Usai merapikan barang-barang hasil belanjaan disudut kamar, Jeff meregangkan otot pinggangnya karena pegal. Ia berdecak setelah melihat begitu banyak perlengkapan yang dibeli. Mulai dari alat makan, pakaian hangat, sampai kereta bayi atau stroller sudah ada didepan matanya sekarang.
Jangan tanyakan berapa banyak uang yang harus dikeluarkan. Jeff sama sekali tidak ambil pusing soal pembayaran, toh gajinya lebih dari cukup untuk membeli semua barang ini.
Berkat bantuan bunda, Jeff dan Kinan —calon orangtua muda itu diberikan arahan mengenai apa-apa saja yang harus dipersiapkan. Lucunya, mereka ternyata masih kaku kalau didepan bunda. Mau bermesraan saja mikir dua kali.
Sampai di rumah beberapa waktu lalu, bunda langsung menempati satu kamar lainnya untuk beristirahat. Sudah pasti ia lelah karena langsung pergi ke pusat perbelanjaan, padahal baru datang dari Jakarta.
Sebenarnya Jeff merasa tidak enak hati. Takut kalau bunda menyangka yang aneh-aneh, padahal memang selama ini belum ada waktu senggang untuk berbelanja.
Keluar kamar, Jeff langsung menghampiri Kinan yang sedang asik melakukan panggilan video di meja makan. Dengan siapa lagi kalau bukan Dena dan Indra.
"pokoknya lo harus siap-siap Kin, sumpah ngelahirin normal tuh rasanya –aduhhh!"
Ditempatnya Kinan duduk tenang sambil menopang dagu, mendengarkan sahabatnya yang sedang menceritakan pengalaman ketika melahirkan secara heboh.
Dena, memang sudah melahirkan sekitar tiga bulan yang lalu. Karena beda jarak kehamilan dengan Kinan adalah empat bulan.
Dan waktu Dena melahirkan itu, Kinan masih disibukkan dengan kegiatan sosial organisasinya. Jadi tidak sempat untuk terbang langsung ke Jakarta, mengingat usia kandungannya yang juga menginjak trimester kedua.
"antara hidup dan mati banget pokoknya. Tapi begitu bayinya keluar, sakitnya gak kerasa. Sumpah!" lanjut Dena masih dengan menggebu-gebu.
Bukan hanya Kinan sendiri yang menyimak, didakatnya sudah ada Jeff yang saat ini tengah memotong apel menjadi beberapa bagian.
Keduanya saling lirik lalu melempar senyum, lucu mendengar cerita Dena. Bukan karena fakta yang terjadi tapi karena cara bicara cewek itu yang benar-benar heboh, ceria banget.
"lo jangan nakutin gue gitu dong," balas Kinan, bercanda.
"gak nakutin. Cuma ngasih tau, supaya elo punya gambaran." belanya sambil tertawa.
"hm," Kinan mengangguk beberapa kali, "ini lo belum ngantuk apa gimana?"
Jarum jam di dinding sudah menunjukkan pukul dua belas kurang sepuluh menit, untuk waktu Indonesia bagian Tengah. Sementara di Jakarta masih pukul sebelas sekarang. Berbeda satu jam dengan Bali.
Kinan menoleh ketika Jeff memberikan dua potongan apel padanya kemudian tersenyum lebar. Digigitnya apel itu sembari mendengarkan kembali obrolan dari video.
"ngantuk. Tapi percaya sama gue kalo udah ada anak itu gak bakalan lo bisa tidur,"
"percaya!" Indra yang sejak tadi diam sambil mengerjakan ketikan di laptopnya kembali bersuara, "jangankan emaknya, bapaknya aja gak bakalan bisa tidur." tambahnya.
Dua cewek itu langsung tertawa.
"jangan ngomong doang, buruan nikah lo." sambar Kinan.
Diseberang sambungan Indra terlihat terkekeh. "gue baru mau bilang,"
"hah? Bilang apa?" tanya Dena.
"gue baru mau bilang, lamaran gue diterima sama Vero dan keluarganya."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An Intelligence
FanfictionPernah mendengar kutipan "a man isn't complete until he has seen the baby he has made." nya Sammy David Jr? Kira-kira seperti itulah yang dirasakan oleh Jeff sebagai suami dan calon papa untuk anaknya. Ia harus membagi waktu antara tugas dan menema...