Destinasi selanjutnya yang dituju adalah sebuah kafe. Ini tidak seperti kafe kebanyakan yang rata-rata memiliki bentuk dan ornamen sama. Melainkan dua tempat duduk di dalam sebuah gubuk yang menghadap langsung pada nuansa alam, lagi. Hamparan padi yang belum menguning dihadapan mereka menari-nari karena tertiupp angin.
Duduk berdua sambil bercengkrama dengan orang yang dicintai adalah hal yang sempurna. Kinan tak bisa menyembunyikan wajah cerianya sejak tadi. Ia setuju dengan Jeff bahwa mereka perlu menghabiskan waktu untuk berpacaran.
Kinan menghirup udara segar dalam-dalam, mengisi paru-parunya yang bahkan jarang sekali tersentuh alam bebas seperti ini. Keduanya tertawa bersama melihat ekspresi masing-masing. Terserah mau dikatakan norak dan sebagainya, lagi pula tidak ada orang selain mereka berdua disini. Tempat ini sungguh asri dan luar biasa indah.
"aku belum pernah denger cerita kamu waktu masih sekolah," ujar Kinan tiba-tiba.
"masa?"
Cewek itu mengangguk.
"hm..." sejenak Jeff bergumam sembari memandang langit yang biru, "dulu waktu masih SMA, aku itu kapten basket loh." ia memulai ceritanya.
Kinan yang langsung tertarik menyerong posisi dengan antusias.
"aku juga cowok populer,"
"gara-gara kamu pinter?" tebak Kinan.
"bukan. Gara-gara aku ganteng," ralatnya. Jeff terkekeh melihat ekspresi Kinan yang langsung berubah mendelik, padahal yang barusan dikatakan mengandung tujuh puluh persen kebenaran. Selebihnya ia populer karena pandai, ramah dan jago dalam hal olahraga.
Jeff bukan tipe cowok culun waktu masih sekolah. Ia merupakan cowok pintar dengan gayanya yang khas. Datang ke sekolah dengan seragam berantakan sudah bukan hal yang aneh untuknya. Bahkan terkadang telat menghadiri upacara dan akhirnya disuruh berdiri dibarisan terdepan.
Tapi sayang, tak ada guru yang bisa menghukumnya lebih dari itu karena prestasi belajar Jeff tidak diragukan lagi. Matematika menjadi nilai tertingginya selama dua belas tahun mengemban pendidikan. Digantikan dengan mata kuliah anatomi saat kuliah dan berlanjut pada spesialis pembedahan. Semua sudah diluar kepalanya.
"aku bercanda, Kinan. Dulu tuh aku pernah telat masuk kelas, terus disuruh ngepel koridor utama kelas satu. Jelas aja orang pada kenal sama aku," tuturnya.
Kinan lantas tertawa, "serius?" tanyanya antara percaya dan tidak. Orang seperti Jeff bisa seperti itu sungguh aneh baginya.
"gak percaya ya?" Jeff ikut tertawa, "aku bukan cowok kutu buku tau."
"terus kok bisa masuk kedokteran? Susah banget ya pasti mata ajarnya?"
"kebetulan!" Jeff menjentikkan jari telunjuknya, "Tuhan kasih aku jalan disitu, jadi ya gampang-gampang aja sih."
Otak Jeff encer seperti mentega yang dilelehkan. Jadi wajar saja kalau ia mengatakan 'gampang'. Yang pada kebanyakan orang merasa kesulitan dengan pelajaran tersebut.
Kinan mengangguk-angguk paham, "terus kamu pernah punya pacar?"
Jeff menatapnya lekat-lekat. "pernah." jawabnya.
"cerita dong," pintanya.
"gak ah, nanti kamu cemburu."
"enggak kok, ayo cerita."
Sambil mengulum senyum akhirnya Jeff menuruti. Ia akan mengatakan yang sejujur-jujurnya dan melihat bagaimana reaksi Kinan setelah itu.
"aku itu suka gonta-ganti cewek,"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An Intelligence
FanfictionPernah mendengar kutipan "a man isn't complete until he has seen the baby he has made." nya Sammy David Jr? Kira-kira seperti itulah yang dirasakan oleh Jeff sebagai suami dan calon papa untuk anaknya. Ia harus membagi waktu antara tugas dan menema...