43

7.6K 687 38
                                    

A few month later

Sudah sekitar tiga bulan terhitung dari waktu Edrea lahir ke dunia. Masa-masa cuti Kinan habiskan di rumah dengan lebih banyak aktifitas bersama anak-anak. Mengantar Giandra sekolah atau belanja bulanan bersama. Hitung-hitung membayar waktu pertemuannya dengan sang anak yang lebih banyak dikorbankan demi profesi.

Entah kali ini harus menyebutnya anak kedua atau ketiga, yang jelas Kinan sudah lebih gapai mengurus bayi. Meski mood-nya kadangkali turun, tetapi ia tidak ingin membebani suaminya dengan itu. Urusan rumah, beres!

Selesai dengan urusan kantor, Kinan mampir ke rumah lamanya. Alias rumah orangtuanya. Meski hari sudah berubah sore sekalipun, tidak ada kata tanggung untuknya tidur sebentar.

Rapat kerja, kegiatan penyuluhan dan belajar terus dilakukan. Begitulah contoh kecil dari aktifitasnya selama bergabung dengan istri-istri polisi lainnya. Banyak yang lebih dewasa dan lebih tegas darinya. Tapi mereka juga tetap meng-elu-elukan Kinan sebagai mantan presenter berita.

Kinan sudah jadi momok. Ia sering diturunkan untuk menjadi pembicara pada acara-acara tertentu karena kebolehannya dalam mengolah kata. Ilmunya selama mengejar sarjana terpakai bahkan sampai detik ini.

Selain karena kecerdasannya, ia juga dikenal sebagai sosok yang mempunyai pemikiran kritis. Senang bercanda dan tegas pada saat-saat tertentu. Role model bagi siapapun. Wajah enak dipandang pula.

Berhubung hari ini ada waktu senggang, mengunjungi rumah lamanya tidak masalah.

Kamar dengan nuansa pastel itu membuatnya bernostalgia sejenak. Jendela yang menghubungkan pada sisi luar, selalu menjadi favoritnya ketika dulu masih menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya. Meja belajar atau meja rias, sebagai tempat melakukan video call dengan para sahabat. Dan kasur yang empuk sebagai singgasana terbaik sejak dulu.

Beberapa mengalami perubahan semenjak ditempati oleh Safi, adik sepupunya. Seperti wangi dan tata letaknya.

Kinan merebahkan diri diatas kasur sambil menatap langit-langit. Rindu dengan suasananya. Menyendiri selama beberapa jam lumayan juga ternyata untuk melepas lelah sebelum nanti kembali menjadi ibu rumah tangga.

"bude!!!"

Jerit suara yang nyaring itu membuat mata Kinan yang hampir terpejam kembali terbuka. Ia mendengus sebal.

"itu di kamar Safi ada siapa, bude?"

"kamu ngagetin bude aja. Itu mbak Kinan, tau."

"hah, serius?"

Samar-samar Kinan mendengarkan percakapan yang dilakukan dua lantai itu. Jelas sampai ke telinga karena mereka sedikit berteriak. Terutama Safi yang harus mengeraskan suaranya dari atas sini karena bunda ada di dapur, di bawah.

Tak lama seseorang masuk. Kemudian menghampiri Kinan dan langsung tersenyum lebar. "mbak Kinan, aku kira siapa!"

Cewek yang masih kuliah itu langsung memeluk Kinan erat. Iya, Safi merantau dari Bandung ke Jakarta untuk kuliah disini. Meski tidak berbeda pulau juga.

"hai, pulang kuliah?" tanya Kinan sambil tersenyum.

"iya. Tumben kesini, mbak."

"mampir tadi dari kantor. Gimana kuliahnya, lancar? Semester berapa sih kamu?"

Cewek yang lebih muda darinya itu mengangguk, "lancar. Aku semester lima sekarang. Eh aku ganggu ya? Mbak tidur aja, aku mau ngerjain tugas juga kok. Janji gak berisik deh,"

Kinan terkekeh samar, "ngantuk banget nih. Numpang bentar ya?"

"ya ampun kayak sama siapa aja. Lagian ini kamar juga punya mbak," Safi tertawa sambil mengeluarkan laptop dari tas dan mulai mengotak-atik tugasnya.

✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An IntelligenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang