Setelah semalaman suntuk hampir tidak tidur dan hanya mondar-mandir didalam kamar, akhirnya Giandra memutuskan untuk pergi ke rumah Irenia pagi ini. Dibilang rindu mungkin iya, tapi yang jelas tujuan utamanya bukan itu.
"mam, papa mana? Hari ini kerja gak?" tanya cowok itu sambil menuruni tangga dengan langkah cepat.
Kinan yang sedang merapikan alat makan menoleh, "nanti siang mau ke kantor. Kenapa Gi? Kamu mau kemana pagi-pagi udah rapi?" tanyanya penasaran.
"biasa mam, anak muda." jawabnya lalu tersenyum. "kalo gitu Gian minjem mobil mama aja deh. Ya?"
"kunci ada di laci. SIM, STNK jangan lupa dibawa. Kamu mau kemana sih lagian, orangtua nanya bukannya dijawab."
Cowok itu tertawa pelan, "mama masih muda kok, belum tua." timpalnya. "kalo gitu Gian jalan dulu. Nanti bilangin papa kalo Gian pulang sore, oke? Love you, mam."
Begitu selesai memakai sneakers, ia menghampiri sang mama untuk berpamitan. Kemudian memberikan kecupan singkat dipipi ibunya itu sebelum berangkat. Yang hanya mendapat gelengan kepala dari Kinan saat melihat kelakuan anaknya yang persis seperti sang suami.
Disinilah Giandra sekarang. Duduk diam dengan pandangan lurus pada pohon bonsai yang tumbuh dihalaman rumah. Sementara pemiliknya baru kembali setelah mengganti pakaian, karena mendadak kedatangan tamu tak diundang —yang katanya ingin mengajaknya ke suatu tempat.
Tadinya Irenia agak terkejut. Setelah cukup lama Giandra menjaga jarak dengannya, ini adalah kali pertama cowok itu datang lagi. Tidak tanggung-tanggung, langsung ke rumah. Apalagi saat Giandra meminta izin kepada orangtua Irenia yang kebetulan juga sedang ada di rumah.
"tumben gak naik vespa?" tanya Irenia ketika berjalan keluar. Ia melihat mobil sedan berwarna hitam terparkir didepan gerbang.
"lagi pengin nyetir sambil senderan." jawab Giandra santai.
"sebenernya mau kemana sih, Gi?"
Tangan Giandra yang baru saja akan membuka pintu mobil tertahan sesaat. Dilihatnya Irenia dengan mata berseri.
"lo pasti seneng hari ini. Ayo naik!"
Hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya. Yang lagi-lagi hanya menambah derajat penasaran si lawan bicara.
Tanpa membuang waktu lagi, Irenia beralih pada sisi kiri mobil karena Giandra juga sudah masuk dan duduk di kursi kemudi.
Sepanjang perjalanan, suasana canggung memenuhi ruang kosong yang ada diantara mereka. Baik Giandra maupun Irenia, keduanya sama-sama canggung untuk memulai suatu topik. Hanya terdengar suara penyiar radio yang terus membicarakan tentang cuaca pagi ini. Terlalu indah untuk disia-siakan.
Dalam kurun waktu setengah jam, perjalanan tersebut berakhir ketika mobil yang dikendarai Giandra memasuki lahan parkir suatu sekolah. Sebelumnya Irenia sempat melihat tulisan yang tertera pada gapura, SMA Negeri.
"yuk, turun." ajak Giandra sambil melepas sabuk pengaman dan segera keluar. Diikuti oleh Irenia dibelakangnya.
Langkah cowok itu berhenti pada koridor utama. Ia terlihat menghubungi seseorang lewat sambungan telepon.
"Gi, ngapain kita disini?"
Giandra memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, lalu memutar bahu Irenia agar cewek itu segera berbalik.
"tuh dia orangnya." ucapnya.
Sontak Irenia langsung mengerutkan kening dengan pandangan tidak habis pikir. Ia belum sempat protes karena Gibran keburu sampai dan mereka langsung berseru senang, layaknya kawan lama yang baru bertemu setelah sekian tahun. Padahal semua orang tau, Giandra dan Gibran seringkali hampir gelut pada setiap pertemuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An Intelligence
FanfictionPernah mendengar kutipan "a man isn't complete until he has seen the baby he has made." nya Sammy David Jr? Kira-kira seperti itulah yang dirasakan oleh Jeff sebagai suami dan calon papa untuk anaknya. Ia harus membagi waktu antara tugas dan menema...