25

8.8K 776 56
                                    

2 month pregnancy

Hamil kedua ini berbeda dengan yang dirasakan sebelumnya. Kali ini bisa dibilang lebih parah dari yang pertama. Karena Kinan menjadi sangat manja pada suaminya. Ia juga mengurangi segala bentuk kegiatan, bukan karena takut kelelahan melainkan karena memang malas.

Wanita sudah pasti tau, sedangkan laki-laki pasti langsung berpikir dua kali untuk mempercayai bahwa itu semua adalah bawaan bayi.

Jangan lupakan juga satu hal —mual, muntah, ngidam, semuanya sudah campur aduk Kinan rasakan. Lemasnya double, moody-nya juga jadi double.

Malam itu di kamarnya, Kinan ditemani oleh Jeff menyelesaikan LPJ atau laporan hasil kegiatan organisasinya selama kurang lebih satu bulan kemarin. Tapi nampaknya harus tersendat-sendat karena ia terus berlari ke kamar mandi ketika rasa mual itu datang.

Karena tak kunjung keluar, Jeff jadi penasaran dan menghampirinya yang masih di dalam sana. Yang pertama dilihatnya adalah sang istri duduk di closet yang tertutup dengan wajah sepucat orang sakit. Tidak —ini bukan lagi pucat biasa, malah bisa dikatakan seperti hantu.

"besok ke dokter ya." ucapnya sambil menarik lembut kepala Kinan agar merapat ke dadanya.

Yang dapat dilakukan oleh Kinan adalah mengangguk lemah, mengiyakan apa yang dikatakan oleh suaminya itu.

Bukan jadwalnya untuk check up sebenarnya, namun karena kondisi yang tidak stabil seperti ini sudah pasti membutuhkan pendampingan dokter. Mungkin ada beberapa obat yang harus dikonsumsinya lagi nanti, seperti suplemen tambahan.

Jeff menyisir surai kecokelatan istrinya dengan jemari. Mengusap keningnya yang sedikit basah karena keluar keringat dingin.

"yuk," ajaknya kembali ke kasur yang langsung dituruti.

Begitu sampai disana, Jeff meminta Kinan untuk berbaring saja. Laptop yang masih menyala dengan setengah isi dari laporan belum dicantumkan itu langsung digesernya menjauh. Serta lembaran-lembaran kertas dan buku keuangannya.

"tidur aja, biar aku yang ngelanjutin." ucapnya lagi.

Kinan tidak menolak sama sekali, karena ia sendiri tidak yakin dapat menyelesaikan semuanya esok hari.

Pintu kamar terbuka perlahan, menimbulkan suara decit halus yang membuat keduanya menoleh. Giandra datang membawa ember mainan miliknya yang didalamnya terdapat air hangat dengan sapu tangan.

Begitu tiba didekat mereka, ia langsung menarik laci nakas dan mengambil stetoskop milik papanya untuk memeriksa kondisi sang mama.

"papa aja,"

Dugaan mereka salah, ternyata Giandra langsung memberikan alat pendengar detak jantung itu pada Jeff.

"kenapa gak kamu aja?" tanyanya penasaran.

Anak kecil itu menggeleng, "kan aku cita-citanya mau jadi polisi bukan dokter."

Jawaban polos itu membuat keduanya langsung terkekeh. Kinan mengusap puncak kepala anaknya dengan senyum keibuan dibibir yang masih pucat itu.

Sementara Jeff langsung memasang alat tersebut sebagaimana mestinya. Menempelkan eartips ditelinga dan mulai melakukan apa yang anaknya inginkan. Meski mereka tau apa yang Kinan rasakan saat ini bukan karena demam atau hal sejenis itu.

"papa periksa dulu ya, mama." gumamnya dengan senyum tipis.

Lima detik kemudian Jeff melepaskan benda tersebut dari telinga, membiarkannya melingkari lehernya yang secara otomatis membentuk seperti kalung.

✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An IntelligenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang