Hari demi hari berlalu dengan baik. Sampai pada titik paling menegangkan ketika semua murid SMA Linggar Jati diwajibkan datang ke sekolah untuk mengetahui pengumuman kelulusan mereka.
Suasana tidak kondusif tetap terjadi, namun masih ada batas wajarnya karena masing-masing individu terlihat lebih memikirkan nasib mereka.
Jerit tangis dan haru memenuhi koridor utama, tepat dimana berlembar-lembar kertas tertempel pada mading —yang didalamnya terdapat nama siswa-siswi yang lulus. Tak terkecuali Giandra, Gibran dan Irenia.
Ketiganya berhasil menyeruak sampai barisan terdepan, lalu dengan pandangan was-was menelusuri setiap kolom untuk mencari nama masing-masing.
"Gian, Gibran! Aaaih!" tunjuk Irenia yang berdiri ditengah.
Dua cowok itu langsung melihat objek yang diberitau oleh Irenia. Baik Giandra maupun Gibran, mereka langsung saling pandang dan kemudian bersorak girang. Tak lupa memeluk satu sama lain dan mengucapkan selamat atas kelulusan tahun ini.
"calon pilottt!" seru Gibran sambil menepuk punggung sahabatnya itu.
Giandra tersenyum dalam dekapan Gibran dan balas menepuknya, "calon int—chef! Calon chef, asikkk!" ucapnya asal sebut karena memang hanya itu yang terlintas dipikirannya.
Ia hampir saja kelepasan mengatakan bahwa Gibran sebagai calon intel atau apalah itu. Sambil terkekeh keduanya melepas pelukan mereka yang sudah seperti upin dan ipin. Dilihatnya Irenia yang tengah tertawa melihat keakraban mereka secara bersamaan.
"selamat Iren sayanggg!" seru keduanya heboh dan kompak.
Senyum Irenia langsung luntur bersamaan dengan kepalanya yang ia tolehkan ke kanan dan kiri, berharap tidak ada orang yang mendengar suara mereka itu. Namun harapan itu hanya sesaat, karena pada kenyataannya semua murid sedang berkumpul disini untuk melihat informasi kelulusan juga. Dan semuanya sudah pasti mendengar karena sekarang mereka tengah menatap kearah sumber suara dengan terheran-heran.
🍪
Begitu sampai di kediaman El Bara, Gibran yang melepas sepatu lebih cepat daripada yang lain langsung masuk dengan santainya. Seolah dirinyalah yang menjadi tuan rumah disini, berjalan paling depan sambil menenteng plastik berisi makanan pada kedua tangannya.
"mama!" serunya ketika melihat Kinan baru saja masuk dari ruang cuci pakaian.
"hei, udah pulang?" sambut Kinan.
Gibran langsung menghampiri dan menyalami tangan ibu dari sahabatnya itu. Senyum cerahnya tak pernah padam sejak tadi di sekolah.
Sambil menelisik, Kinan menepuk pipi cowok jangkung itu dengan kedua tangannya. "kamu kemana aja, Gibrannn?" tanyanya mengingat ini kali pertama teman anaknya itu datang lagi ke rumah.
Gibran langsung berlagak sedih, "mama jangan sedih gitu dong, kangen sama Gibran bukan?"
Jawaban itu membuat ibu tiga anak tersebut langsung mendelik malas. Sementara si jangkung sudah tertawa lepas.
"oh pasti mau ngomongin yang waktu itu ya?" tebaknya.
"ngomongin apaan nih?" sela Giandra langsung ketika sudah berdiri didekat sang mama dan sahabatnya itu. Sementara Irenia mengikuti dengan senyum tertahan.
"lo gak tau apa gimana? Shasha kan mau dijodohin sama gue, kata mama." jawab Gibran dengan tingkat percaya diri yang tinggi.
"Shasha siapa maksud lo, kampret—"
"Shasha adek lo, astaga parah mam dilupainnn!"
Keributan antar dua kembar tak seiras itu akhirnya kembali terjadi setelah sekian lama berpisah karena berbagai alasan. Bagi seorang ibu seperti Kinan, melihat interaksi dua bocah itu rasanya sangat menyenangkan. Tanpa perlu dikatakan dan boleh jadi hanya diucapkan dalam hati, sudah pasti merasa ikut tenang karena itu tandanya permasalahan mereka telah berhasil diselesaikan dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ [0.2.1] PAPA - Sequel An Intelligence
FanfictionPernah mendengar kutipan "a man isn't complete until he has seen the baby he has made." nya Sammy David Jr? Kira-kira seperti itulah yang dirasakan oleh Jeff sebagai suami dan calon papa untuk anaknya. Ia harus membagi waktu antara tugas dan menema...