-Compromiso-

5.2K 387 138
                                    

2,5 tahun kemudian






"..i am captain Tomy, and beside me is co-pilot Giandra. The flight from Kuala Lumpur Airport  Malaysia to Soekarno Hatta International Airport Indonesia is about three hour six minute.."

Penerbangan dari negara tetangga yang memakan waktu tiga jam lebih enam menit itu mengantarkan Giandra kembali menapakkan kaki di tanah air tercintanya ini. Setelah selama tiga bulan terakhir ia harus berkeliling dunia sebagai co-pilot penerbangan internasional.

Singkat cerita, setelah menjalani pelatihan berbulan-bulan dulu, Giandra akhirnya dinyatakan resmi berkerja di maskapai tersebut. Ia harus melewati berbagai macam kondisi agar bisa mendapatkan strip tiga dan menyandang nama sebagai wakil dari pilot pengendali. Ia bertekad untuk mendapatkan strip empat dan meraih cita-citanya sebagai pilot utama.

Setelah turun dari pesawat, Giandra harus naik taksi untuk sampai ke rumahnya. Ia kini dapat melepas rindu dengan keluarga tercinta.

Mungkin kebanyakan orang yang berprofesi sama dengannya akan segera berhibernasi begitu melihat kasur. Namun tidak bagi Giandra yang hanya bisa memejamkan mata selama empat jam saja. Ia harus terbangun karena cacing-cacing diperutnya menjerit kelaparan.

"kak, kapan kakak nikah?"

Giandra yang baru saja meneguk segelas air mineral—yang ia dapatkan dari dalam kulkas—itu langsung tersedak. Membuat ia jadi menyemburkan kembali air minumnya bahkan sebelum membasahi kerongkongan sama sekali. Ditatapnya Rere sedang mengaduk mie rebus.

"jorokkkk!"

"pertanyaan kamu itu loh," herannya.

"ih emang salah? Kan Rere nanya kakak kapan nikah, sekarang udah dua empat, udah jadi pilot juga dua tahun, pacar ada. Terus nunggu apa?"

"kamu sekolah yang bener, belajar yang pinter, kok malah mikirin kakak." balas Giandra lalu duduk disebelah Rere dan langsung meminta mie yang sedang disantap olehnya.

"emang aku kakak, waktu SMA jadi berandal." Rere mendengus sekali, membuat Giandra yang baru menyuap mie kembali menatapnya dengan mata membulat.

"enak aja berandal. Lagian kamu tiba-tiba nanya begitu ada apa sih?"

"gak apa-apa sih. Takut kak Iren keburu diambil orang."

Giandra menaikkan alis dengan senyum tertahan.

"aduh pokoknya jangan sampe ya kak. Kakak harus pepet terus, kalo perlu tiap hari kasih sesuatu biar kak Iren makin cinta sama kakak. Karena cewek kayak kak Iren itu susah dicarinya. Terus calon-calon istri yang baik pokoknya." celoteh Rere yang tiba-tiba antusias. Keakraban dirinya dengan Irenia karena memang pacar kakaknya itu sering datang, membuatnya jadi lebih banyak tau dari Giandra sendiri.

Mendengarnya Giandra hanya bisa tertawa sambil geleng-geleng kepala.

"kamu sendiri udah punya pacar belum?"

Rere kemudian menghela nafas, "kakakku sayang, yang super ganteng juga manis macem gula Jawa. Aku itu anak baik-baik, masih mau masuk PTN, masih mau belajar banyak. Soal cowok mah ah ngapain?"

Cowok itu kemudian tertawa, "ei, jangan su'udzon dulu. Kadang yang bikin tambah semangat belajar itu pacar, tau."

"oh gitu ya? Pantesan."

"pantesan apa?"

"pantesan Shasha pacaran mulu."

"pacaran sama siapa?" Giandra mendadak menegakkan punggungnya.

"enggak tau, gak pernah mau cerita. Tapi yang jelas sih punya."

Giandra berdecak beberapa kali. Ia tak menyangka bahwa si bungsu yang sekarang kelas dua SMA itu mengenal soal asmara lebih cepat dari Rere. Si bungsu? Oh my god yang benar saja, batinnya.

✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An IntelligenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang