kutipan "a man isn't complete until he has seen the baby he has made." nya Sammy David Jr? Kira-kira seperti itulah yang dirasakan oleh Jeff sebagai suami dan calon papa untuk anaknya. Ia harus membagi waktu antara tugas dan menema...