Disinilah Kinan sekarang, sesuai dengan keputusan yang telah dibicarakan bersama dengan bunda juga. Induksi adalah pilihannya. Selain karena bersikeras ingin melahirkan normal, ia juga meyakinkan dalam diri bahwa proses kali ini akan berhasil.
Dan kondisinya saat itu benar-benar tidak menguntungkan. Disaat ia harus kehilangan sedikit demi sedikit cairan ketubannya, tetapi belum ada kontraksi lagi sejauh ini. Benar-benar harus dirangsang dengan sesuatu.
Kinan sudah masuk ruang rawat di bangsal ibu dan anak sekarang. Bersama dengan perawat yang sedang mencari pembuluh vena dipunggung tangannya agar dapat menancapkan kateter infus. Jangan salah tanggap, ia sudah melalui semua proses pemeriksaan sebelumnya. Juga kondisi jantung sang bayi yang diyakini kuat untuk menerima induksi. Keduanya dalam keadaan sehat.
Ia memejamkan mata sambil membenamkan wajah pada bahu Jeff yang duduk disebelahnya, ketika perawat mulai menusukkan jarum dipermukaan kulitnya.
Jeff menoleh, "masih aja takut jarum." gumamnya lucu. Sementara Kinan hanya bisa diam karena tidak dalam mood yang baik untuk membalas candaannya.
Selesai dengan kateter infus, perawat menyiapkan botol cairannya yang kemudian digantung diatas tiang. Lalu memasang selang yang menghubungkan langsung ke tangan.
"dirasakan kontraksinya ya, bu. Kalo ada keluhan panggil suster ya,"
Usai menjelaskan secara singkat perawat itu keluar. Menyisakkan tiga orang di dalam ruangan VIP tersebut.
"ayah udah dikabarin, semua kerjaan di cancel dan dia akan nyusul kesini." ucap bunda yang kini ikut duduk dipinggir ranjang rumah sakit.
Pupil Kinan melebar senang mendengar sang ayah akan segera terbang ke Bali hanya untuk menemaninya melahirkan anak pertamanya dengan Jeff.
"kalo gitu biar nanti Jeff yang jemput," timpalnya.
Bunda mengangguk dengan senyum, "kamu masih ada pertemuan, Jeff? Biar Kinan bunda yang jagain."
"masih, bun." jawabnya sembari menghela nafas berat.
Ia hanya tidak nyaman meninggalkan istri dalam keadaan seperti sekarang ini. Meski berada dalam satu lingkungan yang sama sekalipun.
Dilihatnya jam dipergelangan tangan sudah menunjukkan pukul empat lewat dua puluh menit. Hari sudah senja dan pertemuan akan dilajutkan sebentar lagi. Terpaksa ia harus beringsut sekarang.
"kalo gitu Jeff kesana dulu, bun. Nanti kalo udah selesai langsung kesini," ujarnya.
Bunda mengiyakan, "iya, kamu tenang aja."
Ia beralih pada istrinya. Mengusap pelan puncak kepalanya, tak lupa dengan satu kecupan dipipi. Jeff tersenyum menyemangati, "kuat ya, sayang!"
Meski berat Kinan harus tetap bersikap fair. Terbiasa mandiri bukan berarti ia bisa terus lepas dari Jeff. Apalagi saat-saat seperti ini, yang dibutuhkan apa lagi kalau bukan wajah sang suami berada didekatnya.
🔰🔰🔰
"sudah pembukaan dua,"
Labu induksi yang pertama sudah diberhentikan setelah dua jam pemakaian tadi menjelang petang.
Sekarang sudah pukul sepuluh malam, dan dokter mengatakan sudah masuk pembukaan dua. Labu induksi yang ke-dua pun dipasang kembali.
"dibawa jalan ya, mom."
Hanya itu pesan dokter sebelum keluar ruangan dan membiarkan Kinan kembali berdua dengan bundanya.
Pintu ruangan kembali terbuka. Kali ini yang datang adalah Jeff. Dengan wajah lelah dan dasi yang sudah terlepas dari tempatnya, tidak tau ada dimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An Intelligence
FanfictionPernah mendengar kutipan "a man isn't complete until he has seen the baby he has made." nya Sammy David Jr? Kira-kira seperti itulah yang dirasakan oleh Jeff sebagai suami dan calon papa untuk anaknya. Ia harus membagi waktu antara tugas dan menema...