Sejak bangun tidur pagi tadi, Kinan sudah merasa ada yang aneh dengan kondisinya. Ia merasa ada sesuatu yang keluar dari area genitalnya, berbentuk cairan bening. Tadinya ia berpikir bahwa itu urin, tapi sebentar-sebentar keluar. Rasa panik langsung memenuhi diri.
Dengan segera ia keluar dari kamar mandi untuk menanyakan langsung pada suaminya. Jeff yang baru saja akan memakai dasi pada kemeja berwarna krem-nya menoleh.
"Jeff," panggilnya. Kali ini tanpa embel-embel dokter kesayangannya.
"apa?"
Alis cewek itu menyatu melihatnya, "kamu gak pake seragam abu-abu?" tanyanya.
"oh, iya aku lupa hari ini mau lanjutin pertemuan yang kemarin. Aku gak ke kantor seharian," jawab Jeff.
Tanpa menunggu diminta Kinan langsung menghampiri, memakaikan simpul dasi dengan apik. Tak lupa mengaitkan kancing teratas kemejanya.
"kenapa gak bilang dari semalem? Kan biar aku siapin,"
Cowok itu hanya tersenyum. Ia sendiri baru ingat pagi ini. Dipandanginya wajah Kinan dengan sorot lembut, tapi yang didapati dari mata wanitanya itu malah sebuah kecemasan.
"kamu kenapa?" tanya Jeff heran.
"aku bingung," sambil menghela nafas Kinan menghempaskan diri dipinggir ranjang. "kok pagi ini kayak keluar air gitu ya dari bawah?"
Jeff ikut duduk disebelahnya, "banyak?"
"sedikit tapi lumayan sering,"
"dokter Dian praktek jam berapa ya hari ini? Biar sekalian dicek,"
Sebenarnya Jeff sudah dapat menebak, takutnya cairan yang dimaksud adalah ketuban. Tapi ia belum berani mengatakannya pada Kinan. Selain karena takut istrinya itu panik dan ia sendiri bukan dokter kandungan yang bisa menyatakan demikian.
Kinan mengingat jadwal dokter Dian —dokter spesialis kandungan yang menanganinya selama sembilan bulan ini. Hari ini ada prakter di rumah sakit bhayangkara pukul dua siang.
"kamu jangan kerja berat-berat ya, kalo masih kayak gini nanti siang aku jemput. Kita ke rumah sakit." tutur Jeff. Siapa juga yang tidak khawatir mendengar istrinya berkata demikian.
Kinan terkekeh pelan, "emangnya aku kerja berat apa? Kamu gak liat pipi aku makin bulet gara-gara makan tidur terus?"
Jeff menghela nafas, "aku serius."
"iya-iya, papa! Aku ngerti kok." balasnya sambil tersenyum menenangkan. Ia sendiri bingung kenapa jadi suaminya yang lebih panik. "ya udah sana sarapan gih, nanti telat lagi."
Kinan berdiri kemudian menarik tangan Jeff untuk segera bangkit dari posisinya. Ia mendorong pelan tubuh tinggi cowok itu agar segera keluar kamar dan bergegas sarapan.
🔰🔰🔰
"diangkat?"
Bunda yang sedang memasukkan baju-baju bayi ke dalam tas menoleh sekilas pada Kinan yang masih berdiri kaku dengan ponsel menempel di satu telinganya.
Ia hanya menjawab dengan gelengan kepala. Dengan sorot penuh kecemasan ditatapnya layar ponsel itu.
"kayaknya lagi—"
Ucapannya terpotong dengan ringtone nyaring yang berasal dari benda dalam genggamannya. Matanya berseri saat mendapati nama Jeff tertera disana.
Dengan cepat digesernya tombol hijau. "halo?"
"maaf tadi aku lagi makan siang sama klien, handphone ada di ruangan. Kamu gimana? Masih kayak pagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An Intelligence
FanfictionPernah mendengar kutipan "a man isn't complete until he has seen the baby he has made." nya Sammy David Jr? Kira-kira seperti itulah yang dirasakan oleh Jeff sebagai suami dan calon papa untuk anaknya. Ia harus membagi waktu antara tugas dan menema...