5

9.9K 939 50
                                    

Entah sejak kapan ketegangan Kinan memuncak, bahkan sebelum ada yang datang. Ia berusaha menahan groginya sendiri sambil sesekali memainkan ujung rok dengan jemarinya.

Jeff sudah duduk disampingnya sekarang. Cowok itu terlihat sibuk dengan ponsel, nampaknya ada puluhan pesan dari rekan-rekannya di rumah sakit.

"kamu mau balik lagi ke rumah sakit?" tanya Kinan.

Jeff mengangguk, "iya. Nanti aku anterin kamu pulang dulu," jawabnya.

Cowok itu selesai dengan kesibukannya dan meletakkan kembali ponsel dalam saku jaket. Ia menoleh pada istrinya dengan senyum tipis.

"tumben ngajak disini. Katanya ada yang mau diomongin?"

Kinan membalasnya dengan senyum yang juga tipis. Antara takut dan panik, semuanya bercampur menjadi satu.

"kalo dipikir-pikir waktu kamu banyakan buat jasad di rumah sakit ya?" ia mengalihkan pembicaraan.

Jeff menaikkan alis dengan cengiran khasnya, "kamu cemburu sama jasad yang udah gak bernyawa?"

Kinan hanya terdiam sambil melirik Jeff sekilas. Membuat cowok itu tertawa melihat tingkah konyolnya.

"emang semaleman masih kurang ya?"

"bukan aku yang pengen, tapi—"

"tapi apa? Mau bilang bawaan dedek lagi?" potong Jeff cepat.

Mau tak mau Kinan langsung mengulum senyum malu. Apalagi saat Jeff menatapnya tanpa berkedip. Demi apapun Kinan bersumpah, ia masih belum bisa menalar kesempurnaan yang dimiliki suaminya sendiri.

Saat sedang bercanda itu, tiba-tiba suara ketukan datang dari sudut meja. Keduanya langsung menoleh pada seseorang yang tengah berdiri tak jauh dekat meja yang mereka tempati.

"permisi, maaf ganggu waktu pacarannya."

Attala, cowok itu sekarang tengah berdiri tegap. Sorot tajamnya menatap lurus pada pemandangan lovey-dovey pasangan suami-istri yang duduk tak jauh didepannya.

Kinan langsung membeku ditempat. Ia melirik Jeff dari surut matanya, cowok itu juga sedang terdiam melihat siapa yang datang. Tapi dari ekspresinya ia kelihatan paham dengan maksud Kinan mengajaknya bertemu disini.

"boleh duduk?" tanya Attala, menunjuk salah satu kursi diseberang mereka berdua.

Jeff masih menyorotinya dengan tatapan tajam, "silahkan." jawabnya singkat.

Karena mendapat persetujuan tersebut, Attala langsung menggeser kursi untuk didudukinya. Ia tersenyum tipis kepada Jeff dan Kinan. Entah apa maksud dari senyumannya itu, antara menyesal, kecewa tapi juga turut senang karena wanita yang dicintainya sudah menemukan pengganti yang lebih baik darinya.

Sesaat Attala menghela nafas, tanpa kentara. Diulurkannya tangan kanan mengarah pada Jeff, "selamat ya Jeff, atas pernikahan kalian berdua." ujarnya, "lo laki-laki paling beruntung karena punya Kinan." sambungnya sembari melirik kearah satu-satunya wanita diantara mereka.

Sementara objek yang dimaksud semakin dalam mode hening saja. Kinan menunduk sesaat ketika Attala memberinya tatapan yang seperti dulu. Ia tidak berani lagi melihat manik cowok itu berlama-lama.

Jeff masih terdiam beberapa detik lalu kemudian membalas uluran tangan dihadapannya, "makasih, Ta." balasnya, tersenyum samar.

Attala beralih pada Kinan. Ia melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan pada Jeff sebelumnya. "selamat, Kinan."

Hanya itu yang diucapkan. Baru kemudian Kinan menatapnya kembali. Ia hanya mengangguk kaku saat bertemu pandang dengan mantan kekasihnya itu. "iya, makasih banyak."

✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An IntelligenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang