Demi kebaikan bersama, dan demi terselamatkannya otakku dari semua pikiran pelik mengenai kelanjutan ff gian ini. Maka...
Hari demi hari akhirnya terlewati dengan tanpa kendala. Hanya saja yang berbeda bagi Irenia, dua teman baik semasa sekolahnya dulu—Giandra dan Gibran—hilang kontak sama sekali.
Awal-awal mereka memang menepati janji untuk saling bertukar kabar lewat media sosial. Hampir tiap malam melakukan video call hanya untuk bercanda tidak jelas. Tapi sekarang, untuk bilang rindu saja sulit sekali.
Giandra dan Gibran, keduanya memang melanjutkan pendidikan pada jalur yang berbeda. Tapi keduanya sama-sama menjadi seorang taruna yang harus menjalani masa karantina yang cukup lama.
Mereka juga sempat pamit pada Irenia waktu itu. Giandra yang lebih dulu melakukan dan memberi kabar bahwa semua tes seleksi dapat ia lalui dengan sukses, sehingga dirinya harus segera masuk menjadi taruna akademi pilot. Beberapa bulan kemudian, Gibran lah yang pergi. Hanya pamit. Tanpa mengatakan pergi kemana dan berapa lama.
Bingung sudah pasti. Karena ditinggal sendirian begitu saja. Mana yang katanya berjanji akan selalu menjaga, pun tidak ada buktinya.
Tak putus akal, Irenia mengunjungi rumah Gibran setelahnya. Namun orangtua cowok itu hanya mengatakan bahwa Gibran pergi ke Malang untuk melanjutkan pendidikan disana. Hal itu hanya menambah kebingungan Irenia karena baginya kalau memang kuliah di Malang, kenapa Gibran tidak bilang secara langsung.
Ia juga beberapa kali mampir ke rumah Giandra meski hanya untuk main. Lama-kelamaan ia menjadi akrab dengan keluarga tersebut. Apalagi dua adik Giandra yang cantik-cantik dan sekarang sudah mulai remaja.
Rere, si adik pertama. Sekarang sudah memakai seragam putih abu-abu, kelas satu SMA. Ia tumbuh semakin cantik dan sangat feminim. Sementara Shasha kini berada pada masa akhir SMP-nya. Ia harus mengikuti bimbel dan beberapa pelajaran tambahan untuk mempersiapkan ujian mendatang.
Mama Kinan, wanita anggun yang melahirkan mereka juga terlihat semakin melonjak karirnya diusia yang semakin matang ini. Sementara sang kepala rumah tangga, papa Jeff, diangkat menjadi kepala divisi forensik dan memegang jabatan penting sebagai perwira tinggi kepolisian.
Kembali lagi pada cerita utama, dalam empat tahun terakhir ini Irenia sendiri berhasil menyelesaikan pendidikan dan mendapat gelar sarjana psikologi. Jangan heran mengapa bisa melenceng jalur dari IPA ke jurusan yang dominan adalah kebalikannya. Sejak dulu juga semua tau Irenia tidak pandai dalam pelajaran berhitung. Ia selalu meminta bantuan Gibran untuk fisika, dan Giandra untuk kimia. Dan baginya metode belajar teori lebih baik daripada rumus-rumus tersebut.
Ia ingin melanjutkan ke jenjang pasca sarjana. Tapi untuk saat ini alangkah baiknya mencari pengalaman kerja terlebih dahulu. Kini Irenia bekerja pada salah satu sekolah anak berkebutuhan khusus sebagai seorang terapis.
Memangnya apa yang spesial dari pekerjaan tersebut? Tidak ada. Hanya saja ketika hati nurani sudah merasa terpanggil, ia akan melaksanakan kewajibannya itu untuk membantu orang lain yang membutuhkan.
🍪
"Iren udah lama gak kesini, mam?"
Giandra yang hanya mengenakan boxer berwarna kuning tiba-tiba saja masuk ke kamar orangtuanya tanpa permisi. Disana sang mama sedang sibuk mempersiapkan setelan untuk papa pada rapat esok hari.
Kinan berbalik dan langsung menghela nafas, "pake baju kamu, Gi." ucapnya.
"panas sayanggg. Enakan juga gini, anginnya masuk semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An Intelligence
FanfictionPernah mendengar kutipan "a man isn't complete until he has seen the baby he has made." nya Sammy David Jr? Kira-kira seperti itulah yang dirasakan oleh Jeff sebagai suami dan calon papa untuk anaknya. Ia harus membagi waktu antara tugas dan menema...