Sudah satu menit Kinan berjalan bolak-balik bersama Jeff disampingnya. Tidak perlu keluar ruangan, ditempat yang tidak begitu luas ini saja rasanya mulai sulit bergerak.
Dan saat sedang bersusah payah melangkah itu tiba-tiba saja air ketubannya pecah. Iya, pecah. Tanpa aba-aba dan gejala terlebih dahulu. Membuat dua orang itu saling tatap sambil membulatkan matanya.
Jeff memang dokter, tapi kalau mendampingi istri yang mau melahirkan itu sama sekali tidak diajarkan dalam keilmuannya. Jangan tanya groginya seperti apa.
"Jeff!" jeritnya tertahan.
"aduh! Gimana—kamu duduk, aku panggil dokter!" panik Jeff.
Ia meminta Kinan untuk duduk di sofa tunggu yang ada didalam ruangan, sementara dirinya segera berlari keluar untuk memanggil dokter yang menangani.
Yang lagi-lagi menjadi keheranan Kinan adalah sifat mudah panik Jeff yang baru kelihatan sekarang. Entah hanya didepannya atau setiap dalam keadaan emergency dirinya begini.
Tak perlu menunggu lama sampai Jeff kembali bersama dokter Dian dan dua perawatnya. Bukannya tenang, Kinan malah semakin panik karena melihat para medis itu datang ke ruangannya. Sugesti mungkin.
"ibu jalan gak apa-apa, mari saya bantu ya." ucap salah seorang perawat yang memapah tubuhnya untuk kembali ke bed rumah sakit.
Setelah itu aliran infus diberhentikan dan dokter segera memeriksa keadaannya.
"bener, ketuban pecah tapi bukaan masih tetap sama. Kalo tetap mau diinduksi, kita harus ganti pakai pil prostaglandin." jelas sang dokter.
Jeff langsung mengangguk setuju, "lakukan, dok."
Setelah merapikan semua alat yang pertama, kini dokter Dian hanya memerlukan satu pil lagi. Cara memakainya cukup mudah, dimasukkan ke area genital dan reaksinya akan bekerja sendiri.
Obat tersebut bertindak seperti hormon prostaglandin sehingga dapat membantu mematangkan leher rahim untuk membuka jalan lahir bagi bayi.
"kuat ya, mom Kinan!" ucap dokter menyemangati dengan senyum lebarnya. Sebelum keluar ruangan, ia sempat melirik Jeff untuk mengikutinya sebentar.
Tenang saja, di dalam sudah ada bunda. Ia datang tepat waktu. Jadi Kinan tidak sendirian.
Sampai diluar ruangan, dokter Dian langsung menyampaikan maksudnya pada Jeff. "obatnya cuma satu itu tadi, untuk merangsang kontraksi supaya bukaannya lebih cepat bertambah. Tapi reaksinya bukan main sakit, pak Jeff. Semoga bu Kinan kuat ya dan persalinannya berjalan sesuai rencana."
Usai menjelaskan secara singkat dokter itu menepuk lengan Jeff sekilas. Kemudian segera pergi disusul perawat-perawatnya.
Tinggallah mereka bertiga sekarang. Siap menghitung berapa kali kontraksi yang mulai terasa.
Tidak lama setelah diberikan obat itu, efek yang terjadi bukan main —yah, Kinan merasa ia sudah tidak dapat lagi tertawa seperti sebelumnya. Lambat laun rasa sakitnya mulai menyiksa.
"astaga, ini obat apa sih sebenernya?" Kinan bermonolog sambil terus mengusap perut bagian bawahnya.
Jeff yang sudah duduk di kursi besi sebelah ranjang langsung mengusap tangan istrinya itu, "dokter bilang perkiraan melahirkan jam tiga atau empat pagi." ucapnya.
Sontak saja mata Kinan melebar terkejut. Ia tidak yakin dalam lima jam kedepan akan seperti apa. Sekarang saja rasanya sudah campur aduk begini.
Silahkan tanya ibu-ibu yang pernah mengalami induksi sebelum melahirkan. Sakit iya, mulas seperti ingin buang air besar juga iya, terlebih lagi bayi didalam perut itu bergerak aktif karena rangsangan obat.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An Intelligence
FanfictionPernah mendengar kutipan "a man isn't complete until he has seen the baby he has made." nya Sammy David Jr? Kira-kira seperti itulah yang dirasakan oleh Jeff sebagai suami dan calon papa untuk anaknya. Ia harus membagi waktu antara tugas dan menema...