A few month later
Hari terakhir dalam kisaran satu minggu yang cukup mendebarkan. Para murid bersorak girang tepat setelah ujian akhir selesai dilaksanakan. Masing-masing berlarian disepanjang koridor dengan teriakan yang menggema. Dari IPA sampai IPS, semuanya menyatu dan bertemu pada satu titik untuk saling mengucapkan selamat atas selesainya masa pembelajaran di SMA ini.
Tak ada lagi perbedaan, apalagi permusuhan. Semua merangkul satu sama lain dengan akrabnya. Termasuk Giandra dan seluruh orang yang dikenalnya, terkecuali sahabat sendiri.
Kembali pada beberapa bulan belakangan yang selalu dihiasi dengan pertengkaran, membuat Giandra dan Gibran yang biasanya nempel kini merenggan. Semua orang menyadari itu, dan satu-satunya asumsi yang mendukung hanyalah kehadiran Irenia diantara mereka.
Giandra dan Irenia yang seperti biasa, kini tanpa kehadiran si jangkung lagi. Gibran lebih memilih menghabiskan waktu di lapangan basket. Katanya sih sekalian perpisahan, karena momen kayak gini gak bakal ada dikuliah nanti. Padahal secara garis besar sudah pasti karena menghindar.
Aksi coret-coret seragam menggunakan pilok atau spidol besar sudah menjadi tradisi pula setiap tahunnya. Sekolah tidak melarang, selama muridnya masih bisa diarahkan. Tidak anarkis apalagi sampai keluyuran dijalan dan mengganggu orang lain.
"Iren!"
Yang dipanggil menoleh kearah sumber suara. Ia langsung tersenyum lebar saat mendapati teman-teman dari grup dance-nya datang menghampiri. Mereka juga sedang merayakan penghujung semester dengan begitu gembira.
Saling mencoret seragam satu sama lain, menggambar apapun dan membubuhinya dengan tanda tangan yang besarnya bisa membuat orang buta aksara melek sekaligus.
"selamat yaaa!"
"eh belum dong, kan belum tau hasilnya gimana."
"udah pasti lulus!"
Begitulah percakapan yang terdengar lalu disusul dengan tawa lagi.
Ketika sedang bergerumul ditengah koridor itu, tiga orang dari organisasi sekolah berkeliling membagikan lembaran undangan untuk masing-masing orang. Sambil memberikan, mereka pasti mengatakan, "dateng ya!" dengan begitu antusias.
Dibagian depan undangan tersebut bertuliskan kata 'Promnight' dengan tahun angkatan mereka saat masuk dulu. Lalu dibagian belakangannya tertera lokasi berikut denahnya untuk memudahkan mereka ketika datang nanti.
Setelah membaca sekilas undangan tersebut, Irenia mengangkat kepalanya. Ia menoleh dan langsung memandang kearah kanan tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Disana Giandra sedang terlibat obrolan dengan teman-temannya juga, bahkan sesekali tertawa keras.
Senyum dibibirnya muncul secara naluriah. Selama beberapa bulan bersama, rasanya sekarang ada yang berbeda. Ia selalu ingin melihat Giandra setiap hari. Seperti ada sesuatu yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Senyum itu tertahan, tepat ketika manik hitam milik cowok itu terarah kepadanya. Ditempatnya, Giandra juga langsung menghentikan tawa. Tapi tak lama ia pun balas tersenyum sambil mengangkat alis sekilas, membuat siapapun akan langsung terpesona karena parasnya.
"bawa cowok boleh gak sih acara ini?"
Salah satu pertanyaan yang dilayangkan itu mengalihkan atensi Irenia sepenuhnya. Ia langsung menoleh dan tertawa pada temannya itu.
"boleh. Mau bawa siapa sih emang? Dikenalin ke kita aja belum." goda Irenia.
"justru itu mau sekalian dikenalin, langsung calon tunangan kayaknya." sambung yang lain lalu disambut tawa untuk yang kesekian kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An Intelligence
FanfictionPernah mendengar kutipan "a man isn't complete until he has seen the baby he has made." nya Sammy David Jr? Kira-kira seperti itulah yang dirasakan oleh Jeff sebagai suami dan calon papa untuk anaknya. Ia harus membagi waktu antara tugas dan menema...